"Schokoladenhaus"
[Monsieur and Madame]°°
[15]
~••Sweet Day••~🍫🍪🍫
Ini bukanlah kisah klise yang terjadi seperti pada sebuah film, dimana kedua pemeran akan saling menunjukkan perasaan cinta ketika sudah saling percaya. Ini adalah kisah realita yang harus mereka jalani, dimana alurnya tak seindah ekspektasi.
Vhiere beranggapan kalau Lalice akan dengan senang hati menerimanya usai mereka melewati malam panjang penuh gairah, tetapi ia harus sadar akan kenyataan dan menarik dirinya kembali pada dunianya. Lalice tetaplah gadis yang keras kepala, labil dan sulit tersentuh.
Nyatanya, mendapatkan dan meluluhkan hati gadis belia itu tak semudah yang diperkirakan. Ia masih terlampau kekanakan untuk usia Vhiere yang dewasa, gadis itu masih belum mengerti apa artinya sebuah hubungan. Lalice masih terlalu kecil untuk memahami makna sebuah pernikahan yang begitu suci dan sakral.
Bahkan sulitnya komunikasi yang terjalin dengan baik antara mereka, dikarenakan Lalice yang terlalu banyak merubah sikapnya dalam satu hari.
Lalice masih belum dapat memahami hatinya, ia sulit merealisasikan perasaannya karena hatinya yang terlanjur batu. Otaknya masih terlalu dangkal dan pemikirannya yang sulit untuk ditebak. Pada kenyataannya, ia masih Lalice yang menyebalkan dan kekanakan.
Hari ini adalah hari pertukaran Chocolatier dari Zurich, sekaligus perayaan ulang tahun La Chocolaterie Bleecker yang ke-7. Jadi, Vhiere membuka toko seharian penuh dan membiarkan apa saja yang ada didalam toko diberikan secara gratis. Banyak yang berkunjung dan kini mulai memadati La Chocolaterie Bleecker. Hanya untuk mengantri sajian manis disana, atau hanya untuk sekedar melihat seberapa tampannya sang Chocolatier pemilik toko ini.
Dibagian dapur, para koki dan Chocolatier sedang sibuk, dengan Vhiere yang ikut turun tangan untuk membantu membuat permen cokelat, bersama dengan Lalice yang harus selalu ada disisinya agar terus terpantau oleh penglihatannya.
"Awas menumpahkan cokelat lelehnya." Tegur Vhiere, guna memberikan peringatan agar Lalice tak lagi ceroboh. Gadis belia itu mencibir pelan sambil menendang kesal mesin pembuat cokelat yang terlihat berputar untuk mencampur semua bahan.
Bunyi besi ditendang sempat membuat para pekerja menoleh, namun diam ketika tahu kalau sang pelaku adalah istri dari pemilik toko.
"Mau ku buatkan chocolate cookies?" Vhiere mulai bertanya saat melihat Lalice yang duduk bosan disampingnya, dengan wajah tertekuk.
Sontak perhatian gadis itu tertuju padanya, Lalice mendongak untuk menatap profil samping Vhiere. "Aku ingin permen cokelat itu juga." Tunjuknya pada bola-bola cokelat yang berjalan disebuah mesin dan diguyur oleh cokelat leleh, suaranya nyaris merengek.
Vhiere sama sekali tak menoleh, ia terlalu sibuk memasukkan beberapa bahan racikannya kedalam mesin pencampur yang terus berputar sejak tadi. "Tidak, itu terlalu manis. Nanti kau sakit gigi lagi." Kata Vhiere.
Merasa tak terima, Lalice pun berdiri seraya berkacak pinggang, menatap Vhiere yang kini menuju sebuah karung tepung untuk dibawa ke meja pantry nya, berniat ingin berkutat pada pekerjaan lain. Ia ingin membuat chocolate cookies untuk Lalice.
"Aku bukan anak kecil lagi, Vhiere! Aku bahkan sudah melepas kepera—" Vhiere secepat kilat berlari membekap mulut Lalice, dan menarik kepala gadis itu ke dadanya, karena tahu benar dengan apa yang ingin Lalice katakan. Bahkan Vhiere melepas karung tepung yang ingin ia letakkan diatas meja, hingga bubuk itu berserakan dilantai yang menyebabkan keadaan dapur berkabut akibat serbuk tepung yang beterbangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Schokoladenhaus
FanfictionBermula dari kecerobohan Lalice ketika berkunjung ke salah satu toko cokelat terbaik di Belgia, yang tak sengaja menyenggol tong cokelat leleh sebanyak satu ton hingga tumpah, menyebabkan sang pemilik toko cokelat mengalami kerugian besar. Tentu bu...