03. His Identity Is Revealed

3.6K 203 95
                                    

Hii i'm back yuhuuuuu 💋

Masih setia menunggu kan??

Sebelum baca jangan lupa VOTE dulu yak nanti kelupaan hehehe

__________________________________________

📌{HAPPY READING}📌

📌{HAPPY READING}📌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

03. His Identity Is Revealed

"Luka pasien cukup parah. Ada tiga peluru yang bersarang dalam tubuhnya. Jika tidak dikeluarkan secepatnya, maka nyawanya bisa terancam. Maka dari itu, kami harus segera melakukan tindakan operasi secepatnya. Agar dia bisa diselamatkan." Ungkap dokter itu menjelaskan kondisi Leano.

"Apa?" Kelopak mata gadis itu melebar, "Operasi dok? Apa nggak ada cara lain selain operasi?"

"Maaf dek, tidak ada." Gadis itu terdiam. Otaknya berpikir keras. Operasi? Itu pasti memerlukan biaya yang sangat mahal. Darimana dia mendapatkan uang?

"Ini surat persetujuan tindak operasi. Tolong, adek tanda tangani surat ini agar kami dapat melakukan tindakan selanjutnya."

Perlahan gadis itu membuka surat tersebut. Kedua matanya langsung melebar sempurna, dalam surat itu tertulis jelas biaya operasi sebesar 50 juta rupiah.

Ia mengerjapkan mata berulang kali, takut salah lihat tapi tulisan itu tidak berubah sama sekali. Tubuhnya lesu, mendadak terserang lemas. Otaknya tak bisa berpikir, kesadarannya hampir sirna jika suster itu tak menyentuh bahunya.

"Dek, ayo tandatangani. Kami harus segera menangani pasien sebelum keadaannya makin memburuk." Desaknya.

Gadis itu mengigit bibir bawahnya, bingung harus bagaimana. Di satu sisi dia ingin menyelamatkan Leano tetapi sayangnya dia tidak memiliki uang sebanyak itu. Lantas, bagaimana dia bisa membayarnya?

Kedua matanya terpejam sesaat. Ia menghela nafas berat. Tangan kanannya gemetar menandatangani surat itu.

"Baik, terima kasih dek Annetha. Setelah ini kamu bisa membayar biaya administrasinya ya." Ucap suster itu tersenyum ramah.

Gadis bernama Annetha itu mengangguk berat, "I-iya suster."

"Kalau begitu kami permisi dulu. Adek mohon tunggu disini, kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelematkan nyawa pasien."

"Iya terima kasih dokter." Dokter dan kedua suster itu berlalu pergi.

Annetha terduduk lemah di kursi. Kedua kakinya terasa lemas. Ia mengerjapkan matanya berulang kali, mengingat bagaimana dirinya tadi baru saja mendatangai surat persetujuan. Tangannya bahkan tak berhenti gemetaran.

LEANNETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang