*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
"Nikah apaan sih, Bun?"
"Satya cuma temenan sama Tara."
Haura langsung menunjukkan wajah sebalnya setelah mendengar jawaban Satya yang jug abicara dengan nada sebalnya.
Pertanyaan bundanya itu jujur mengejutkan untuk Satya dan membuat pria itu memicingkan matanya saat menjawab.
"Temen apaan sih yang bakal nangisin kamu sampai kayak Tara kemarin itu? Kamu juga pas siuman yang dicari pertama Tara, tidur peluk Tara, bangun tidur cari Tara! Kayak gitu cuma temenan doang?"
Haura yang kesal berakhir mengomel, ia sangat tak habis pikir dengan jawaban Satya itu karena jelas-jelas kedekatan putranya dan Tara tidak seperti dua orang yang hanya berteman, terlebih ...
"Mana ada temen yang saling ciuman?!"
Satya seketika melebarkan matanya, menatap bundanya dengan tatapan terkejut dan tak percaya yang justru membuat Haura mulai tersenyum.
"Bunda sama Ayah lihat kok kemarin pas kamu peluk Tara terus cium dia!"
Lagi, Satya dibuat sangat terkejut dan perlahan wajahnya mulai memerah karena malu terlah tertangkap basah melakukan hal yang tidak-tidak kepada Tara.
"Kalau emang ada apa-apa, cepet nikahin Tara-nya, Sat! Keburu ada yang nikung lagi!" sambung Haura yang kemudian bangkit dari kursinya meninggalkan Satya yang masih dalam kondisi terkejut juga malu itu.
Satya tidak menanggapi lagi perkataan Haura namun ia jadi terpikirkan apa yang baru saja bundanya katakan itu, tapi ... ia tak harus khawatir bukan? Ia dan Tara sama sekali tidak memiliki hubungan spesial yang harus membuatnya takut akan ada pria lain yang mengambil Tara, kecuali Kafka.
Kafka adalah satu-satunya pria yang tak boleh mendekati Tara apalagi sampai menjalin hubungan dengan Tara, karena jika sampai itu terjadi maka Shiela akan tersakiti.
Di tempat lain, seperginya Kafka tadi Tara dibuat terdiam cukup lama dengan posisi terduduk di lantai.
Entah bagaimana untuk menjelaskan perasaannya saat ini namun melihat Kafka seperti tadi jujur saja membuat Tara agak ketakutan. Apa yang Kafka lakukan benar-benar membuatnya terkejut bahkan ini mungkin kali pertama pria itu datang ke tempatnya tanpa memberitahunya terlebih dahulu.
"Gue harus reset PIN pintu," gumam Tara yang akhirnya bangkit dari posisinya lalu berkutat lama di depan pintu huniannya lalu setelahnya kembali terdiam.
Tara melihat jam yang masih cukup pagi, lalu berjalan menuju dapur.
Alih-alih pergi ke kamarnya untuk mandi, Tara justru memutuskan untuk memasak terlebih dahulu.
Tara berkutat agak cukup lama di dapurnya, ia membuat beberapa hidangan dan juga membuat bubur yang nanti rencananya akan ia bawa saat kembali ke rumah sakit.
Setelah selesai, barulah Tara pergi ke kamarnya untuk mandi lalu sekitar jam Sembilan ia akhirnya kembali pergi ke rumah sakit bahkan tanpa istirahat terlebih dahulu.
Tara sampai di rumah sakit pukul setengah sepuluh lebih dan ketika sudah berada di persimpangan terakhir ruang rawat Satya, barulah ia teringat lagi hal memalukan yang membuatnya urung melanjutkan langkahnya.
"Duh ... gue takut orang tuanya Satya tanya yang aneh-aneh," gumam Tara yang kini menunjuukkan wajah tersiksanya.
Sungguh akan sangat memalukan jika orang tua Satya tiba-tiba menginterogasi dirinya dan Satya, apa yang harus ia lakukan jika mereka bertanya apa hubungannya dengan Satya?
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romance***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...