Soobin mengetuk pintu rumahnya dengan lembut.
Perlahan pintu terbuka, ibunya tersenyum hangat saat melihatnya. Ibu dan ayahnya menyambutnya dengan hangat. Kedua kakak Soobin masih sibuk dan belum bisa berkunjung, padahal sudah hampir 3 bulan mereka tak bertemu.
"Aigoo~ anakku sudah besar..." Ucap Ibu sambil mengecup pipi gembung Soobin. "Bagaimana sekolahnya, nak?"
"Lancar, bu. Soobin dapet nilai terbaik lagi kali ini." Jawab Soobin.
"Minyeon sudahlah, biarkan dia beristirahat dulu, baru kita bicarakan tentang sekolah dan lainnya." Ujar Ayah sambil mengusap bahu pemuda itu.
Ibu Soobin terkekeh dan mengangguk. Wanita itu berjalan kearah dapur untuk menyiapkan makan siang untuk putra bungsunya.
~~~
Dengan lahap Soobin memakan masakan ibunya. Sudah hampir 1 bulan dia tak merasakan masakan ibu tercintanya itu.
Soobin berpikir mungkin hari ini dia bisa melepaskan dirinya dari jadwal belajarnya, walaupun hanya untuk sesaat. Jujur saja pemuda itu tidak mau menjadi guru, dan dia tak suka menghitung. Namun karena kedua orang tuanya sangat mengharapkan anak bungsunya menjadi seorang guru, Soobin jadi merasa bersalah untuk menolaknya. Apalagi sejak kecil Soobin itu tipe anak baik yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya. Beda dengan Beomgyu yang pernah mencuri uang ibunya sewaktu ia kecil-- yah walaupun ujung-ujungnya Beomgyu mengembalikan uangnya pada ibunya. Soobin ingin sekali berlibur.
"Soobin, apa kau ingat Han Jiwoo?" Tanya Ayah.
Soobin mengangkat alisnya. Han Jiwoo, kakak dari Han Jisung. Tentu saja Soobin tahu.
(Aku gak tahu namanya kakaknya Jisung, makanya aku pakai nama Han Jiwoo :'V)Pemuda itu mengangguk. "Iya... Kakaknya Jisung, kan? Kenapa, yah?"
"Ayah dengar Jiwoo sudah menjadi seorang dokter." Jelasnya. "Ayahnya pasti bangga dengannya."
Soobin terdiam. Apa ayahnya sedang berusaha mengingatkan Soobin untuk fokus menjadi guru untuk membuat kedua orangtuanya bangga?
Soobin mengangguk perlahan.
"Tapi ibu heran kenapa Jisung bisa jadi seorang idol." Kata ibu.
"Mungkin... Karena itu memang impiannya? Dan Jisung juga punya bakat dalam music, ngerap, dan juga menyanyi." Ujar Soobin pelan.
Sang ibu menaikan alisnya dan mengangguk. "Yah, selagi orang tuanya tidak masalah, maka tak apa. Yang penting Han Jisung sudah berhasil mengejar impiannya."
Pemuda itu berpikir mungkin ia harus mengatakan impian dia yang sebenarnya. Tapi Soobin mengurungkan niatnya lagi karena ia tahu orangtuanya tak akan mendengarkannya.
"Soobin harus berhasil jadi guru, ya?" Lanjut Ayah. "Kedua kakak mu sukses menjadi CEO. Kau juga harus sukses, mengerti?" Ayah mengusap-usap rambut Soobin.
Pemuda itu tersenyum dan mengangguk pelan.
Yah... Mungkin memang sebaiknya aku tak mengatakannya.
🎟️🎟️🎟️
Kak Yeonjun: Heyooo
Beomgyu: Udah pada pulang kah?
Taehyun: Belum, Taehyun masih dirumah. Katanya masih pada kangen hahah.
Heuning: Ini Bahiyih juga ngelarang Heuning pulang :')
Soobin: Oh, jadi Soobin di apartemen sendiri, nih?
Kak Yeonjun: Nanti jam 10 kakak pulang, kok.
