Saat kembali dari laguna Adam melihat gadis itu sudah mengepang rambutnya dan sepertinya juga sudah mengenakan pakaian dalam karena benda itu sudah tidak terlihat berkibar-kibar lagi di dahan pohon kelapa.
"Tambahkan kayu kering dan semak di atas api agar tidak padam selama kita pergi."
Jemy segera mengikuti semua saran Adam dan jadi kembali bersemangat dengan rencana mereka hari ni. Mereka hanya membawa satu botol air untuk pergi menyusuri sisis pulau yang lain dan berencana kembali sebelum petang. Ini belum lewat tengah hari dam masih cukup banyak waktu untuk berkeliling.
"Kita ke Timur atau ke Barat." Adam melihat arah kompas di jam tangannya.
"Ke sisi timur saja, karena matahari akan semakin condong ke barat."
Adam setuju saja mengikuti kemauan gadis itu dan langsung berjalan melalui bagian pantai yang berkarang. Jemy masih mengenakan sendal beda warnanya untuk menapaki permukaan karang yang lumayan tajam dan licin. Deburan ombak agak keras di bagian tebing berbatu dan hampir sepanjang setengah kilo meter tanpa pantai berpasir sama sekali.
"Kau yakin kita tidak menuju sisi yang semakin salah." Adam mulai ragu karena pantai berkarang jelas terbentuk karena deburan ombak yang lebih keras.
"Jika kuperhatikan dari atas bukit kemarin seharusnya ada ceruk di ujung sana." Jemy menunjuk jarang yang kurang lebih masih ada sekitar setengah kilo lagi jika mereka berjalan.
"Semoga kau benar." Adam memilih pasrah mengikuti meskipun peraturan mereka lelaki berjalan di depan.
Mereka harus memanjat barisan karang hampir setinggi dua meter sebelum sampai ke ceruk yang mereka maksud. Adam mengangkat dan mendorong tubuh Jemy untuk naik lebih dulu sebelum kemudian dirinya menyusul.
"Oh Tuhan!" pekik gadis itu yang sudah berdiri di atas karang.
"Kau lihat itu Adan ! itu kapalmu!"
Adam juga masih terkejut dan tidak menyangka jika benda itu kembali terdampar ke mari dan dalam keadaan terbalik.
Jemy sudah lebih dulu turun dan mendekati lambung kapal yang cuma nampak setengah.
"Oh Tuhan ...." gadis itu sepertinya juga masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Mungkin badai kemarin yang membawanya." Kata Jemy sambil menoleh pada Adam yang kemudian menyusulnya.
"Sama sekali tak berguna."
"Siap tahu masih ada yang bisa kita manfatkan." Jemy masih cukup antusias.
"Apa yang kau lakukan!" tegur Adam melihat gadis itu mulai melepas sendal dan baju rajutnya .
"Aku ingin melihatnya."
"Itu sia-sia." Nampaknya Adam tidak mau ikut-ikut dan malah memilih duduk di atas pasir sementara gadis itu mulai berenang dan menyelam.
Pantainya cukup landai dan tenang bahkan ada gugusan pulau kecil di depannya karena itu agak mengherankan bagaimana kapal yang lumayan besar itu bisa terseret kemari. Jika perhitunganya benar ini mungkin bagian sisi pulau yang menghadap langsung ke samudra Pasifik. Sama sekali bukan tempat yang aman untuk ditinggali meskipun airnya nampak cukup bersahabat jika sedang seperti ini.
"Adam lihat apa yang kudapatkan!"
Jemy melempar beberapa barang tak berguna yang dia ambil dari dalam kabin kemudian menyelam lagi dan muncul lagi dengan melempar beberapa barang yang lain. Sementara itu Adam masih duduk santai meluruskan kaki di atas pasir karena masih tidak mau ikut campur dengan keisengan gadis itu sampai tiba- tiba dia sadar Jemy tidak segera kembali muncul ke permukaan setelah beberapa saat.
Adam langsung mengumpat, berlari panik ke pantai dan menyelam tanpa sempat membuka pakaian. Gadis itu seharusnya memang sudah kembali ke permukaan kecuali terjadi sesuatu.
Sebenarnya tadi Jemy hendak menarik bagian dari layar yang terjepit tiang sekalinya kakinya malah terjerat tali dan tertindih ujung tiang yang bergeser. Dia tidak bisa kembali kepermukaan sampai kehabisan udara.
Adam melihat tubuh gadis itu sudah terkulai lemas di sisi lambung kapal dengan kaki terjepit. Adam harus berusaha keras mengangkat tiang layar tersebut agar bisa menarik kaki Jemy. Adam tidak tahu apa dirinya masih punya cukup waktu, dia sudah sangat takut tapi tidak boleh panik karena dalam situasi seperti ini sia dan tetap harus bertindak cekatan.
Akhirnya Adam berhasil menyeret tubuh Jemy yang sudah lemas kembali ke pantai. Adam sangat takut karena gadis itu tidak bernafas buru-buru dia memompa cairan dari dadanya menekankan tangannya untuk memompa beberapa kali kemudian menarik udara banyak-banyak untuk membantu memancingnya kembali bernafas. Adam terus memompa dalam beberapa hitungan dan memberi dorongan nafas lagi.
"Ayo bangunklah gadis bodoh !"
Gadis itu masih tak bergeming dan lemas, bibirnya dingin tapi dadanya masih hangat karena itu Adam masih belum mau menyerah dan terus menimpanya lagi dan lagi.
"Ayo bangunlah jangan curang meninggalkanku sendiri di sini!"
"Ayo bangun!"
Adam mulai putus asa tapi masih terus mendorong karena tahu dia akan gila jika sampai gadis itu tidak mau bangun.
"Oh Tuhan ..." pria itu mulai sangat takut dan rela menukar apapun asal gadis itu mau kembali bernafas karena tangan Jemy semakin dingin dan lemas.
"Ayo bangun lah Jemy, bangun gadis bodoh!" mohon Adam berulang kali dan terus mendorongnya, mungkin sampai besok pun dia tidak akan berhenti jika gadis itu tidak juga bangun dan dia akan benar-benar gila.
Adam membuka pengait bra dan menekannya lagi terus.
Dan baru saat itu tiba-tiba saja Jemy tersengal dan langsung terbatuk-batuk memuntahkan air garam dari rongga dada dan paru-parunya melalui mulut dan hidung hingga rasanya seperti terbakar.
Adam segera memiringkannya membiarkannya terbatuk-batuk dan memuntahkan semua air garam yang telah ia telan. Rasanya pasti sangat tidak enak dan gadis itu kembali lemas tapi sudah bernafas.
"Oh Tuhan kau masih hidup."
Adam membelai rambut Jemy yang lengket di dahi bercampur pasir. Gadis itu hanya kembali memejamkan matanya yang terasa perih karena air asin, dia belum bisa merasakan luka di kakinya yang masih berdarah karena tubuhnya masih dingin dan kebas.
"Minumlah pelan-pelan."
Adam membantunya duduk untuk minum dari botol air yang tadi mereka bawa.
Adam tidak mampu bicara apa-apa lagi setelah itu dan hanya ingin memeluknya...
"Hal bodoh apa yang telah kau lakukan? " tanya Adam setelah berapa lama.
"Aku ingin mengambil sebagian layar."
"Hingga membuatmu hampir terbunuh! "
"Maafkan aku... " Jemy mendongak untuk menatap Adam yang masih setengah menyangga tubuhnya.
"Jangan berbuat bodoh seperti itu lagi, " ucap Adam tapi tidak berani menatap mata gadis itu dan pilih berpaling melihat ke arah lambung kapalnya yang tertelungkup.
"Aku juga coba mencari sepatuku."
"Seperti benda itu sudah ditelan hiu."
Jemy baru memperhatikan kakinya yang agak memar dan berdarah.
"Kita harus segera mengobatinya dan nanti akan kubelikan banyak sepatu untukmu jika kita sudah pulang."
Kedengarannya cukup menyenangkan untuk didengarkan meski rasanya seperti hanya bisa mereka khayalkan.
"Kita harus berjanji untuk tetap hidup dan jangan meninggalkan masing-masing, " kata Adam.
Jemy hanya mengangguk karena tidak sepenuhnya paham dengan ketakutan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVAL LOVE
RomanceBACAAN DEWASA! Seperti apa rasanya terdampar di pulau berdua hanya dengan seorang pria super kaya yang merupakan calon kakak iparnya. Tidak ada air tawar, tidak ada makanan, tidak ada tempat berteduh, pakaian pun sampai harus bergantian. Tapi tetap...