29.Blok

1.1K 111 2
                                    

Di meja makan itu hanya ada keheningan dan kecanggungan antara Sila dan juga Rangga. Bagaimana tidak, baru kemarin mereka berdebat soal perasaan masing-masing dan sekarang di pertemukan di satu meja.

Lamunan Sila buyar saat tangan Darma menyentuh sudut bibirnya. Dua-duanya saling tatap dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Tatapan tajam Darma mengingatkan Sila pada pria bermata elang yang waktu itu ia temui bersama sang Papa.

"Makannya hati-hati sampai belepotan gini," ucap Darma menyadarkan lamunan Sila.

Sila segara mengambil tisu dan mengelap bibirnya sendiri.

"Gue ke toilet bentar," izin Sila. Gadis itu segara pergi ke toilet.

Setelah kepergian Sila, Rangga berdehem dan menaruh sendok serta garpu yang ada di genggaman tangannya.

"Gue juga mau ke toilet mau cuci tangan," pamit Rangga lalu beranjak dari sana.

••••

Saat mencuci tangan Sila dikagetkan dengan kedatangan Rangga. Cowok itu juga ikut cuci tangan di samping Sila.

Awalnya tidak ada yang membuka suara namun Rangga terlebih dahulu menoleh pada Sila.

"Sepertinya lo udah terima Darma sebagai cowok lo," ucap Rangga di sela-sela dirinya cuci tangan.

"Gak ada salahnya kan?" sahut Sila tanpa memalingkan wajahnya dari cermin.

"Hm, iya." Rangga hanya tersenyum miris. Harapannya untuk kembali dekat dengan Sila telah pupus setelah melihat keromantisan mereka malam ini. Apalagi sekarang Sila sudah menerima Darma sebagai pacarnya.

"Harusnya Kak Rangga juga menerima Azkia. Karena dia tulus banget cinta sama Kak Rangga," ujar Sila.

"Setelah ini bakal gue coba," ucap Rangga setelah itu keluar terlebih dahulu dari toilet meninggalkan Sila sendiri.

Akhirnya Sila bisa bernafas dengan lega setelah tadi merasakan kecanggungan yang membuat dadanya sesak.

••••

Sila kembali setelah menenangkan dirinya. Ia kembali duduk di samping Darma dengan perasaan yang cukup tenang.

"Udah?" tanya Darma. Sila hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kia, gue sama Sila duluan ya. Soalnya gue harus nganterin dia pulang."

"Panggil gue kakak bukan Kia, Darma! Ingat, gue kakak sepupu lo," ujar Azkia.

"Lebih tua gue, Ki daripada lo."

"Di dalam urutan keluarga yang lebih tua itu gue, Dar. Papa sama Tante Arumi lebih tua siapa?"

"Om Bian," jawab Darma jengah.

Dari kecil Azkia tidak pernah berubah, gadis itu selalu ingin di panggil kakak padahal usianya masih 15 tahun sekarang. Padahal Darma 3 tahun lebih tua dari dirinya.

"Papa siapa nyokap lo?"

"Kakak kandungnya."

"Nah, yaudah. Panggil gue kakak kalau gitu," suruh Azkia tidak mau tahu.

"Dih, males banget panggil bocil kakak."

"Salahin nyokap lo dong kenapa ngelahirin lo sebelum gue!"

DARMASILA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang