Vingt-Cinq ; Dasar Cadel

488 115 3
                                    

.
.
.
𝓚𝓪𝓻𝓮𝓷𝓲𝓷𝓪

___________________

Radheska tidak tahu —sungguh, jika Nina mengikutinya hingga ke dalam. Ia pikir perempuan itu menunggu di ruang tamu atau teras.

Pantas saja jika sekarang Nina mengacuhkannya.

"Kamu diemin saya lagi?"

Nina tidak sedikitpun tertarik untuk menoleh ataupun menjawab. Matanya masih tertuju pada jendela, memandang keluar —menghitung rintik hujan yang membasahi kaca, anggaplah sebagai pengalihan mood nya yang berubah kacau.

Lagian jadi laki-laki kok nggak bisa mikir. Abis nyium siapa terus meluk siapa.

Dasar buaya, kadal, biawak, komodo, dinosaurus!

Nina tidak berhenti mengabsen nama-nama keluarga kadal dalam hatinya. Ia tentu tidak punya cukup nyali untuk memaki oknumnya langsung lantaran bisa-bisa ia yang di ceramahin.

"Kamu liat semuanya?"

Lihatlah! Kan saya punya mata, Om!

Helaan napas Radheska terdengar frustasi. "Kalo orang nanya itu dijawab. Azab ngediemin orang, besok kalo mati jenazahnya cuma diliatin doang lho."

Eh anjir, kok jadi bawa-bawa azab?

"Kan udah dijawab!" ketus Nina, masih enggan menoleh.

"Kapan?"

"Tadi."

"Dalam hati?"

Nina mengangguk. Dia nggak salah kan? Yang penting kan udah jawab.

"Kamu pikir saya cenayang? Bisa baca isi hati kamu?"

Tuh kan, tanda-tanda udah siap-siap mau nyeramahin Nina ini!

"Lagipula ya, kalau mau ng—"

Cukup sudah, kesabaran Nina sudah terjun bebas ke angka 0. Kepala Nina menoleh, menatap Radheska tajam. Lelaki itu masih berfokus pada jalanan didepan ketika ia memutar kemudi untuk berbelok masuk ke area perumahan.

"Om maunya apa sih?!"

Satu alis Radheska terangkat mendengar pertanyaan itu. "Mau saya itu...."

"....kamu. Kamunya mau nggak?"

Bahkan sampai mobil berhenti sempurna di depan rumah, Nina tidak menjawab pertanyaan Radheska.

Klik.

Terdengar suara kunci saat Nina akan membuka pintu mobil. "Om, bukain pintunya."

"Kamu nggak akan pergi kemana-mana sebelum kita selesai ngomong."

"Nggak ada yang perlu diomongin."

"Terus kenapa kamu diemin saya?"

Bimbang antara ragu atau harus mengatakan apa alasan Nina bertingkah seperti ini, hal itu karena Nina sendiri belum tahu pasti apa yang ia rasakan.

"Nggak mau jawab, hm? Tidur di mobil semaleman nggak masalah kan?"

Nina memandang Radheska lekat, sorot mata lelaki itu nampak serius. Tidak terlihat sedang menggertak atau main-main.

"Om ngapain meluk-meluk dia?"

Akhirnya...

Radheska hanya ingin mendengar pengakuan dan alasannya dari Nina langsung. Sejujurnya ia sudah menerka-nerka sendiri dan ternyata hasilnya tepat!

KARENINA [Hunsoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang