Keluarga

10 1 0
                                    

Kehangatan umumnya banyak terjadi dalam keluarga
Namun terkadang kehancuran diri juga berasal dalam keluarga kita sendiri

(Mirabella || sang Antagonis)

●●●●●●


"Lo yakin mo balik?"

Abel mendengus mendengar pertanyaan berulang dari balik phonselnya. "Capek gue, iya gue mau balik"

"Gue khawatir kondisi lo semakin memburuk disini Bel"

"Jangan khawatir, lo cukup dukung gue saja" Abel memberi pengertian. "Gue udah 17 tahun, gue merasa sudah cukup bagi gue untuk membalas penderitaan yang selama ini gue rasakan"

"Selama sepuluh tahun ini mereka sudah bahagia diatas penderitaan gue dan gue rasa mereka sudah cukup merasakan kebahagiaan itu"

Cukup lama tak ada tanggapan dari suara dibalik phonsel Abel. Dapat dipastikan jika orang itu sedikit tertegun dengan apa yang diucapkannya.

"Gue percaya lo akan selalu di sisi gue" lirih Abel pelan. Sosok yang menelfon ini memang merupakan pelindungnya selama ini. Abel sangat mempercayainya melebihi apapun.

"Okey Baby, Aku akan mendukung pilihan mu itu. Tapi ku mohon jangan sakit lagi, aku gak mau kamu kenapa - napa. I Love You"

Senyum tipis mengembang dari bibir Abel begitu mendengar kalimat terakhir dari si pemilik suara. Abel sadar jika sosok pelindungnya ini telah mencintainya dalam waktu lama. Namun nyatanya ia tak bisa merasakan hal yang sama.

"I love me too" sahut Abel hingga akhirnya memutuskan sambungan telfonnya



●●●●




"Udah lo jangan lanjutin minum ini lagi. Bentar lagi lo bisa ambruk" Gerutu Diki mengambil sebuah gelas berisi cairan kuning yang hentak di teguk oleh Alden.

"Balikin, gue belum puas" hentak Alden berusaha mengambil gelas bir nya kembali. Namun usahanya nihil tubuhnya sangat lemah karna cairan itu masuk dalam tubuhnya sangat banyak.

Brukkk...

Pria berbadan tegap ini ambruk seketika.

"Gila memang ni anak"

Segera Diki dan Samudra segera mengangkat tubuh Alden yang sudah terbaring di lantai Bar tempat ia minum sekarang.

"Sam telfon Gibran atau Sandi, suruh dia kesini bawa mobil" perintah Diki kini telah membopong Alden berjalan keluar meninggalkan Bar tersebut.

"Kenapa mereka?"

"Lo itu cowok tapi lemot amat anjing. Kita kesini pake motor. Gak mungkin ni anak gue bonceng dalam keadaan begini" celoteh Diki di tanggapi anggukan oleh Samudra. Segera cowok blasteran Manado dan Medan ini mengeluarkan benda pipih dari saku celananya dan menekan panggilan telfon pada orang yang telah di perintahkan oleh Diki.

"Dasar ni anak kalo ada masalah beneran jadi beban gini" gerutu Diki sesekali mencoba menampar wajah Alden untuk menyadarkannya.

"Gibran dan Sandi mo otw kesini"

Sedikit Diki bisa bernafas lega mendengar penuturan Samudra. Setengah jam kiranya mereka menunggu sebuah mobil sedan Merah berhenti tepat dihadapan mereka.

Samudra dan Diki mengenali siapa pemilik mobil tersebut. Tampa babibu segera mereka membuka pintu belakang mobil dan memasukkan Alden kedalamnya.

"Sandi, lo bawa Alden ke Apartemen dia. Gibran lo bawa motor ni anak" Dikir melemparkan kunci motor milik Alden dan ditangkap oleh Gibran.

Mirabella || Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang