Bagian 1

462 43 9
                                    

    Hujan menjadi hal yang paling disukai Seokjin setahun terakhir ini. Dimana deras air yang membasahi wajahnya tak mmbuat orang-orang disekitarnya menjadi khawatir dan menanyakan.

"Hyung kau baik-baik saja?."

"Kau baik-baik saja Seokjin-a?."

   Semua orang yang menyayanginya mengkhawatirkan keadaannya. Tapi sekali lagi Seokjin harus kuat. Ia menemui Seokjung di ruang rawat kakaknya itu seusai menghadiri sebuah pentas musik hari ini. Menatap wajah sayu sang kakak yang belum juga mau siuman. Pria yang selisih tiga tahun lebih tua darinya itu terlihat sangat lemah.

     Seokjin menahan sekuat tenaga air matanya agar tak jatuh, sudah sejak ia kecil ia bergantung pada Seokjung. Pria yang akan menjadi tameng untuknya sejak dulu.

   Seokjin menghembuskan nafas berulang kali untuk menahan sesak di dadanya.

"Sadarlah Hyung, kau harus memberitahu ku siapa yang melakukan ini padamu."

    Ia teringat telepon terakhir Seokjung dua bulan yang lalu sebelum kakanya itu mengalami kecelakaan maut yang membuatnya koma lebih dari dua bulan. Mereka memang jarang bertemu karena kesibukan masing-masing tapi keduanya selalu menyempatkan diri untuk saling menghubungi setiap hari.

Flashback

"Jinnie-a, aku dan Irene tak bisa menikah."

"Wae? Gadis itu membuat masalah lagi?."

"Kau harus menjaga ibu dan perusahaan kita."

"Hyung kenapa kau bicara ngelantur, " Seokjin sedang berada di Las Vegas untuk tour dunia Bangtan setelah pernikahan Jimin. Seokjung tahu benar adiknya itu tak berniat menjadi bagian dari perusahaan. Dari awal Seokjin tak menyukai bekerja di perusahaan keluarga. Ayah dan kakaknya lah yang mengurus itu semua.

"Kimsan IT adalah perusahaan yang susah payah didirikan oleh ayah, kau tak boleh melepaskannya."

"Hyung yang harus mengurusnya kan? Aku lebih suka bersorak di panggung dan mendengarkan suara Army meneriakkan namaku. Aku sudah keren Hyung."

    Seokjin hanya menganggap perkataan Seokjung sebagai angin lalu. Ia masih disibukkan dengan tour Bangtan hingga kabar pernikahan kedua ayahnya dengan Irene sampai ke telinganya. Berbarengan dengan kecelakaan kakaknya. Seokjin merasa dunianya runtuh. Tapi ia tak boleh lemah, ia tak boleh terlihat lemah di depan ibunya yang terlihat begitu hancur.

   Harusnya sejak awal Seokjin membuang jauh-jauh Bae Irene dari kehidupan mereka. Gadis yang dulu terus terang menggoda Seokjin dengan tubuhnya itu. Seokjin pikir Irene akan berubah jadi lebih baik saat ada pria sebaik Hyungnya yang mencintai teman sekolahnya itu, karena itu ia membiarkan saja saat Seokjung mengatakan sedang menjalin hubungan dengan Irene yang saat itu menjadi sekertaris ayahnya. Seokjin harusnya sadar, seekor rubah tidak akan bisa berubah menjadi kelinci yang menggemaskan walau berada di sebuah rumah indah yang diciptakan kakaknya.

Flashback Off

"Kau disini Jinnie-a."

   Seokjin terlalu banyak melamun hingga tak menyadari kedatangan ibunya bersama sekertaris Choi.

"Eouma tak perlu datang hari ini, aku sudah meminta Jihyun untuk berjaga hari ini, " Seokjin menyebutkan nama asisten pribadinya.

"Dia bekerja untuk jadi asistenmu bukannya penjaga orang sakit, " Ibu Seokjin menaruh beberapa makanan di meja yang ada di ruang rawat kakaknya, "kau sudah makan?."

"Eoh, aku mampir ke rumah Yoongi dan Yoora, mereka memberiku tumis daging yang kezat, " Seokjin beranjak duduk di sofa bersama ibunya. Membaringkan kepalanya di pangkuan sang ibu. Ia lelah sungguh.

"Kau terus berkeliling ke rumah adik-adikmu untuk meminta makanan. Tak bisakah kau mencari seorang istri lalu menikah dan hidup damai seperti mereka."

"Semua wanita yang ada di sekitarku terlihat menakutkan Eouma, selain kau dan adik-adik iparku."

Baru ibu Seokjin hendak menjawab saat ponsel putranya itu berbunyi. Seokjin bangun lalu mendesah pasrah saat melihat siapa yang menelpon Hwang Jihyun, asistennya.

"Kau harus menghadiri sebuah variety show sore ini Hyung, aku menunggumu di parkiran rumah sakit. Ada manager Lee disini, aku takut."

   Jihyun mengirimkan pesan karena panggilannya tak kunjung dijawab oleh Seokjin. Alex Lee, Seokjin mengingat pria keturunan Amerika yang memiliki wajah tegas menyebalkan itu. Sejak Sejin juga bergabung dengan perusahaan Namjoon, presider Kang juga mengirimkan anteknya yang mengatur Seokjin semaunya sendiri.

"Aku harus pergi Eouma, ada pekerjaan."

"Bukankah kau baru saja pulang. Ibu Jimin bilang mereka akan pergi ke Bali hari ini kau tak ikut dengan mereka."

     Seokjin menghembuskan nafas pasrah, benar ia ada konser di Bali, Indonesia akhir minggu ini.

"Konsernya masih akhir minggu aku akan datang terakhir."

"Tidak bisakah kau seperti yang lain, mereka bisa berangkat lebih dulu untuk liburan. Keluarlah dari Bighit dan bergabunglah dengan Namjoon, Seokjin-a. Presider Kang hanya menggunakanmu untuk uang mereka."

"Hanya dengan cara ini aku bisa mempertahankan saham perusahaan Eouma, aku tak bisa membuat Hyung kecewa."

    Seokjin adalah satu-satunya anggota Bangtan yang masih bertahan di Bighit. Harus bagaimana lagi, ia memiliki saham tinggi di Big hit yang merupakan anak cabang dari Kimsan IT, perusahaan milik keluarganya yang sebagian besar telah dimiliki Irene juga antek-anteknya. Awalnya Hoseok bertahan di Bighit demi dia tapi saat mengetahui bagaimana mereka diperlakukan, Seokjin meminta Hoseok untuk keluar dan bergabung dengan Namjoon saja.

"Tuan muda harus memikirkan cara lain, Presider Kang adalah orang yang licik. Anda akan semakin kelelahan, " Kata sekertaris Choi, ikut mengkhawatirkan anak bungsu dari atasannya yang telah dianggap keluarga olehnya.

   Seokjin tersenyum, "aku akan mengurusnya Paman, anda tak perlu khawatir. Jagalah ibuku dan awasi orang-orang kita di dalam perusahaan. Rapat direksi akan diadakan setelah 100 hari meninggalnya Appa, dan aku harus memastikan saat itu aku cukup memiliki kekuatan, " Pandangan Seokjin mengarah pada ranjang kakaknya yang masih terbaring tak berdaya. Kimsan IT adalah impian tertinggi kakaknya, Seokjin tak boleh mengecewakan pria yang selalu ada untuknya itu.

"Tak bisakah kau menyerah saja Seokjin-a, Eouma takut sesuatu yang buruk juga akan menimpamu seperti Seokjung."

    Seokjin menatap iba ibunya. Kemarin di tempat pemakaman ayahnya ibunya juga mengatakan hal yang sama sambil memohon dan menangis padanya. Seokjin tahu kegelisahan ibunya, melihat suaminya berkhianat lalu meninggal juga anak sulungnya yang kini berbaring koma di rumah sakit akibat kecelakaan yang belum jelas pelakunya, ia jelas tahu ketakutan yang dialami ibunya.

"Aku akan baik-baik saja Eouma, kau tak perlu khawatir. Aku tak akan datang sampai berangkat ke Bali lusa, terus kabarkan tentang perkembangan Hyung ya Eouma."

    Ibu Seokjin mengangguk dengan wajah sedih ia mengamati Seokjin yang kini keluar dari rawat putra sulungnya.

"Bantulah kedua putramu Yeobo, kau telah menyakiti mereka, jangan membiarkan Seokjin mengalami hal buruk seperti Seokjung."



Jang Nara

Being Difficult "KSJ"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang