Morning Glory

433 83 1
                                    

Always make me happy. This world is too dark ...

 This world is too dark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Sebuah senyum yang amat terlihat mencurigakan.

Davika memicing. Meletakkan asal sekeranjang penuh berbagai jenis flower wrapping, lalu berdahem dengan sengaja.

“Gulf.”

“Ya? Ada apa, phi?” Gulf menyahut lekas. Lelaki manis itu mendongak dengan semburat senyum yang tetap kokoh pada tempatnya sedari tadi.

Davika tak langsung menyahut. Ia masih ingin menebak-nebak ada angin apa hingga anak itu tampak berseri-seri.

Phi?”

Ekhem ... kau terlihat bahagia hari ini.”

Begitu kentara ya? Gulf buru-buru menelan ludahnya. Meletakkan rangkaian bunga mawar yang hampir selesai perlahan. “T-tidak juga.”

“Benar?” Davika melebarkan senyum miring. Menopang dagu dengan kedua tangan di atas meja.

“C-cuaca ... ya, karena cuacanya bagus.”

Asal Gulf tahu, bahwa Bangkok berada pada suhu super panas hari ini. Tak ada awan apapun di atas sana hingga matahari bisa dengan sempurna menyorot ubun-ubun! Davika amat yakin siapapun bisa memasak telur di atas aspal dan akan matang dengan sempurna. “Cuaca super panas?”

Dasar ngawur! Bagaimana bisa kau asal menjawab, Gulf.

“Pasti ada seorang gadis super menawan yang datang ke toko ... ekhem katakan saja.”

Gadis apanya astaga!

Davika melanjutkan, “atau seorang gadis—”

“Bukan phi! Astaga. Gadis apanya.” Gulf benar-benar ingin membungkam mulut wanita itu. Spekulasi aneh dari mana itu? Apakah ia tampak seperti manusia kasmaran? Mana ada gadis yang mau melirik lelaki buta sepertinya. Iyakan?

“Lalu?” Davika memang tampak santai, namun Gulf tahu bahwa wanita itu pasti tak akan berhenti sampai ia menjelaskan segalanya.

Lagipula menyembunyikan atau bahkan berbohong di depan phi Davika tak akan membuahkan hasil apapun. Wanita itu terkadang memang menyebalkan. Gulf menarik nafas dalam. “Aku mendapat teman baru.”

Ouw! Teman baru?! Kenapa kau tak mengenalnya padaku!”

“Tidak. Phi Davika berisik.”

“Dasar menyebalkan.” Davika mengulas senyum lebar diam-diam. Memandang Gulf yang terlihat tak sanggup menyembunyikan rona kemerahan di kedua sisi wajah. Tsk! Teman apanya. “Aku kan juga ingin berkenalan.”

Bahkan Gulf sendiri belum kenal betul seperti kehidupan dan kepribadian teman barunya itu. Namun ia amat yakin bahwa Mew adalah pria yang baik. “Dia seorang lelaki yang menolongku saat hujan beberapa hari yang lalu. Namanya Mew, Mew Suppasit.”

EVANESCENT SPIRIT • MEWGULF [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang