Mereka memilih salah satu kedai makan yang menjual aneka olahan laut dengan harga bersahabat. Masing-masing mendapat seporsi makanan dan segelas minuman dengan harga maksimal lima tael.
"Aku bingung, dari semua info yang kudengar, Plum Blossom itu sebenarnya mitos. Jadi, apa yang sebenarnya kita cari?" Vendard mengungkapkan kebingungannya setelah mendengar beragam obrolan yang mengudara di kedai terbuka itu. Mereka duduk di salah satu meja yang dilatarbelakangi danau berair biru jernih.
"Sementara yang bisa kita andalkan hanya duplikat The Prof." Scarlett yang menyahut.
"Aku juga nggak paham sama cara kinerja duplikat ini. Nggak bisa bertarung, nggak bisa ngomong, dan cuma mengikuti ke mana pun kau pergi, Jace." Keluhan Vendard rasanya terlalu berlebihan.
"Lembek banget jadi laki-laki," ledek Jace di sela kunyahan. "Soal dia mengikutiku, kupikir itu karena aku ketua tim."
Scarlett mengangguk tanpa suara, menyetujui asumsi Jace. Sisa waktu mereka habiskan untuk mengisi ulang tenaga sekaligus mencari informasi. Sekitar setengah jam kemudian, mereka pun meninggalkan kedai, menuju area dermaga sembari mencari cara untuk membuat duplikat The Prof memunculkan peta terbaru.
Scarlett menghela napas. "Urusan Vendard harus diusut sampai tuntas. Rhyebs memberitahuku bahwa pasukan itu benar-benar berniat balas dendam, artinya pembunuhan terhadap salah satu anggota mereka benar-benar terjadi." Ia membuka obrolan.
Vendard memelankan langkah, sekarang kepalanya sudah ditutupi topi pantai lebar berwarna cokelat muda. "Itu tidak penting. Aku memikirkanmu, apakah kakimu yang terkilir sudah baik-baik saja? Dan, bagaimana tubuhmu? Aku ingin menggendongmu lagi, setidaknya agar kau tidak kelelahan," cerocosnya yang membuat Scarlett selama beberapa detik membeku.
"A–aku sudah baik, kok. Ramuan penyembuh kakek itu benar-benar manjur." Scarlett tersenyum kaku.
"Baiklah, pegang payungmu yang benar." Vendard membetulkan letak payung Scarlett, tetapi tiba-tiba ia meringis saat merasakan efek kejut dari payung itu.
"Maaf," sesal Scarlett sembari menatap lekat pada Vendard. "Payug Jiwa Gelap tidak bisa dipegang oleh orang lain, hanya harus oleh pemiliknya. Semacam, jika kau memaksa menyentuhnya, perasaan negatif akan menyerangmu, atau bahkan lebih buruk."
"Payung yang keren," puji Vendard, kemudian menyengir.
Scarlett diam-diam memandangi Werewolf itu dengan tatapan yang dalam. Selain berdebat soal kejadian aneh yang menimpa tim, Rhyebs juga menyuruhnya untuk mewaspadai Vendard, rekan satu tim yang jelas-jelas ada di pihaknya.
***
Mereka akhirnya mendapatkan petunjuk harus menuju Lianhua Village. Desa unik itu berada cukup jauh dari titik mereka sekarang, tetapi kendaraan yang bisa sampai sana hanya kereta kuda. Benar, desa terpencil yang hanya terdiri dari 22 rumah terapung di atas teratai itu terbilang berada di pelosok regional sehingga kendaraan harus menyesuaikan dengan keadaan jalan.
"Aaah, aku gatal pengin jadi Werewolf dan berlari secepat mungkin untuk segera tiba," keluh Vendard ketika mereka mulai memasuki bukit yang diselimuti hamparan rumput hijau semata kaki, tampak indah, terlebih sore ini cerah.
"Aku bosan mendengar keluhanmu," cibir Jace yang duduk berdampingan dengan Vendard. Sementara itu, Scarlett berada di sisi kiri, di kanannya ada duplikat The Prof, dan paling kanan adalah Adniel.
"Habis kita terlalu membuang waktu. Aku nggak sabar ingin segera mendapatkan benih itu dan kembali ke akademi. Aku merindukan teman-temanku, terutama Lily." Vendard bersemu merah saat menyebut nama gadis itu. "Eh, Scar, jangan cemburu, yaaa. Kau juga sama istimewanya di hatiku, tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diving Under Waterfall
FantasyDibebankan misi menemukan benih plum blossom di Xia Kingdom, Valerie Scarlett harus bisa bekerja sama dengan Jace, Adniel, dan Vendard. Sebagai cewek sendiri, dia benar-benar takut menjadi beban tim. Apalagi kelebihan-sekaligus kutukan-nya mulai ber...