***
Saat ini dua remaja sedang berada di tempat makan langganan mereka, yaitu ayam bakar Mbah Mimin. Mereka sering datang kesini ketika orang tuanya sedang tidak ada atau sedang males untuk memasak.
"Ih lu mah ah itukan kulit ayamnya kenapa dibuang sih, kalo gak suka kasih gue." Gerutu Ana pada Ivan, ia kesal karena makanan favoritnya dibuang-buang seperti itu.
"Oiya lupa, nih buka mulutnya." Ivan menyodorkan tangannya untuk menyuapi kulit ayam.
"Kasih sambel yang banyak."
"Gak ada, udah daritadi lu makan sambel." Ia pun memasukan kulit ayam itu pada mulut Ana.
"Udah ini pulang aja lah, lu mah rewel daritadi." Ivan begitu kesal, pasalnya Ana dari sore tadi tuh rewel entah kenapa.
"Kok pulang sih, gak mau. Gue masih mau main, ini kan malem sabtu besok libur." Katanya sambil merengek.
"Tapi jangan bikin gue kesel ya, daritadi lu tuh pengen ini itu terus."
"He'em janji." Katanya sambil tersenyum.
Merekapun menghabiskan makanannya, dan pergi membayar biaya makanan tadi.
"Ivan". Panggil Ana waktu mereka berjalan menuju motor Ivan.
"Hm?" Laki-laki itu hanya membalas dengan gumaman, karena ia sedang fokus melihat benda pipih ditangannya.
"Besok gue ditinggal sama mama gue ke Jogja, terus masa gue sendiri di rumah." Katanya dengan nada sedih sambil memainkan ujung jaket yang ia kenakan.
"Kan ada pembantu lu, emang kemana?" Ivan melihat kearah Ana yang menundukkan kepalanya, dengan wajah yang sedih.
"Kan ambil cuti, anaknya sakit. Jadi seminggu kemarin gak ada Bi Ijah." Katanya terus terang.
"Ya udah nanti gue bilang bunda dulu, biar lu nginep di rumah gue." Ana hanya menganggukkan kepalanya dan menatap mata Ivan.
"Ayok ah jangan sedih terus, gue ajak lu ke tempat yang seru." Merekapun segera bergegas menuju yang di katakan Ivan dengan motor kesayangannya.
***
Hampir setengah jam perjalanan mereka tempuh, akhirnya sampai pada tempat tersebut. Gadis yang daritadi hanya diam di atas motor kini turun dan terperangah kagum, melihat pemandangan yang indah di depannya.
"Gimana lu suka gak?" Laki-laki itupun melihat kearah perempuan disampingnya yang tak berhenti tersenyum.
"Suka banget, sampe gue mau nangis rasanya." Ana melihat kearah Ivan dengan mata yang berkaca-kaca. Kalo kata Ivan, Ana itu sangat cengeng bila sedang bahagia.
"Duduk di sana." Merekapun berjalan menuju kursi yang mengarah pada pemandangan yang indah itu.
"Kok lu bisa sih nemu tempat sebagus dan seindah ini."
"Makanya lu jangan meremehkan orang seganteng gue deh, gue mah pasti lakuin apa yang buat lu seneng." Katanya sambil menaikkan alisnya.
"Prettt geli banget gue, aduh mending lu cari pacar deh." Ivan hanya diam sambil melihat langit yang penuh bintang.
***
Pukul sebelas malam mereka sampai di rumah masing-masing, niatnya tadi ingin pulang lebih awal tetapi jalanan yg begitu padat. Bahkan mungkin sampai tidak bisa bergerak sedikitpun karena terjadinya kecelakaan saat perjalanan menuju rumah.
"Ya udah gue balik dulu, masuk sana dah malem." Kata Ivan pada Ana, mereka sedang di depan rumah Ana.
"Oke deh, bye bye." Ana pun memasuki rumahnya, setelah gadis itu masuk Ivan pun pulang ke rumahnya.
Ana langsung masuk dan mengunci pintu rumahnya, lalu bergegas ke kamar. Orang tuanya pasti sudah tidur karena ini sudah larut malam, ia pun membaringkan tubuhnya di atas kasur.
Ia mengecek handphonenya dan banyak pesan dari Mamanya, ia lupa bahwa tadi mematikan HP-nya.
"Lupa tadi malah di matiin, jadi khawatirkan mama." Setelah itu ia pun pergi ke kamar mandi untuk mengganti baju dan menggosok gigi.
Setelah selesai ia pun berjalan menghampiri meja kecantikan, yang di atasnya di penuhi oleh kosmetik dan skincare yang sudah pasti mahal. Ia pun melakukan kegiatan ritual yang tak boleh terlewat sekalipun, skincare itu penting kalo kata Ana.
tok..tok..tok..
Suara ketukan pintu kamarnya terdengar, "sayang ini mama, kamu udah tidur?" Ternyata mamanya, ia kira siapa yang mengetuk pintu tengah malam kayak gini.
"Belum ma, bentar pintunya dikunci" Pintu pun terbuka, ia mempersilahkan Mamanya untuk masuk.
"Sayang mama mau bicara sama kamu." Ana merasa obrolan mamanya serius, akhirnya ia pun mengajak mamanya untuk duduk di kasur saja agar lebih nyaman untuk mengobrol.
"Kenapa ma?"
"Gini besok kan mama sama papa mau ke Jogja, dan mama sama papa bakal stay satu bulan di sana. Kamu mama titipin ke bundanya Ivan, karena khawatir kalo kamu sendiri di rumah. Gak papakan?" Jelas mamanya sambil mengusap rambut sang anak.
"Kok satu bulan, katanya cuman satu minggu." Protes Ana melihat ke arah mamanya.
"Iya tapi tadi papa bilang ada masalah sama perusahaan di sana, sebenarnya mama juga gak mau ninggalin kamu. Tapikan mama sekretaris papa jadi harus ikut." Namira terus memberi pengertian agar anak semata wayangnya ini membolehkannya untuk pergi.
"Ya udah deh gak papa, tapi nanti pulangnya bawain oleh-oleh yang banyak buat aku." Akhirnya Ana pun menyetujuinya.
Setelah itu mamanya kembali ke kamar untuk istirahat karena besok akan berangkat pagi-pagi sekali, sedangkan Ana yang sudah merebahkan diri memainkan ponselnya dan berakhir begadang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Jadi Cinta [On Going]
Teen FictionIvan dan Ana bersahabat dari kecil sampai mereka remaja saat ini, dan semakin mereka menginjak dewasa pasti ada salah satu dari mereka yang jatuh cinta. Entah dari Ana dahulu atau sebaliknya Lika liku masalah berdatangan, akankah mereka bisa menyele...