🐨Sakit🦋

848 72 6
                                    

(Cek part sebelumnya dulu!)

....
Jaket tebal dan sebuah syal menjadi outfit Junkyu dikala cuaca sedang terik. Bukannya ia sedang mencoba menutupi kulit dari sinar matahari namun rasa dingin yang ia rasakan serta pusing yang masih menyerang membuat Junkyu mau tak mau harus begini

Demi menemani sang anak ke sekolah, Junkyu tak perduli akan kondisinya yang bisa saja semakin memburuk

"Mama, papa di mana?" Eunsa yang sudah selesai bersiap lantas menghampiri Junkyu yang sedang menyiapkan bekal untuk dirinya

"Papa ga bisa datang sayang" Ucap Junkyu yang merasa tak enak hati pada sang putri

Dapat ia lihat kini kekecewaan  tergambar jelas di wajah si kecil

"Jangan cemberut gitu dong, sebagai gantinya kamu akan diantar sama om Woo" Junkyu bersuara seriang mungkin namun tak berhasil membuat ekspresi wajah sang anak berubah

"Tapi Eunsa pengennya papa, Mama.." rengek sang anak

"Ya tapi papa ga bisa"

"Pokoknya mau sama Papa!" Jerit Eunsa dengan tangis tersedu-sedu

"Eunsa, siapa yang ngajarin kamu ngebentak mama hah!" Bentak Junkyu dengan keras di hadapan putrinya. Untuk pertama kalinya, sosok lembut Junkyu terlihat berbeda hari ini

"Ma.." lirih Eunsa ketakutan

"Kamu-- akh... " Junkyu meringis seraya memegangi kepalanya, rasa pusing dan denyutan sakit kepalanya kian menyakitkan, membuat Junkyu terus-terusan menjambak rambutnya sendiri

"Mama...mama kenapa?" Eunsa berseru panik dengan deraian air mata, tak ada siapa-siapa di rumah selain mereka

"Arghhhh sakit....." Dunia kembali terasa berputar membuat tubuh Junkyu mulai goyah

"Ma...."

"Junkyu"

Pintu utama terbuka bersamaan dengan munculnya sosok Jeongwoo

Ia kini melihat Junkyu yang hampir pingsan dengan Eunsa kecil yang mencoba membantunya sekuat tenaga

"Om.. tolongin mama"

Dan sebelum tubuh Junkyu menghantam kerasnya lantai, dengan sigap Jeongwoo mendekapnya terlebih dahulu

"Ayo kita ke rumah sakit Eunsa"

....


"Maaf saya terlambat, tuan Lee?" Haruto menatap heran ketika seseorang yang duduk di kursi kliennya bukanlah tuan Lee si pimpinan L'scompany

"Halo Haruto, gue anaknya tuan Lee yang diminta buat gantiin dia. Btw, ga usah formal banget ya. Kita juga seumuran"

Haruto menatap sang lawan bicara dengan heran, menelisik dari penampilannya benar-benar tak mencerminkan seorang pimpinan perusahaan dan bahkan cara bicaranya pun terdengar tidak sopan

"Haruto, gue ga perduli soal kerja sama atau apalah itu. Gue kesini, cuma mau ngobrol berdua sama lo" pria berambut hitam dengan mata biru itu lantas menatap serius ke arah Haruto

"Bicara apa?"

"Soal Yera"

Haruto mendelik terkejut, ketika nama istrinya disebut. Ada apa sebenarnya ini? Pikir Haruto

"Sebenarnya ini kenapa? Mr. Lee?"

"Ah panggil saja Mark. Lo formal banget dah"

"Tolong jangan terlalu banyak basa basi, bisa langsung ke inti?"

"okay.. sorry. Jadi gue cuma mau bilang kalau anak yang lo rawat bukan anak lo" ucap Mark santai bahkan bisa-bisanya ia menyesap sebatang rokok di depan rekan bisnis yang baru ia temui pertama kali

"Hah lelucon macam apa itu? Kau pikir aku akan percaya?" Haruto menatap nyalang pada si laki-laki berwajah blasteran itu

"Ternyata lo lebih bodoh dari yang gue kira. Tuan Watanabe, apa lo ga pernah merasa curiga hah? Bagaimana bisa lo menghamili seorang wanita yang gak pernah lo sentuh?"

"Ga usah bicara sembarangan! Yohan itu anak gue. Lo siapa sampai-sampai berani ngomong kayak gini hah?"

Mark tersenyum remeh menatap lawan bicaranya

"Asal lo tau, gue yang pertama dan bahkan hampir setiap malam kita menghabiskan waktu bersama di hotel Amerika" ucap Mark dengan pelan namun penuh penekanan

"Stop omong kosong lo itu. Yera bukan perempuan yang seperti itu!"

"Terserah sih lo mau percaya atau ngga. Tapi asal lo tau, dia bukan perempuan baik-baik di Amerika sana. Setiap malam ke club, minum sampai mabuk, dan bahkan having s*x bareng gue"

"Hentikan! Gue ga mau denger omong kosong lo lagi!"

"Baiklah baiklah.. lupakan saja. Tapi kalau lo mulai merasa ragu dan mau melakukan tes DNA, jangan lupa hubungi gue. Karena gue mau membawa anak gue pergi. Bahkan mungkin gue bakal memboyong ibunya juga kalau dia belum menikah. You know? Ibu gue memarahi gue habis-habisan ketika beliau tau akan hal ini"

"Lo gila! Makasih karena telah membuang waktu gue yang berharga. Untuk kerjasama antar perusahaan, gue mau ketemu langsung sama tuan Lee, bukan anak ga jelas kayak lo"

"Hahaha baiklah ntar gue sampaiin"

.....

Jemari mungil itu kini meraba dinding kaca yang menjadi pembatas antara ia dan ibunya.

Dengan deraian air mata ia melihat sang ibu yang dikelilingi oleh banyak dokter dan perawat

Berbagai alat-alat medis yang tak ia ketahui namanya mulai di pasang pada tubuh ringkih sang ibu. 

"Eunsa jangan nangis lagi ya, mama pasti sembuh kok" Jeongwoo kini berjongkok untuk mensejajarkan tinggi mereka

Di peluknya si kecil dari samping sambil diusapnya punggung mungil yang terus bergetar naik turun itu

"Ma..ma pasti sembuh kan .. om?" Tanya Eunsa tersendat akibat sesegukan

"Iya sayang, sekarang kamu berdoa ya sama Tuhan. Agar mama cempat sembuh dan bisa bareng-bareng lagi sama kita"

Eunsa mengangguk patuh dan lantas segera mencakupkan kedua tangannya untuk berdoa pada Yang Maha Kuasa, agar ibunya di beri kesembuhan

Jeongwoo menatap penuh haru pada sosok kecil di hadapannya itu. Dalam diam ia terus berdoa, agar Junkyu bisa melewati ini semua dan kembali sehat demi sang putri tercintanya

"Kyu, aku percaya kamu kuat. Kamu pasti bisa melewati ini semua" ucap Jeongwoo di dalam hati sambil kembali mendekap Eunsa yang balas memeluknya

"Tuhan baik, pasti Tuhan akan menolong mama" ucap Eunsa yang membuat Jeongwoo semakin merasa iba

.
.
.
.
.
.
.
876 word

Masih ada satu lagi, scroll

Treat Me Better, Please (GS)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang