Dinginnya angin malam menerpa wajah cantik seorang santriwati yang sedang hanyut dalam pikirannya. Gadis cantik dengan tubuh yang mungil serta kulit putih dan bersih itu tengah berada di bawah sinar rembulan malam, matanya terpejam menikmati semilir angin yang lewat.
"CI.... ASTAGHFIRULLAH!!"
Teriakan yang cukup keras itu membuat ketenangan Cia terusik. Teriakan yang berasal dari bawah.
"CI ANA TAU ANTI BANYAK PIKIRAN. TAPI NGGAK GINI JUGAA!!"
Cia menghembuskan nafasnya berat, ia menengok ke bawah melihat dua orang temanya yang tadi meneriakinya. Tatapan Cia mengancam pada Ily dan Hanin.
"Kalian ngapain sih! Ana kagak bunuh diri, ya Allah"
Jelasnya pada Ily dan Hanin. Kedua orang tersebut berjalan ke belakang masjid untuk menghampiri Cia yang berada di atas masjid.
Sudah hal biasa bagi seorang Hazkia Cia Acasya, berada di atas masjid. Jika orang orang mencari ketenangan di dalam masjid, maka Cia berani berbeda, ia merasa tenang saat di atas masjid apa lagi waktu malam hari."Anti ngapain malem malem di atas masjid?"
Tanya Ily setelah berhasil memanjat tangga penghubung ke atas masjid.
Bukannya menjawab Cia malah bertanya ulang."Hah? Apa Ly?"
Ily menghembuskan nafasnya berat.
"Dengerin baik baik. Anti ngapain malem malem di atas masjid?"
"Ohh itu"
"Ya"
Jawab Ily singkat. Bukannya menjelaskan kenapa Cia di atas masjid, Cia malah diam lagi.
"Ci, ana nanya loh"
Jelas Ily, tapi Cia tetap menutup mulutnya. Seakan tau apa yang harus di lakukan Ily pun memanggil Hanin yang masih stay di bawah.
"NIN!"
Panggil Ily, Hanin yang merasa namanya terpanggil pun mendongak ke atas melihat siapa yang memanggil.
"KENAPA LY?"
Suara cempreng yang khas dari Hanin terdengar jelas ke telinga Ily dan Cia.
"Anti naik sini, buruan!"
Suruh Ily. Sesampainya Hanin di atas, ia menyuruh Hanin berada untuk di samping kanan Cia.
"Turun yuk ci, udah malem ini"
Ajak Hanin, namun lagi lagi tidak ada jawaban. Cia hanya meliriknya sekilas tanpa mengucapkan apa pun.
Hanin dan Ily saling tatap, seakan tau isi pikiran masing masing. Tanpa aba aba, Ily menempelkan tangannya di dahi Cia, sedangkan Hanin memegangi tubuh Cia."ALLAHULAILLA HA ILLAHUWAL HAYYUL QO-"
Belum selesai mereka mengucapkan ayat kursi, Cia sudah duluan membentaknya.
"Heh! Ana kagak kerasukan!"
Sontak Ily dan Hanin melepas pegangannya pada Cia.
"Lagian anti di tanyain diem aja, ya ana kira anti kerasukan"
Jelas Hanin.
Cia merogoh sakunya mengambil lipatan kertas yang tadi di pegangannya.
"Nih"
Cia menyodorkannya ke Ily dan Hanin. Raut wajah keduanya tidak faham.
"Surat ci?" Tanya Hanin
"Ya, itu surat" Jawab Cia
"Ini kertas, kamu bohong" Kata Ily
"Anjayy aku bohong" Jawab Cia
"Kertas yang bohong" Tambah Hanin
KAMU SEDANG MEMBACA
Masyaallah Gus
Novela JuvenilHazkia Cia Acasya, nama yang bagus untuk santri yang memiliki paras cantik seperti Cia. Namun, tidak dengan hidupnya yang di penuhi oleh trauma berat yang selalu menghantui nya. Trauma itu membuatnya terjebak dalam lubang kesunyian. Masalah di hidup...