"Joohyun!" Seseorang memanggil namaku dengan keras.
"Joohyun!" Suara itu terdengar lagi.
Aku mengerutkan dahiku. Suara itu terdengar familiar. Tapi aku tidak tahu siapa pemilik suara tersebut. Semakin lama suara itu semakin keras. Hingga lambat laun aku merasa bahwa suara itu tepat berada di depanku.
"JOOHYUN! BANGUN!" Teriak orang itu lagi.
Mendengar itu aku tersentak kaget. Ketika aku membuka mataku, sepasang monolid menatapku dengan serius. Mataku mengerjap cepat, berusaha memfokuskan pandanganku padanya. Hingga tanpa aku sadari aku menatapnya balik, dan mulai mengenali iris berwarna cokelat yang terasa familiar.
"Seulgi?" Tanyaku memastikan.
Pemilik mata monolid itu menghela nafasnya pelan. Kini aku menyadari bahwa dia sedang memegangi bahuku dengan erat. Ketika aku telah sepenuhnya tersadar, aku langsung menghamburkan diriku dalam pelukannya. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Yang ku tahu kini aku merasa sangat panik. Keringat dingin membasahi tubuhku membuatku menggigil kedinginan karena pendingin ruangan yang dinyalakan. Aku merasa mual. Rasanya aku ingin pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutku. Hanya saja aku tidak melakukan itu. Aku malah menenggelamkan wajahku di ceruk leher gadis itu dan memeluknya dengan erat.
"Joohyun?" Tanyanya dengan bingung dengan aksiku yang tiba-tiba.
"Aku takut Seul, aku sangat takut." Ujarku ketika menyadari bahwa tanganku mulai gemetar.
"Hei, kau tidak apa-apa. Kau aman sekarang." Bisiknya dengan lembut dan itu membuatku bisa sedikit tenang.
Cukup lama kami berpelukan hingga dia memutuskan untuk melepaskan pelukan kami setelah aku lebih tenang. Dia meraih wajahku dan memaksaku untuk menatap matanya.
"Ceritakan padaku, apa yang terjadi? Kau berteriak dengan keras. Aku takut kau kesakitan." Seulgi terus menatapku dalam, berusaha mencari tahu apa yang aku rasakan.
Aku mengalihkan pandanganku darinya, berusaha untuk merangkai kata-kata di pikiranku. Rasa takut perlahan menyelimutiku kembali. Bagaimana jika Seulgi tidak percaya dengan yang aku katakan? Bagaimana jika mengira aku mengada-ngada? Aku tahu rasa takutku tidak masuk akal dan aku takut dia tidak bisa mengerti itu.
Seulgi membelai wajahku dengan lembut. "Kau bisa menceritakan apapun padaku. Aku akan mendengarkan semua yang kau katakan."
Aku masih takut menceritakan padanya apa yang aku rasakan, namun sesuatu pada matanya membuatku ingin menjelaskan rasa takutku padanya.
"Aku mengalami mimpi buruk." Ujarku memulai cerita. Perlahan rasa takutku mulai mereda ketika aku melihat pandangannya melunak. "Aku berdiri seorang diri di panggung, tanpa ada member lain yang mendampingi. Saat aku ingin menyanyi, tiba-tiba aku tidak bisa mengeluarkan suaraku. Penonton yang melihat itu sangat marah. Aku panik, aku ingin meninggalkan panggung secepatnya. Tapi kakiku seperti tertanam di lantai panggung. Lama kelamaan mereka mulai tidak sabar karena aku diam saja. Mereka lalu melempariku dengan berbagai macam benda dan beberapa diantaranya mengenai tubuhku. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi rasa sakitnya terasa nyata. Aku takut Seulgi, aku takut."
"Hei, Hyun―"
"Aku takut bagaimana kalau mimpi itu benar-benar menjadi kenyataan, Seul? Aku tahu aku tidak berguna, namun aku tidak mau mereka membenciku. Aku―"
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Seulgi kembali menarikku ke dalam pelukannya. "Hei, tidak apa-apa. Itu tidak nyata, Hyunnie. Itu tidak nyata." Ujarnya berusaha menenangkanku sembari mengelus punggungku dengan perlahan.
"Aku takut, Seul―" Air mata yang sejak tadi kubendung mulai mengalir membasahi wajahku. Aku tidak dapat menahan diriku untuk tidak menangis. Tidak ketika aku berada di pelukan Seulgi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
It has been a while
Fanfiction"Seseorang pernah berkata padaku bahwa setelah angin musim dingin pergi, musim semi akan datang menghampiri hatiku. Akan tetapi, bagaimana bisa aku terlepas dari belenggu ini? Jika kau tahu, katakan padaku bagaimana caranya untuk melawan dirimu send...