Soobin: Okey. Soobin gak akan masak, jadi kalian makan banyak aja di sana ya
Soobin terkekeh dan memasukan hpnya kedalam kantong celananya. Dia memasuki apartemennya yang kosong karena keempat temannya masih berada di rumah mereka masing-masing. Rasanya aneh melihat kondisi apartemennya rapih dan sunyi. Biasanya, di saat-saat seperti ini ada Beomgyu dan Yeonjun yang lagi ribut rebutan remote TV, atau Heuning dan Taehyun yang sibuk main magic dari kartu.
"Aneh sekali. Sudah lama aku tak merasakan kesunyian seperti ini." Soobin menghela nafas.
Ini sudah pukul 9 malam. Soobin pamit pulang dari rumah kedua orangtuanya pada pukul 6 sore karena esok pagi ia harus ke sekolah. Sebenarnya Soobin masih ingin tinggal disana, walaupun dia tahu dia akan di tanyai banyak hal tentang sekolah dan lainnya.
"Sebaiknya aku pergi mandi..." Gumam Soobin sambil mengambil handuknya.
🎟️🎟️🎟️
Kalau diingat-ingat lagi, salah satu impian Soobin setelah ia tinggal bersama keempat temannya itu adalah; menghabiskan waktu sendirian di apartemen. Seharusnya Soobin memanfaatkan waktu ini untuk menghabiskan waktu sendirian, tapi entah kenapa pemuda itu sekarang sudah tak terbiasa dengan kondisi rumah yang sunyi, tanpa ada satu pertengkaran— yang tentu saja karena hal yang tidak masuk akal dan hal sepele.
Mungkin karena sudah 3 bulan lamanya Soobin tak pernah sendirian di apartemen. Walaupun iya, yang lain juga terkadang hang out dengan teman-teman mereka yang lain, tapi biasanya setiap yang lain punya janji, Beomgyu selalu berusaha melonggarkan waktunya untuk menemani Soobin di apartemen. 'Kan setia kawan. Itu yang selalu dikatakan pemuda itu.Karena kondisi didalam kamar terlalu sunyi, Soobin memutuskan untuk menyetel lagu kesukaannya. Ia merebahkan dirinya diatas kasur Heuning sambil memandang layar TV yang sedang menayangkan Drama.
Sekarang sudah pukul setengah sepuluh, biasanya Soobin masih berada dimeja belajarnya sekarang. Namun karena ia terlalu lelah setelah perjalanan pergi pulang dari rumah kedua orangtuanya ke apartemen dia dan teman-temannya yang sedikit jauh, Soobin memutuskan untuk istirahat dulu untuk hari ini.
Pemuda itu terlalu fokus dengan lagu yang ia setel, membuatnya tidak terlalu memperhatikan cerita drama yang sedang ia tonton. Kepala Soobin mulai mengangguk-angguk sesuai irama, perlahan ia melihat sekitar.
Karena sudah tak bisa ia tahan, akhirnya pemuda itu mengeluarkan suaranya.
"My love, know I'm in for the long ride I'm not playing games of the wrong kind
Could be keeping secrets and telling lies
But I'm just online,..." Suara berat Soobin terdengar sangat halus, dan Soobin tahu itu. Mengingat keempat temannya masih belum pulang, Soobin tak ingin menyiakan kesempatan emas ini untuk bernyanyi dan menari. "And I can promise you I'll never play ya, I'll find a way to
Show you I'm grateful, so I'm begging you—"Soobin membeku saat mendengar suara pintu kamar dibuka. Ia dapat melihat sosok pemuda sedang menatapnya dengan tatapan terkejut.
"Kak Soobin?"
~~~
yoh, ada yang bisa nebak siapa yang pulang duluan dan lihat Soobin???
YOU ARE READING
One Dream ||TXT Friendship AU (Completed)
ФанфикPersahabatan antara lima pemuda di satu dorm yang memiliki mimpi yang sama. Namun di sisi lain mereka harus menerima kenyataan memiliki orangtua yang menginginkan jalan hidup yang berbeda bagi anak2 mereka. . . . . . Authornya masih belajar. Mohon...