💔The Beauty in the Dark : Part One💔.

1.2K 82 1
                                    

Judul lagu multimedia : Handel - Sarabande.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Udara pengap serta teriknya matahari langsung menyergap wajah cantik Raninda Prasatya Saksajaya ketika dirinya turun dari dalam mobil city hatchback impor warna merah metalik. Sesungguhnya Raninda paling tidak menyukai perubahan suhu dari dingin ke panas, kulitnya cukup sensitif mengenai hal itu, namun untuk kali ini, wanita berumur 26 tahun tersebut mau memaklumi nya.

Suara ujung sepatu hak tinggi warna hitam miliknya berkelotakan ketika menyentuh trotoar. Raninda mengangkat dagu nya tinggi-tinggi sembari membusungkan dada, ia mencoba menyembunyikan kesedihan nya dibalik kacamata hitam merk Eropa. Akan tetapi langkahnya seketika terhenti setibanya di depan pintu pagar besi tempa bersepuh emas, menjulang tinggi di depannya, satu bagian pintunya terbuka ke dalam memperlihatkan bangunan mewah bergaya greek dan mediteranian. Bahkan dari tempatnya berdiri, perempuan berponi rata tersebut bisa mendengar suara isak tangis dari para pelayat di dalam tempat yang pernah dia panggil sebagai ' rumah' tersebut.

Lutut Raninda mendadak lemas, dan entah bagaimana ceritanya, keberaniannya menjadi luruh secara perlahan.

' Mungkin ini kesalahan. Semestinya aku nggak pulang sekarang'. Raninda membatin.

Sepasang berputar pelan, dia sudah akan melangkah pergi saat gendang telinganya menangkap suara sepasang kaki berlari. Raninda tidak merasa siap sewaktu lengan kanannya ditarik secara cepat dari belakang, menyebabkan tubuhnya berputar ke samping kanan. Dirinya nyaris jatuh andai pijakannya di atas tanah tak cukup kuat.

" Kamu baru datang dan mau pergi begitu saja?".

Suara maskulin, bass serak yang selalu memenuhi imajinasi Raninda selama enam tahun lamanya kini terdengar begitu nyata.

" Apa bunda segitu nggak pentingnya buat mu?!". Nada suara lelaki itu terdengar menuntut.

Raninda mebisu. Menelan saliva. Berusaha menegakkan punggung serta menatap lurus-lurus ke dalam sepasang netra sosok yang kini berhadapan dengannya. Raninda bersyukur karena saat ini dirinya memakai pelindung mata, sebab jika tidak, maka Garuda Saksajaya pasti sudah melihat betapa sembab serta merah kedua retina nya.

Raninda mengamati Garuda secara saksama, sama seperti yang tengah dilakukan oleh pria itu kepadanya. Garuda tidak banyak berubah; kecuali fakta kalau pria bertubuh tinggi berotot, namun memiliki postur lebih ramping dan tegap tersebut terlihat semakin matang, dewasa, juga menawan. Di dalam kedua iris sewarna samudra milik Garuda, Raninda menemukan kecerdasan berbalut amarah yang tak pernah pudar, bibir tipis kemerahan yang melintang mulai bergerak membentuk senyum sedih.

" Welcome home, Ran".

Garuda bergerak maju tiga langkah, mempersempit jarak di antara mereka.

Di momen tersebut, segala kenangan Raninda dan Garuda berjejalan masuk secara sporadis ke dalam ingatannya.

Ingatan saat Garuda serta kakak laki-laki nya pertama kali berjalan memasuki gerbang rumah ini bersama ibu mereka, di hari akhirnya mereka resmi menjadi satu keluarga utuh.

Memori ketika Raninda mulai akrab bersama kedua kakak kembar barunya; Sewaktu ketiganya bermain bersama. Berlarian di halaman depan rumah mereka, sembari menemani Lena, ibu tiri Raninda bertanam, memenuhi taman yang sempat kering dan kurang terawat itu menjadi dipenuhi oleh bunga aneka warna lagi.

Atau saat Raninda dan kedua kakaknya memasuki masa pubertas. Kabur dari rumah untuk menonton konser serta pulang sampai larut malam dengan Garuda dalam keadaan mabuk berat.

Sejujurnya Raninda telah melalui begitu banyak hal selama 12 tahun masa hidupnya bersama Garuda dan saudara kembarnya.

Sampai hari itu datang.

Waktu di mana sekat tipis pemisah hubungan antara ketiganya menjadi porak poranda.

Tanpa bisa menahan diri, Raninda melirik ke arah sisi kanan gerbang. Masih melekat erat di dalam kepala perempuan tersebut. Di sana, 6 tahun lalu, segalanya bermula. Di antara sulur bunga mawar merah muda rambat yang menjalar dan bermekaran dengan indahnya, bagaimana Garuda telah merenggut hal terpenting dari dirinya.....

Setitik sesak yang sejak dulu menggumpal di sudut hati Raninda, kini berkembang semakin besar, dadanya dipenuhi oleh rasa kecewa. Lehernya bergerak pelan, kembali meletakkan atensi nya kepada Garuda, pandangannya turun ke bawah, sadar kalau pria itu sejak tadi masih menggenggam erat tangan kanannya. Lantas secara kasar, Raninda menarik lengannya hingga terlepas dari pegangan pria pemilik rahang lonjong tersebut. Tindakannya barusan jelas membuat Garuda terkejut, namun lelaki itu berhasil menutupinya serta bertingkah biasa.

" Ayo masuk, semua orang menunggu mu".

Mereka berdiri, berpandangan selama persekian detik. Raninda bisa melihat pantulan dirinya melalui netra bening Garuda, dan entah kenapa dia menjadi menyesal karena bersikap se kasar itu barusan. Bahunya sedikit merosot turun.

Perlahan, Garuda berjalan ke samping Raninda, melemparkan tatapan ramah serta seolah bertanya melalui kedua sorot mata kali ini. Raninda mendesah pelan, pada akhirnya membiarkan pria itu merangkul pundaknya dari samping. Dia mampu merasakan ketegangan yang menyelimuti nya perlahan memudar. Keduanya lantas berjalan berdampingan.

Dan untuk kali pertama setelah 6 tahun lamanya Raninda harus mengakui pada diri sendiri. Kalau Garuda masih memiliki kendali kuat atas hati dan juga tubuhnya. Meski begitu, alasan ke pulangannya kali ini bukanlah untuk lelaki tersebut atau sekadar mengembalikan memori cerita lama menjadi kisah baru.

Bukan.

Raninda datang ke Indonesia demi ayahnya yang tengah berduka, juga mendiang Alena Roswell-Saksajaya yang sempat membuat dirinya merasakan cinta dan hangat dari sosok ibu sesungguhnya.

Ini adalah penghormatan terakhir bagi wanita yang sudah mengisi masa kecil hingga remajanya dengan limpahan kasih serta sayang.

Beginilah cara sederhana Raninda menunjukkan rasa terima kasihnya.

Atau setidaknya, itulah yang Raninda pikirkan sekarang.

Atau setidaknya, itulah yang Raninda pikirkan sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Word : 797 K.

Published : 05 April 2022.

[Completed] The Beauty In The Dark : (#01. The Darkness Heart Series).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang