Cause i'm in a field of Dandelions
Wishing on everyone that you'll be mine
Mine
Jemari lentik dengan pewarna kuku merah muda itu tampak gelisah, memilin ujung pakaian Musim Dingin yang ia kenakan. Menatap takut, setelah bibirnya menjelaskan sebuah ide yang datang begitu saja. Berniat memperbaiki kesalahan yang ia perbuat.
"Sebuah pentas musik accoustic?"
Mikasa mengangguk, "Ya, kita bisa memanfaatkan teman-teman yang pandai bermain gitar. Maksudku, tidak perlu suara denting piano untuk mengiringi penyanyi dalam pentasnya."
"Butuh latihan ulang untuk mempersiapkan ini semua," ucap Rico
"Maaf, aku hanya berniat untuk memperbaiki apa yang sudah aku lakukan."
Rico meraih jemari Mikasa untuk digenggam, mengulas simpul dengan pandangan lembut yang terpancar dari balik siluet kacamata bulat.
"Bukan hanya salahmu. Aku juga bersalah, Oluo juga bersalah. Konsernya hanya diundur sampai tahun depan, namun mendengar idemu hari ini sepertinya kita bisa melakukannya minggu depan! Jika kita latihan dengan bersungguh-sungguh, maka kita pasti bisa!"
Mendengarnya, senyum merekah terlukis di wajah Mikasa. Setelah itu Klub Musik terasa kembali hidup setelah semuanya sempat berwajah muram selama beberapa hari terakhir, menikmati setiap latihan yang berlangsung, saling melempar tawa dan menyemangati satu sama lain. Sampai, hari konser pun tiba.
Mikasa menarik napas dalam, matanya berbinar menatap panggung yang sudah siap. Ini bukan penampilan pertamanya, namun jantungnya bertaluh seolah ini terjadi baru pertama kali di dalam hidupnya.
"Merasa gugup?"
Eren muncul dengan senyum di wajah tampannya, menempelkan kedua telapak tangannya pada pipi bersemu milik Mikasa.
"Sangat. Ini seperti pertama kali terjadi di sepanjang hidupku,"
"Aku juga."
"Kau juga?"
"Iya. Ini pertama kali aku akan melihatmu bernyanyi, bukan berarti aku tidak suka permainan Pianomu. Tapi, ku rasa suaramu pasti jauh lebih indah."
Keduanya tergelak. Mikasa melambai kecil saat Petra memanggilnya untuk bersiap, sementara Eren memilih bangku tepat di samping Hanji. Kepala Levi lantas muncul dari sisi kanan gadis berkacamata tersebut.
"Kenapa kau di sini?"
"Eh? Untuk menonton konser."
"Oh, jaga mata mu untuk tetap pada batasnya. Jika tidak, ku congkel mereka berdua."
Eren terkekeh renyah, setidaknya ia sudah biasa dengan kalimat pedas yang keluar dari bibir Levi. Sementara Hanji hanya bisa menepuk pundak Eren prihatin.
"Kau harus melawan rasa cemburu dari Kakak yang over protective."
Tepuk tangan meriah dan gelak tawa anak-anak meramaikan sepanjang konser berlangsung. Mereka ikut bernyanyi saat Mikasa membawakan lagu Little Star dengan alunan Accoustic yang semerdu suaranya.
Dari bangku penonton, Eren melupakan soal kopi hangat yang ia beli untuk diminum. Lupakan soal kopi, pemuda itu bahkan sempat lupa bagaimana cara untuk bernapas ketika paras Mikasa tersorot lampu panggung di atas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELIONS [√]
Fanfiction[EreMika Fanfiction] Eren kembali mengingat, saat pertama kali ia terpana akan pesona gadis Ackerman yang digadang sebagai Malaikat Jurusan Seni Musik. Itu adalah malam dengan terang bulan purnama, berlatar panggung di aula Kampus, Eren terpesona p...