"Enes Gema?" Putri membaca kertas berisi nama-nama pengisi acara mereka minggu depan. Alisnya berkerut. "Lu yakin Jem? Si Net itu, tuh?" Tanya puput skeptis. Alisnya naik sebelah.
James mengangkat bahu. "Ya gimana..." Sebenarnya James juga ragu. Ia betul-betul tak mengenal Net, dia cuma beberapa kali liat Net di kampus sama temen-temennya, dan baru sekali ngobrol, dan juga liat dia di video-videonya kemarin, tidak lebih.
"Jangan gitu dong Jem, mending kamu hubungin dia, aku enggak mau kita berharap sama orang yang enggak bisa di harepin," ucap Puput kesal.
James berdecak sambil merebut kertas ditangan Puput.
"Kok jadi kamu yang kesal sama aku? Aku musti ngurus sana-ngurus sini. Pusing tahu gak, mana ngerti aku soal band-band pengisi acara disini."
Puput nyengir melihat cowok manis itu kesal. "Kan aku cuma khawatir aja Jem, apalagi sekarang dia lagi ada masalah sama kampus sebelah, kayaknya bentar lagi bakal kena d.o, dan engga bakal diijinin ikut semua kegiatan kampus... ini kan bukan pertama kalinya temen-temennya itu suka nyari masalah," Kata Puput. James diam-diam jadi khawatir juga soal acaranya yang kemungkinan bakal gagal total.
"Hmm, ya sudah gini aja, mending kamu ngomong dulu sama dia, mastiin gitu, hehe." Kata Puput lagi sambil nyengir. "Tolong ya, James." Mata cewe itu mengerjap-ngerjap berusaha membujuk cowok itu.
James hanya memutar bola mata lalu menyerahkan kertas tadi pada Puput lagi. Dan pergi keluar dari kelas.
Saat itu bulan februari, dan UTS Fakultas Kesmas sudah selesai, dibarengi dengan tragedy 16 februari.
James dan Nat dipanggil ke ruang dekan, dekan menanyakan soal festival yang tinggal menghitung hari, James berusaha meyakinkan dengan kegiatan tahunan kampus mereka itu akan berjalan lancar, walaupun James belum yakin juga dalam hatinya. Tapi dia tidak mau terlihat ragu-ragu. Terlihat ragu, artinya kalah. Dia tidak suka merasa kalah. Ditambah rongrongan Puput soal kegiatan dari kelompok lain, misalnya saja pertunjukan sandiwara dari Fakultas Bahasa yang sudah selesai latihan dan tinggal direvisi sedikit, puput mendapat bocoran hal itu dari Mira, ketuanya.
Lalu pada siang hari yang panas itu, James sibuk menatap hape-nya, sms-nya belum dibales sama Net sejak tadi.
"Net bisa bicara sebentar? Aku tunggu dikantin."
Sebenarnya James masih kesal dengan Net yang hape-nya tidak aktif sejak kemarin, James masih terbayang wajah Net yang masuk kedalam Fakultas kemarin, jelas ia sedang marah. Tapi James juga merasa berhak untuk kesal dan marah padanya, mereka sudah terikat kontrak, dan sekarang ponselnya mati dan tidak bisa dihubungi. Pikiran James mulai pusing, dia terus memikirkan apa yang telah terjadi selama 3 hari kebelakang... kenapa Net belum menghubunginya?
Lalu James menepuk kepalanya, memangnya kenapa juga Net harus menghubunginya setiap saat, mereka baru saling mengenal selama beberapa hari dan bertemu dua kali.
"Setidaknya dia membalas SMS-ku." Ketus James seakan pada ponselnya.
Tapi Net tidak datang-datang juga, sudah setengah jam lamanya James menunggu, sudah jam 12 siang dan matahari semakin menyengat mata. James sejenak terpikir untuk menyusul ke Fakultasnya yang lumayan jauh jika harus berjalan kaki dari kantin kesana.
Kemudian saat itu, Nat terlihat berlari melewati beberapa anak yang sibuk menjilati eskrim disamping kantin, James heran melihat wajahnya yang penuh peluh dan kelelahan.
"Net! Net!" Ucap Nat ngos-ngosan.
"Ada apa, sih? Nafas dulu yang bener, tarik nafas... hembuskan..." Nat menurut. "Nah sekarang kenapa?" Tanya James setelah Nat duduk dan minum es jeruk miliknya tadi.
"Miki! Meninggal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
februari
Fanfic[NetJames Fanfiction] semua yang terjadi dibulan februari. ✍️: 2021 repost: 2022 status: telah direvisi seadanya, sudah selesai.