00.06

93 18 4
                                    

And i heard of a love that comes in a lifetime

And i'm pretty sure that you are that love of mine

Setiap bulan Desember. Ketika salju pertama turun menyelimuti bumi, Klub Musik selalu mengadakan konser untuk menggalang dana bantuan. Kemudian, menyalurkannya pada sebuah Panti Asuhan yang kekurangan dalam persiapan selama Musim Dingin berlangsung.

Dan di tahun kedua ini, sama seperti biasanya. Mikasa selalu menjadi Pemeran Utama yang dinanti-nanti permainan pianonya oleh semua orang.

Beberapa dari mereka bahkan ingin membayar mahal untuk menonton pertunjukan Mikasa secara langsung.

"Ah, walau melelahkan mengerjakan semua ini bahkan di saat cuaca buruk. Rasa lelah itu akan tergantikan beberapa hari lagi!"

"Heum! Aku tidak sabar menantikan hari dimana aku melihat senyuman anak-anak."

Rico tertawa membenarkan ucapan Mikasa, keduanya berjalan beriringan di koridor kampus menuju aula pentas. Beberapa anggota klub membantu untuk mendekor ruangan tersebut sedemikian rupa, memperindah agar anak-anak dan tamu yang hadir nanti akan merasa senang dan nyaman dengan tempat ini.

"Maaf, ya, aku meminta bantuan mu. Padahal kau seharusnya berlatih saja," ucap Rico

Mikasa meletakkan kotak berisi kuas dan beberapa perlengkapan untuk menghias panggung di samping seniornya, Petra.

"Tidak apa-apa. Aku juga mau membantu, aku punya banyak waktu luang di rumah untuk latihan."

"Syukurlah."

Rico pamit untuk mengecek belakang panggung, sementara Mikasa memilih duduk di sebelah Petra, gadis berurai madu yang tengah melukis papan ucapan selamat datang dengan serius.

"Tidak di ragukan, permainan Kak Petra dengan kuas dan cat adalah yang terbaik." ucap Mikasa kagum.

Sejak kecil, walau jemarinya pandai menari di atas tuts piano, ia cukup payah dalam menggambar atau melukis.

"Ah, benarkah? Aku senang kalau kau suka lukisanku!"

Keduanya saling melempar senyum.

"Oh ya, Mikasa, apa Senior Levi akan ikut menonton konser tahun ini lagi?" tanya Petra.

Gadis itu menunduk, sengaja membuat poninya menutupi semu merah muda yang muncul di kedua pipinya. Bukan sebuah rahasia lagi, tentang fakta bagaimana Petra masih menyimpan rasa terhadap Levi walau gadis itu tahu dia sama sekali tidak punya kesempatan untuk maju.

Cintanya bertepuk sebelah tangan. Levi lebih memilih untuk bersama dengan Hanji, Si Jenius Lab kesayangan Dosen.

"Oh, sepertinya tidak, Kak."

"Bisa aku tau kenapa?"

Mikasa mengulum bibirnya ragu, "Emm ... Dia sedang tidak ada di rumah. Karena sebentar lagi ulang tahunnya, Kak Hanji mengajak Levi berlibur ke London, sampai tahun baru."

Ekspresi Petra berubah, gadis itu tersenyum kecut di balik anak poninya. Walau sudah berusaha menutupi suaranya yang terdengar sedih, Mikasa masih bisa menyadari suara Petra yang terdengar kecewa saat berkata 'oh'.

DANDELIONS [√] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang