Part 4

2.3K 235 30
                                    

Senja menghilang di ufuk barat. Cahaya kemerah-merahan di langit sore mulai pudar dan lenyap termakan waktu. Perlahan tapi pasti chandra pun merangkak naik, menduduki tahta tertinggi setelah sang bagaskara tenggelam.

Jam di meja nakas menunjukkan pukul tujuh malam. Tak terasa Sean telah menghabiskan waktunya selama kurang lebih delapan jam di meja operasi.

Guratan lelah jelas terpatri di wajah yang rupawan. Mengeluh? Tentu saja tidak. Sean sudah terbiasa dengan jadwal yang cukup padat. Tak jarang pula ia tak kembali ke mansion dikarenakan kesibukanya sebagai seorang dokter bedah.

Di sinilah Sean sekarang, setelah menyelesaikan operasi terakhirnya, ia memutuskan beristirahat dalam kamar khusus yang terhubung dengan ruang kerjanya. 

Tubuh lelah itu dihempaskan di atas kasur yang empuk. Sean benar-benar lelah dan butuh istirahat segera. Namun, netra rusa yang baru saja terpejam selama beberapa menit yang lalu sontak terbuka kembali kala mengingat jika saat ini ada sosok lain yang pasti tengah menunggu kepulangannya.

Menyambar jas dan kunci mobil yang tergeletak di atas meja, dokter sekaligus pemilik Rumah Sakit SZ Hospital itu pun bergegas pulang.

Di sepanjang lorong rumah sakit, rekan kerja sesama dokter maupun perawat yang berpapasan dengannya menyapa sembari menunduk hormat yang hanya dibalas dengan anggukan sekilas.

Ketika Sean sedang terburu-buru untuk kembali pulang, di tempat lain, tepatnya di mension mewah milik keluarga Sean, Yibo nampak berjalan mondar-mandir dengan gelisah sembari menggigit kuku-kuku jarinya. Itu adalah salah satu kebiasaan buruk yang selalu remaja itu lakukan jika sedang cemas dan khawatir. Padahal para pelayan di sana telah memberi tahu bahwa Sean memang biasa pulang larut bahkan tak jarang tidak pulang sama sekali.

Alih-alih tenang, Yibo justru semakin gelisah. Sejujurnya, ia sedikit mengalami trauma pasca kematian Sehun dan Luhan. Pasalnya, dua orang yang begitu Yibo cintai itu meninggal saat sedang berada di luar rumah karena bekerja.

Demi Tuhan, Yibo takut. Sudah cukup kedua orang tuanya pergi, ia tidak mau lagi kehilangan sosok yang dirinya sayangi.

Di tengah-tengah pikiran yang berkecamuk, suara mobil berhenti terdengar. Yibo sontak berlari menuju pintu depan tapi, belum sempat kaki pendeknya mencapai pintu, sosok yang tengah dikhawatirkan sedari tadi muncul terlebih dahulu.

Dengan wajah lelah, Sean berjalan masuk dan hampir limbung karena pelukan Yibo yang tiba-tiba. Untung saja ia memiliki refleks yang cukup bagus hingga mereka tidak harus berakhir dengan mencium dinginnya lantai di malam hari.

"Zhan Ge, kenapa baru pulang?" ujar Yibo dengan suara bergetar menahan tangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zhan Ge, kenapa baru pulang?" ujar Yibo dengan suara bergetar menahan tangis.

Sean mengernyit tak mengerti. “Ada apa, Baby?”

Yibo terisak, pelukannya semakin dieratkan. Tak ada satu pun kata yang ke luar dari bibir ranum itu kecuali isakkan.

Kali ini, Seanlah yang khawatir mendapati kebisuan Yibo. Dengan sedikit terpaksa ia melerai pelukan, menarik dagu Yibo mendongak hingga wajah berantakan dengan lelehan air mata yang mengalir deras dan hidung meler akibat menangis terpampang jelas.

My Baby Boo (Zhanyi) PDF Ready✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang