Sean berjalan gontai menuju kamar berpintu coklat, tempat Yibo beristirahat. Berdiri kaku di sana tanpa tahu harus berbuat apa. Jujur saja ia benar-benar cemas sekarang. Sean takut Yibo mengalami trauma setelah ini.
"Masuk tidak, yah?" ujarnya bimbang.
Setelah memantapkan hati, Sean memberanikan diri memegang gagang pintu dan membukanya perlahan. Sepasang manik rusanya menelisik keseluruhan ruangan dan lagi-lagi kosong yang didapati.
"Baby ...."
Suara barang jatuh membuat Sean tersentak kaget. Segera, kakinya berlari menuju sumber suara.
Di sana, tepatnya di dalam kamar mandi mewah miliknya, Yibo mengamuk membanting segala benda yang mampu dijangkau oleh tangan. Jeritan histeris terdengar, sementara tangan lainnya bergerak mencakar-cakar area leher dan dada yang berhiaskan kissmark hingga terluka.Sean meraih tubuh mungil itu masuk ke dalam dekapan. Mencoba menenangkan yang lebih muda dengan kata-kata penenang.
"Baby, berhenti menyakiti dirimu, Sayang."
"Tolong ... hiksss ... tolong jangan sentuh aku."
Yibo berontak, berusaha melepaskan diri dari dekapan Sean. Ia sedikit trauma hingga tidak mengenali siapa sosok yang tengah memeluknya.
"Baby, ini Gege, Sayang. Zhan Ge di sini, jangan takut lagi, hum?"
"Zhan-Ge ...."
Sesaat setelah kata itu terucap, Yibo kehilangan kesadarannya. Beruntung, Sean menopang tubuh lemah itu hingga tak harus terjatuh membentur ubin kamar mandi yang dipenuhi pecahan kaca.
Wajah terlelap Yibo dipandang lekat. Setitik air mata jatuh membasahi rahang tegasnya. Sean tidak pernah bermaksud meninggalkan Yibo di rumah sakit sendirian. Ia hanya perlu sedikit waktu untuk mengurangi kecanggungan yang akan terjadi ketika mereka bertemu nanti.
Baby, apa yang harus Gege lakukan? Gege takut rasa ini bukan cinta. Gege tak ingin menyakitimu lagi, Sayang.
Lamunan Sean buyar kala melihat Yibo meronta dalam tidurnya.
"Jauhkan tangan kalian ... jangan sentuh aku! Tolong ... Zhan Ge, tolong."
"Syuttt ... Gege di sini, Sayang. Gege di sini bersamamu."Mata indah Yibo terbuka, bersibobrok langsung dengan netra rusa milik Sean. Keduanya saling mengunci pandangan satu sama lain dan membiarkan keheningan melingkupi mereka.
"Aku kotor, Ge."
Sean menggeleng. Bibir bawah digigit. Sesuatu tak kasat mata tengah meremas-remas jantungnya di dalam sana. Rasa bersalah semakin menyambangi kalbu, menciptakan sebuah penyesalan yang teramat besar.
"Tolong jangan katakan itu lagi, Baby."
Yibo memalingkan muka. Terlalu menyakitkan rasanya jika harus melihat Sean dalam keadaan yang bernoda seperti ini. Yibo malu, ia merasa seperti jalang yang sesungguhnya."Baby, lihat Gege."
Tangan yang hendak menyentuhnya disentak kasar. "Jangan sentuh aku, Ge. Tubuh kotor ini bisa menodaimu nanti. Menjauhlah dari jalang ini."
Sean terperangah. "Hei, kenapa bicara seperti itu, hum?"
Yibo memberanikan diri menatap Sean. "Kenapa? Bukankah aku ini memang jalang. Gege sendiri, kan, yang bilang. Apa Gege lupa?"
"Baby, Gege tidak bermaksud seperti itu tadi. Gege hanya terlalu emosi hingga lepas kendali, Sayang. Tolong jangan diambil hati, yah. Gege benar-benar minta maaf."
Tatapan dingin Yibo layangkan. Tangannya terulur, menarik turun kerah kemeja Sean hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa senti.
"Kalau begitu ... maukah Gege menghilangkan tanda mereka dan menggantinya dengan tanda milikmu?"Resah, itulah yang Sean rasakan sekarang. Ia tahu betul, bagaimana tubuhnya bereaksi jika menyentuh Yibo. Sean takut lepas kendali dan berujung menggagahi remaja cantik itu.
Kebisuan Sean membuat Yibo tersenyum kecut. Cengkraman di kerah kemeja dilepaskan. Ia mendorong yang lebih dewasa menjauh darinya.
"Lupakan, aku sadar tubuh ini terlalu menjijikkan untuk disentuh."
"Baby tidak seperti itu. Gege hanya---"
"Pergilah, Ge. Enyahlah dari sini. Aku muak melihatmu."
Sean merebahkan diri di samping Yibo. Memeluk tubuh bergetar itu dari belakang. "Tubuh ini begitu sempurna, Baby. Gege takut merusaknya seperti waktu itu."
"Bullshit! Kenapa baru sekarang? Bukankah dulu Gege sering menjamahku? Apa bedanya?"
"Gege tidak berbohong, Sayang. Gege benar-benar takut melewati batas."
Yibo berhenti berontak. "Apa Gege tahu kenapa selama ini aku menerima semua perlakuanmu?"Sean menggeleng di balik pundak Yibo.
Tangan yang melingkar di perut ditarik ke atas tepat di dada bagian kiri. "Katakanlah aku tak tahu diri, tapi jujur, di sini memang tertulis namanu, Ge. Yibo mencintai Gege selayaknya wanita yang mencintai pria."Pengakuan Yibo yang tiba-tiba itu membuat seluruh saraf dalam diri Sean berhenti. Ada rasa senang yang menggerayangi hati ketika kata cinta itu disematkan untuknya.
Yibo merubah posisi, berhadapan langsung dengan Sean. Tangan lentik terangkat membelai mesra wajah rupawan itu. "Maaf karena telah lancang mencintai Gege."
Dalam sekali sentak, Sean menindih Yibo. Salah satu tangan dengan cekatan membuka kancing kemeja yang baru saja ia pasangkan tadi, memperlihatkan tubuh bagian atas sang remaja yang telah dinodai kissmark.
Rahang mengeras, begitu benci melihat leher yang dulu sering dibubuhi hisapan darinya kini memiliki jejak orang lain.
Berengsek! Siapa pun yang melakukan ini akan kupastikan mereka lebih memilih mati daripada hidup di dunia yang sama denganku kerena telah berani menyentuh Yiboku.
"Zhan Ge ...."
Sean tersenyum lembut. "Jangan takut, kamu percaya, 'kan, sama gege?"
Yibo mengangguk. Sepasang tangan terulur, melingkar indah di leher Sean.
Setiap inci tubuh Yibo dijelajahi dengan bibir. Dihisap dan dijilat hingga memberi tanda baru di sisi yang masih kosong.Sean akan menghisap lebih dalam setiap tanda yang diperoleh Yibo dari orang lain. Ia ingin menghilangkan jejak mereka dan mengganti dengan maha karyanya. Alhasil, warna keunguan di beberapa tempat terlihat lebih pekat dibandingkan dengan yang terlihat di awal.
Tergiur dengan pesona sakura pink yang terletak di dada, Sean pun mulai memainkannya. Diusap, dicubit, dipelintir hingga empunya membusungkan dada karena terlalu nikmat.
"Shhhh, Zhan Ge, lebihhh lem-buttt, ahhh."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Boo (Zhanyi) PDF Ready✅
عاطفيةKeterlambatan Xiao Zhan dalam menyadari perasaannya sendiri membuat dokter tampan itu harus terjatuh dalam kubangan lumpur penyesalan. "Aku merindumu seperti ini. Seperti seekor kupu-kupu yang terbang ke sana kemari mencari sebuah kelopak bunga mata...