Happy reading, ayo divomen, enjoy all!
"Dareen." Nadira menatap ke orang yang memanggil Dareen kemudian terdiam. "Ikut mami sebentar," sambung Helen yang menatap Nadira masih dengan tatapan tak suka.
Ada drama apalagi ini, ya Tuhan?
Nadira menatap Dareen yang semakin menghilang dari pandangannya itu dengan tatapan mellow. Ia sangat tahu bahwa Helen, mami Dareen pasti akan kembali berdebat dengan putranya itu.
Gadis itu menggelengkan kepalanya berusaha mengusir pemikiran yang tidak seharusnya ia pikirkan.
"Kamu Nadira?" tanya seseorang membuat atensi Nadira teralih menatapnya. "Iya, Pak. Saya Nadira," jawabnya sambil tersenyum lembut.
Pria yang tampak sudah berusia itu menatapnya dengan lembut dan tersenyum. "Saya Anthony, papinya Dareen," ucapnya membuat Nadira terkejut.
Suasana kemudian menjadi terasa sunyi saat Anthony memilih untuk duduk di samping Nadira.
Ingin sekali rasanya Nadira mengambil minuman di dekat taman belakang demi menghindari Anthony. Namun alih-alih berusaha melarikan diri, Nadira memilih tetap diam menunggu Anthony mengeluarkan suaranya.
"Sudah berapa lama kamu kenal dengan Dareen?" tanya Anthony dengan nada yang begitu datar.
Nadira berusaha tenang dan menatap lawan bicaranya, "Baru belakangan ini, Pak. Namun bisa dianggap lebih dari setengah tahun seharusnya," jawabnya.
"Oh, begitu ya." Anthony tampak mengangguk pelan.
"Saya boleh tahu motivasi kamu mendekati Dareen?" tanya Anthony. Nadira tampak bingung dengan pertanyaan itu.
Maksud bapak, saya deketin Dareen dengan ada maksud dan tujuan gitu?
"Kalau bapak tanya apakah saya memiliki motif sesuatu untuk dekat sama Pak Dareen, saya mohon maaf itu tidak benar. Saya seseorang yang hidup sendiri lebih dari 2 tahun Pak. Saya ditinggal kedua orang tua saya dan saya harus hidup mandiri," ucap Nadira.
"Mungkin ucapan ini semakin membuat bapak berpikir bahwa saya ingin memanfaatkan Dareen. Hal itu salah besar jika bapak berpikir demikian. Saya sangat tahu susahnya untuk mencari uang untuk bertahan hidup. Dan tidak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk memanfaatkan Pak Dareen untuk menolong kehidupan saya," sambungnya tetap tenang.
Anthony menatap Nadira dengan tatapan yang begitu datar. Hal itu membuat Nadira kebingungan, apakah jawabannya ini dapat diterima olehnya atau tidak.
"Tidak usah kebingungan begitu," ujar Anthony. "Saya tidak berpikiran demikian kok," sambungnya.
Anthony tersenyum tipis saat melihat Nadira yang tampak lega saat mendengar ujarannya. "Saya permisi. Lain kali panggil saya om saja ya, jangan sungkan."
Nadira merasa saat itu juga ia sangat menginginkan minuman segar akibat berbicara dengan Anthony.
***
"Ra," panggil Dareen mengejar langkah Nadira.
Dengan air mata yang terus mengalir, Nadira tak merespon panggilan Dareen. Pria itu semakin cepat melangkahkan kakinya mengejar Nadira hingga ia berhasil menggapai tangan tersebut dan menahannya untuk melanjutkan langkah Nadira.
"Udah ya, Pak Dareen. Saya mau pulang," ucap Nadira. Dareen semakin mengeratkan tangannya menggenggam Nadira.
"Saya jelasin semuanya sekarang," ucap Dareen lagi.
Nadira menggelengkan kepalanya pelan, "Saya rasa apa yang saya dengar tadi sudah cukup jelas semuanya," balasnya.
Perlahan Nadira melepas genggaman tangan Dareen yang menahannya itu dengan lembut, "Maaf juga karena saya lancang mendengarkan pembicaraan bapak dan maminya Pak Dareen. Saya permisi," sambungnya kemudian kembali melangkahkan kakinya keluar dari pekarangan rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Absurd Lecturer [COMPLETED]
Romans[SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA] sebuah kisah yang mungkin terlihat sederhana, namun percayalah, kita tahu bahwa setiap masalah selalu ada alasan, dan setiap kali masalah itu kerap datang, komunikasikanlah. .. "Sebenarnya tadi sa...