CHAPTER 1

438 49 3
                                    

Los Angeles 2 Tahun yang Lalu

Ia menerima selembar kertas berukuran A4 dari dalam amplop cokelat yang terdapat bekas cengkraman tangan manajernya. Manajer dengan perawakan tubuh tinggi besar itu menyeka keringat yang mengucur deras dari dahinya dengan sebelah punggung tangan. Wajah dengan pipi gembul tersebut tak bisa menyembunyikan kekhawatiran hingga semenit setelahnya.

"Tolong atur jadwalku bertemu dengan dr. Choi sepulang dari LA." Hanya itu kalimat yang keluar dari seorang Park Chanyeol setelah selesai membaca hasil uji lab kemudian menyerahkan kertas tersebut pada Shindong –manajernya. Shindong menerima kertas itu dan cepat-cepat membacanya meski ia sendiri pasti tidak mengerti dengan bahasa serta angka yang tertera pada kertas itu. Setelah ia selesai membacanya, Shindong mengernyitkan dahi lalu menatap Chanyeol yang kini berdiri di depannya dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam saku celana.

"Thalasemia Major?" mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut manajernya tidak lantas membuat lelaki berusia 32 tahun itu menampakan ekspresi apapun, membuat Shindong mengernyitkan dahi lalu kembali membaca kertas yang masih dipegangnya.

"Chanyeol, penyakit apa itu?" Shindong menatap Chanyeol dengan ekspresi khawatir bercampur bingung, kedua alis tebalnya mengernyit.

"Kelainan darah." Jawab Chanyeol singkat lalu berjalan menuju kamarnya dan meninggalkan Shindong yang masih berdiri mematung diposisinya.

"Astaga, Chanyeol! Apa kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit?" Suara langkah kaki Shindong mendekat, namun tak membuat Chanyeol menghentikan langkah. Mungkin karena kesal, akhirnya Shindong nekat menarik sebelah tangan Chanyeol agar berhenti berjalan menuju kamar yang sisa beberapa langkah.

"Khawatirkan kadar kolesterolmu yang tinggi itu." Chanyeol hanya menjawab sarkas, mengingat beberapa bulan belakangan ini Shindong selalu mengeluh padanya tentang pusing dan sakit disekitar leher karena kadar kolesterol yang sulit dikontrol. Tentu saja sulit dikontrol, dia bahkan tidak mengikuti saran dokter untuk menjaga pola makannya. Lelaki tambun itu masih tidak bisa mengotrol nafsu makannya yang tinggi.

Setelah melepaskan tangan Shindong dengan agak kasar, akhirnya Chanyeol masuk ke dalam suite room kemudian menarik sebuah laci yang ada disamping kasur. Di dalam laci tersebut terdapat 2 tabung oksigen kecil yang diam-diam Chanyeol siapkan disaat Shindong lengah.

Chanyeol tidak menyangka jika cek darah yang ia lakukan 3 hari lalu sebelum berangkat ke Los Angeles justru akan jadi beban pikirannya saat ini. Ia berpikir jika hasilnya akan biasa saja, seperti Shindong yang kada kolesterolnya tinggi. Tapi gejala yang ia rasakan berbeda dengan gejala yang dialami Shindong. Kadang ia mengalami gejala seperti nafas yang pendek-pendek, mudah lelah, kulit yang menjadi lebih pucat, dan beberapa kali merasa tiba-tiba pusing. Puncaknya saat seminggu yang lalu ketika ia pingsan di lokasi shooting film. Saat itu Chanyeol memang diharuskan melakukan beberapa adegan seperti berlari dan melompat sambil membawa senjata yang cukup berat. Awalnya ia pikir mungkin hal itu yang akhirnya membuat tubuhnya jadi kelelahan, meskipun sebenarnya ia sudah terbiasa menjalani adegan melelahkan seperti itu. Ketika sutradara mengatakan 'cut', saat itu juga Chanyeol ambruk tak sadarkan diri. Lucunya, ia bahkan tak ingat jika ia pingsan sesaat setelah pengambilan gambar selesai. Ingatannya berhenti saat masih melakukan adegan berlari kencang mengejar gerbong kereta. Shindong menceritakan semuanya dengan jelas pada Chanyeol ketika lelaki itu sudah sadar di ruang IGD Rumah Sakit. Sebenarnya pagi itu Chanyeol sudah merasa jika ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuhnya, ia bangun pagi dengan tubuh demam juga pusing. Namun karena hari itu adalah hari terakhir pengambilan gambar, ia paksakan tubuhnya untuk bangun dari tempat tidur dan menjalani pengambilan gambar terakhir.

Chanyeol menghela nafas agak berat, memikirkan kejadian itu membuatnya kembali merasa nafasnya agak sesak. Semenjak hari itu, ketika ia sadar jika ia terbangun di ruang IGD Rumah Sakit membuatnya jadi sering sesak nafas tiap kali kelelahan. Mungkin kali ini ia kelelahan karena baru 2 jam yang lalu ia tiba di Los Angeles setelah melakukan penerbangan belasan jam. Terlebih ia juga baru menyelesaikan pemotretan sebelum pergi ke bandara. Tidak heran jika saat ini ia merasa kelelahan.

From A Man Who Truly Loves YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang