BAGIAN 13 ABANG OJEK PERAMPOK

102 1 0
                                    


Suasana pilu dirasakan Hayati ketika duduk termenung didalam bus yang merayap ditengah padatnya lalu lintas di jalan tol antara Bekasi menuju Jakarta. Dia sangat menyesali sikapnya yang memaksa Asnawi untuk kembali merajut asmara dengan Casacade, sekarang dirinya hanya bisa menerka-nerka jikalau Asnawi tengah berbahagia bersama Casacade. Mudah sekali bagi Hayati untuk merebut kembali Asnawi dari tangan Casacade karena dia sangat yakin kalau Asnawi cinta mati terhadap dirinya. Akan tetapi, Hayati tidak mau menyakiti perasaan Casacade yang sudah terlanjur bahagia karena bisa mendapatkan kembali sang pujaan hatinya itu ke pangkuannya. Selain itu Hayati tahu bahwa umur Casacade tersisa 3 tahun lagi karena nyawanya akan diambil oleh Siluman Kerbau sebagai bentuk perjanjian.

Satu jam berlalu, bus mulai memasuki Kota Jakarta. Kota dimana Hayati terlahir dan tumbuh sebagai seorang gadis cerdas yang polos sehingga dimanfaatkan oleh seorang pria brengsek yang menanam benih di dalam rahimnya dan berujung pembunuhan. Hayati sangat terpukau ketika melihat suasana Jakarta yang berubah total, dimana banyak gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Lampu-lampu gedung terlihat seperti hamparan bintang yang tersebar dilangit. Terakhir Hayati mengetahui Jakarta tiga puluh tahun yang lalu dimana suasana kota masih sepi dan sangat jarang gedung tinggi.

Bus memasuki Terminal Kampung Rambutan, semua penumpang mendadak sibuk mengambil barang bawaan masing-masing dan bersiap untuk keluar dari kendaraan berbentuk kotak besar itu. Hayati berjalan menyusuri koridor menuju keluar kawasan Terminal. Dia tampak sangat kebingungan dengan keadaan disekitarnya. Jam dinding terminal tampak menunjukkan pukul 1 dinihari. Waktu tempuh dari Bandung menuju Jakarta menjadi sangat lama karena harus mengalami kemacetan antara Bekasi menuju Jakarta yang disebabkan adanya berbagai pRoyek pembangunan jalan.

Hayati memutuskan untuk berjalan keluar Terminal dan mencari kendaraan umum yang sekiranya masih aktif mencari penumpang. Dia berjalan menyusuri trotoar yang terbentang Jalan Terminal Kampung Rambutan dengan dinaungi sinar redup dari lampu jalanan. Setelah cukup jauh berjalan kaki sampai di jalan TB Simatupang, Hayati menemukan seorang tukang ojek yang sedang mangkal sendirian dipinggir jalan dibawah sebuah pohon. Dilihat dari penampilannya dia adalah pengemudi ojek online karena mengenakan jaket warna hijau-hitam khasnya. Hayati pun menghampiri tukang ojek itu.

"bang...!....ojeknya bang!" Hayati menyapa tukang ojek itu.

"iya mbak....mau order ojeknya?" tanya tukang ojek itu dengan ramah.

"iya bang...bisa anter ke alamat ini gak?" Hayati memberikan secarik kertas yang berisikan alamat rumah orangtuanya di kawasan Jatinegara.

"bisa mbak..tapi lumayan jauh....." jawab tukang ojek dengan ragu.

"bisa apa enggak bang?"

"bisa bisa...mbak..hehe...mbak order dulu lewat aplikasi di hape nya yah!"

"aku gak punya hape bang....aku dari kampung...tapi aku punya 100 ribu buat ongkosnya"

"hmmm...yaudah mbak...naik ke motor!"

Hayati akhirnya menaiki motor dan berpegangan pada pinggang tukang ojek. Motor pun mulai melaju menyusuri jalanan ibukota di tengah malam. Suasana jalan sudah lengang, udara dingin tampak menyerang Hayati yang tidak memakai pakaian hangat. Suara motor yang berisik memecah keheningan malam. Hayati sangat tidak mengenal daerah Jakarta pada masa kini, dia benar-benar lupa akan suasana Jakarta seperti yang diketahuinya dulu. Di sepanjang perjalanan, tukang ojek berusaha mengajak ngobrol Hayati.

"mbak...mbak dari mana? Baru pertama kali ke Jakarta?"

"eehhh...aku dari Bandung bang....baru kesini lagi sih udah lama"

"mbak mau apa ke Jakarta?....ngelamar kerja atau kuliah?"

"aku mau pulang bang.....rumahku emang di Jakarta..yah sekalian nyari kerja disini"

Pacarku Hidup KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang