Bab 2

24 6 11
                                    

Pasca kemunculan blatta ke seluruh penjuru negeri kesibukan terjadi di berbagai tempat. Hunter dan para Fighter memindahkan seluruh penduduk yang paling terdampak ke wilayah yang masih dianggap bersih dan aman dari serangan.
Testing Bureau of The Improvement of Synecology (Study of Animal Communities) bekerja sama dengan Laboratory of the Organizing of Zoologi and Autekologi membangun sebuah laboratorium darurat dekat perbatasan wilayah Greamor dan Eqouya.

Penelitian dipimpin oleh seorang Gremlin bernama Jaiden Wells. Pria berusia dua puluh enam tahun itu mengajukan penelitian guna mendeteksi dan menganalisis blatta muda yang berhasil mereka tangkap dalam keadaan hidup.

Merterina!” ucap Jaiden, salah satu keturunan bangsawan dari Prexogalla. Laki-laki itu mengenakan pakaian khusus para peneliti, dia menerima setumpuk berkas berisi laporan pengamatan dari salah satu anak buahnya.

Makina, (sama-sama).”

“Membantai mereka justru memancing makhluk itu untuk mengeluarkan racun yang dapat merusak alam, manusia serta hewan. Insektisida adalah salah satu senjata kita untuk memusnahkan mereka, tetapi tetap saja kita butuh komposisi yang tepat agar insektisida itu bekerja dengan baik.” Jaiden tetap membaca sambil mendengar salah satu ucapan peneliti.

“Apa kendalanya?” tanya Jaiden.

“Sebelum menemukan komposisi yang pas untuk insektisida tersebut, kita harus memastikan bahwa blatta adalah salah satu mutasi dari serangga yang berasal dari bumi seratus lima puluh tahun lalu,” tandas Laura, peneliti muda berparas cantik.

“Kalau begitu lakukan,” perintah Jaiden, kemudian dia beralih pada pembahasan yang lainnya. Namun, sebelum lelaki itu kembali bicara, Laura memotongnya.

“Tapi, Khan, ada masalah yang lebih rumit daripada hanya sekadar meneliti dan memastikan blatta.”

Maica? (Apa lagi?)” tanya Jaiden.

“Data tentang serangga itu hanya ada di Museum Bumi yang ada di Greamor.”

Lelaki itu tertegun, semua orang menyadari bahwa Greamor selalu mengibarkan bendera perang sejak lima puluh tahun lalu tanpa alasan yang pasti. Sejak saat itu tidak ada yang berani melintas The Infinite Canal untuk masuk ke wilayah Greamor.

Eqouya memiliki wilayah yang tidak lebih besar dari Greamor, tetapi semua gremlin dan prodigi dari Eqouya memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Alih-alih mengerahkan Hunter untuk menyerang blatta dengan senjata, para penduduk Eqouya lebih memilih untuk membuat senjata biologis yang membunuh blatta tanpa menimbulkan efek lain untuk makhluk di sekitarnya.

“Jika semua data sudah cocok, kami akan membuat formulasi berisi kandungan yang tepat, yang dapat menarik blatta untuk datang dalam waktu yang cepat serta bahan aktif insektisida yang bekerjanya secara slow action. Karena dengan bahan aktif yang bersifat slow action memungkinkan bagi blatta untuk memakannya beberapa saat sebelum gejala toksik muncul dan kembali ke sarangnya. Kami akan memberikan detailnya setelah data tentang serangga tersebut kami dapatkan.”

“Kita buat formulasi insektisida tersebut tanpa harus mencari data tentang asal usul blatta ke Greamor. Eqouya punya banyak ilmuwan yang kompeten, jangan mempertaruhkan keselamatan hanya untuk data yang belum bisa kita pastikan kebenarannya.” Jaiden lebih memilih mengambil risiko daripada harus melintasi The Infinite Canal dan menjelajah The Hidden Park untuk menembus Greamor. Belum lagi, lelaki itu tahu pasti apa yang akan dihadapi di sana. Nyawa adalah taruhannya.

Mendengar tanggapan dari pemimpinnya, Laura beserta dua orang ilmuwan berdiri dan melepas seragamnya.

“Kalau begitu kami mundur dari proyek ini. Kesalahan dalam penggunaan isektisida bisa membunuh popolasi hewan lain termasuk Turtlephan, Horacle, juga Eageleon yang biasa bekerja untuk manusia. Bukankah sejak awal kita memutuskan untuk membuat ini aman bagi lingkungan tempat kita tinggal?”

Fighter's Prejudice (Tamat, Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang