Matahari mulai menunjukkan kehangantannya di pagi hari, dia mengintip dibalik pegunungan Jampang yang berdiri gagah menaungi perkebunan Sumadra. Embun pagi mulai tampak membasahi daun daun teh yang menghampar luas disepanjang cakrawala. Rangkaian jalan setapak tersusun rapi membelah bentangan tanaman teh yang terhampar seperti karpet hijau di sebuah surau.
Hayati dan Dasep berjalan beriringan menyusuri jalan setapak itu, mereka menembus gumpalan sisa sisa kabut yang belum tertiup angin pegunungan. Suhu udara sangat dingin menusuk tulang membuat tubuh Hayati menggigil. Dia baru pertama kali merasakan kembali efek kedinginan setelah puluhan tahun berubah menjadi kuntilanak.
"Teh...teteh kedinginan yah?" tanya Dasep yang khawatir.
"ah nggak Sep.....aku gak kenapa napa" Hayati pura pura kuat.
"tapi tangan teteh menggigil....." Dasep semakin khawatir.
"gak apa apa Sep...aku lagi laper aja ..hehehe" Hayati ngeles.
Dasep kemudian membuka jaketnya dan memakaikannya ke tubuh Hayati. "gak usah Sep...kamu kedinginan dong?" tanya Hayati dengan tersipu malu.
"gak apa apa teh sayah mah udah biasa..hehe" ujar Dasep dengan senyum manisnya.
Hayati merasa tertolong dengan aksi Dasep yang memakaikan jaket kepada dirinya. Dia merasakan suatu kehangatan yang diserap melalu pori pori kulitnya sehingga darah yang mengalir terasa hangat dan bergairah. Hayati menghirup napas dalam-dalam sambil merasakan udara dingin melewati hidungnya. Tangannya juga menggapai dedaunan yang basah karena embun sambil berjalan menyusuri jalan setapak.
"anu...kita mau pergi kemana Sep?"
"kita mau ke rumah Emak teh...."
"oohh...masih jauh gak rumahnya?"
"deket teh, dibalik bukit itu....tinggal turun sedikit..disana Kampung Pendawa....nah rumah sayah disana"
Hayati kaget ketika melihat bukit yang ditunjukkan oleh Dasep. Bukit itu cukup tinggi dan jalan kesana cukup terjal. Ia mengira jarak kesana sekitar 1 kilometer tapi dengan elevasi yang menanjak. Setelah beberapa menit berjalan menaiki bukit itu, Hayati merasakan sakit di kedua kakinya dan merasakan napas yang semakin berat. Hal ini pertama kalinya dirasakan Hayati, selama ini Hayati tidak pernah merasakan sakit di kaki karena berjalan. Dasep melihat Hayati yang mulai kelelahan, tampak peluh keringat bercucuran dari pelipisnya. Ia berjalan dengan terpogoh pogoh yang diiringi suara tarikan napas yang cepat.
"teh....teteh capek yah?......kita istirahat dulu yuk!" ajak Dasep.
Hayati langsung menyambut baik ajakan Dasep, dia meraih uluran tangan Dasep yang mengajaknya untuk duduk di sebuah saung yang berdiri di tengah kebun teh. Mereka duduk bersebelahan di saung itu.
"teteh capek yah?...padahal tinggal dikit lagi teh ke rumah sayah"
"iya Sep.....sebenernya aku juga ngerasa aneh sama diriku....aku gak pernah ngerasain secapek ini sebelumnya...bahkan aku ngerasa sesak napas"
"oohhh....emang teteh ini atlet yah..punya fisik yang bagus?"
"bukan Sep...aku cuma wanita biasa...tapi dulu sih aku bisa berjalan ngelilingin 5 gunung sekaligus...tapi baru kali ini aku ngerasain sakit kaki sehabis jalan dari tadi"
"euleuh-euleuh!!...hebat pisan si teteh euy...bisa keliling 5 gunung sekaligus...sayah mah gak bakalan sanggup teh..hehe"
"ihh beneran Sep....bahkan aku dulu gak pernah napas lho....terus kalo jatuh atau gimana gak pernah ngerasain sakit"
"waahh...teteh ini kayanya wonder women nih....sakti pisan..hehehe...sini atuh teh kakinya mau sayah pijitin!"
"Hmmmmm....boleh boleh......"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Hidup Kembali
RomanceHayati belum mati, dia ternyata mengalami mati suri. Ia kemudian dikembalikan oleh malaikat menuju dunia untuk melanjutkan sisa hidupnya kembali sebagai manusia. Akan tetapi, sebelum tiba di Dunia, Hayati tersesat di dunia siluman hingga akhirnya di...