Prolog

18K 1.1K 298
                                    

Seorang laki-laki kini sedang membaca buku tebal tentang kedokteran. Dia sama sekali tidak peduli dengan para sahabatnya yang sibuk bertingkah. Dia Syam Kavalen, seorang cowok yang menyandang jabatan sebagai wakil ketua geng Jevins.

"Kenapa ya selfi itu harus pakek layar depan?" Chiko mengamati layar ponsel-nya.

"Demi oreo, karena kalau pakek layar belakang lo bukan selfi tapi jadi tukang foto kampret." Evin---si raja oreo menatap Chiko tak habis pikir.

"Nggak penting pertanyaan lo, mending sini goyang tiktok sama gue," ajak Jey---si penyuka tiktok.

"Dih ogah, kayak orang gila mah kalau joget sama lo. Lagu ku menangis, tapi malah senyum-senyum kayak orang sawan. Goyang apaan tuh," cibir Chiko.

Jey melotot tidak terima. "Nggak suka nih gue kalau kayak gini, goyangan gue tuh selalu estetik. Nggak usah menghina lo!"

"Udah ayo langsung ribut, nggak usah debat. Ayo cepet baku hantam, gue tonton sambil makan oreo," kompor Evin.

"Berisik! Mau gue patahin tulang punggung lo pada!" Altair---ketua geng Jevins menatap tajam Chiko, Jey, Evin.

"Si bos ngeri pisan." Chiko bergidik ngeri.

Syam masih terlihat tenang, dia sama sekali tidak terganggu. Cowok itu tetap fokus pada bukunya meskipun suasana di sekitarnya sangat ricuh. Chiko menatap lekat Syam, ia merasa heran karena Syam selalu saja terlihat tenang dan kalem di setiap situasi.

"Ngapain lo ngelihatin Syam kayak gitu? Naksir lo?" Jey memukul pelan bahu Chiko.

"Ya kalik, gue cuma mau ngomong aja. Pak wakil jangan sering-sering baca buku entar kutuan," ujar Chiko.

"Apa hubungannya kutuan sama baca buku Bambang?!" semprot Jey.

"Lah, kutuan itu sebutan buat orang yang suka baca buku," ucap Chiko.

"Salah! Yang bener itu kutu kupret," sahut Jey.

"Dua-duanya salah, yang bener itu kutu buku. Demi oreo bungkusnya warna biru, gitu aja nggak tahu!" semprot Evin.

Syam menghela nafas panjang, dan memasang raut wajah datar. "Bisa diem nggak?"

"Nah loh, nah loh, calon pak dokter marah," ucap Chiko.

"Syam mah kalau marah nggak seberapa, nggak kayak Al. Kalau marah apa aja di banting sama dia," timpal Jey.

Altair menatap Jey dengan tatapan tajam membuat Jey mengangkat dua jarinya dan menyengir lebar. Syam menutup buku yang tadi ia baca, tidak lama kemudian ponsel Syam berbunyi tanda ada pesan yang masuk. Ternyata pesan itu dari Friska---sahabat kecil Syam sekaligus Altair.

"Siapa? Friska?" tanya Altair.

Syam menoleh. "Iya, gue mau ke rumah dia. Mau ikut?"

Altair terdiam sejenak. "Nggak deh, gue udah bilang ke Ajwa habis dari markas gue langsung pulang."

"Ciee, yang udah punya bini mah beda. Udah mulai tumbuh benih-benih cinta ya bos," ledek Chiko.

"Gue cinta sama Ajwa?" Altair menunjuk dirinya sendiri. "Gila lo! Ya nggak lah!"

"Halah, gengsi mulu. Di tikung Adam tahu rasa lo Al," ucap Jey.

"Nggak usah panas, Ajwa udah jadi istri lo. Adam nggak bisa ngambil dia dari lo." Syam menatap raut wajah Altair yang terlihat kesal.

***

Setelah membeli brownies cokelat, Syam segera menuju ke rumah Friska. Tadi Friska memang minta di belikan brownies cokelat, gadis itu sangat menyukai brownies cokelat. Syam memelankan motornya saat matanya tak sengaja menatap seorang gadis berhijab.

Syam StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang