HHAAII
maaf ya minggu lalu aku absen, g update
semoga kalian ttp enjoy ya baca story ini
lets reading^^
----------------------------------
Tia diberikan 2 tiket konser sama orang tuanya. Band ini legendaris banget pas zaman orang tuanya remaja, bahkan sampai saat ini band tersebut masih tetap eksis. Tia termasuk fans band tersebut dan beruntunglah Tia diberikan tiket konser ini sama orang tuanya.
Tadinya orang tua Tia mau nge-date sambil nonton konser band tersebut. Karena sudah lama mereka tidak nge-date ala-ala pacaran masa remaja mereka dulu. Namun, karena Papanya tiba-tiba ada panggilan kerja mendadak, jadilah acara date itu gagal. Dan Mamanya tidak mau nonton sendirian apalagi sama anaknya. Soalnya ngonser sama anaknya, Mamanya Tia itu sudah sering banget, malah bosen, jadi nggak dulu deh.
"Ini tiket buat kamu aja Ti, Mama di rumah aja. Sana ajak gebetan ngonser. Kapan lagi ya'kan ngonser gratis. Apalagi doi* juga suka musik. Ihiiiw!" ujar Mamanya menggoda.
"Apa sih ma!"
Oke, Mamanya memang sudah tahu kalau Tia ada suka sama seseorang. Apalagi orangnya sering datang ke sini buat latihan di studio rumahnya. Tapi untungnya, setiap orang itu datang ke rumah, Mamanya nggak pernah aneh-aneh sama dia.
"Ru, lo mau nonton konser Jamrud nggak?" tanya Tia saat mereka sampai di kantin Fakultas Seni dan Budaya, karena setelah ini mereka akan langsung ke studio klub musik untuk latihan.
"HA?? Anjir! Lo punya tiketnya?" tanya Biru lagi antusias.
"Iya punya."
"Ah gila sih! Mau banget lah! Gue udah sempet war tiketnya, tapi nggak kedapetan. Eh, emangnya kenapa lo nggak bisa nonton konser Jamrud?"
Biru pikir, Tia memberikan tiket konser gratis karena ia tidak jadi nonton. Tapi pada nyatanya, ia memberikan itu supaya Tia bisa nonton berdua dengan Biru. Jika ditanya kenapa tidak tawari Laut duluan. Jawabannya, sudah. Sebelum menawarkan Biru, Tia lebih dulu menawarkan tiket ini ke laut. Karena Tia tau, kedua temannya itu sama-sama suka band beraliran rock-alternatif tersebut.
Tapi ternyata Laut tidak bisa, karena hari itu ia akan pergi ke Magelang untuk mengurusi 40 harian Nenek Mayang.
"Bukan nggak bisa. Tapi lo nonton sama gue." Pesanan siomaynya sampai di meja dan Tia langsung menuangkan saus ke atas piring siomaynya.
"Ha?" Biru sampai tersedak jus alpukat yang barusan di minumnya dan Tia buru-buru memberikan botol minumnya pada Biru.
"Bukan konteksnya yang gimana-gimana ya."
Tia sebenarnya tidak ingin bilang seperti itu. Karena kalau bisa, Tia maunya ya, Biru paham gitu konteks kenapa Tia ngajak Biru berdua doang.
Tia melanjutkan, "Ini gue punya dua tiket. Ortu gue tadinya mau pacaran sambil nonton konser itu, tapi nggak jadi karena bokap tetiba ada kerjaan."
"Oalaaahhh, kirain kenapa."
Tia jadi penasaran gimana reaksi Biru kalau Tia tanya seperti ini, "Emangnya kenapa kalo konteksnya gimana-gimana?"
Tia juga nggak tahu ada apa dengannya hari ini. Tadi pagi di rumah baik-baik saja, tidak ada pertengkaran apapun sama orang rumah. Pas kelas juga nggak ada hal yang buat mood Tia turun. Tapi entah mengapa, karena jawaban Biru yang seperti itu membuat Tia jadi penasaran. Dan ternyata jawaban Biru malah membuat mood Tia turun seturun-turunnya.
"HA???"
"Nggak usah, lupain aja." Tia bangkit dari tempat duduknya untuk mengembalikan piring bekas siomaynya ke Ibu penjual siomay.
"Tunggu Ti," Biru menahan langkah Tia. Biru mau memperjelas saja apa maksud Tia tadi. Kalau memang maksud Tia adalah hal yang ke arah sana, maka Biru harus memutuskannya saat itu juga. Agar Tia tidak semakin sakit hati nantinya.
***
Matkul Si Dosen paling rajin, tentu saja Pak Ruslan. Biarpun umurnya sudah menuju awal 60-an, tapi semangatnya kayak anak muda. Bahkan, mahasiswanya saja tidak se-semangat beliau. But yaa, Pak Ruslan ini menjadi salah satu dosen favorit jurusan Sastra Indonesia karena dedikasinya dalam mengajar.
Sudah cukup membangga-banggakan pak ruslan, sekarang kembali ke realita. Realitanya adalah walaupun Pak Ruslan menjadi dosen favorit anak Sastra Indonesia, rupanya Pak Ruslan juga menjadi tokoh yg dihindari beberapa mahasiswanya karena tugas-tugas yang diberikan cukup sulit.
Seperti sekarang ini, Laut tidak tahu apakah ia bisa sering-sering ikut manggung untuk beberapa minggu ini. Karena tugas yang barusan diberikan Pak Ruslan benar-benar menyita waktunya untuk beberapa minggu ke depan.
Me
kalian dimana kawan? diriku sudah selesai kelas nih
Tidak ada jawaban dari kedua temannya itu. Barusan Laut mengirim pesan ke group band-nya karena sore ini mereka ada jadwal manggung di D'R dan seperti biasa mereka bakal latihan dulu di studio kampus. Berhubung Laut lapar sekali, jadi Laut mampir saja ke kantin dulu baru ke studio. Mungkin mereka menunggunya di studio klub musik.
Sambil scroll-scroll Twitter, rupanya tanpa sadar laut sudah sampai di kantin. Sekali lagi ia buka aplikasi chat dan melihat apakah sudah ada balasan dari kedua temannya itu, ternyata belum juga. Jadi ia masukan hpnya ke dalam tas dan berjalan ke tukang siomay langganannya.
Dari kejauhan ia bisa melihat dua orang yang nggak asing. Sepertinya itu Biru dan Tia. Tapi kenapa gestur tubuh mereka keliatan tegang dan sedikit aneh. Pikir Laut.
"Ti, lo ada rasa sama gue?"
Begitu Laut mendegar itu dari Biru, ia buru-buru bersembunyi dibalik pilar yang kebetulan tidak jauh darinya dan meja yang kedua temannya duduki. Bukan maksud Laut untuk menguping, tapi sepertinya ini bukan saatnya bagi Laut untuk mengganggu urusan mereka.
"Jawaban apa yang mau lo denger?" Tia membalas yang entah mengapa terdengar cukup dingin.
Tidak mendengar jawaban dari Biru, Tia melanjutkan ucapannya. Walau Tia sepertinya tahu jawabannya apa, tapi ia ingin jujur sekarang juga soal perasaannya. Pada diri sendiri, Biru dan semesta kalau, "Iya, gue ada rasa sama lo. Gue suka sama lo."
Singkat, padat, dan jelas.
Tia tidak menerima pertanyaan. Apapun itu. Apalagi pertanyaan 'kenapa?'. Karena Tia sendiri belum menemukan jawabannya.
Laut yang sedang bersembunyi tidak tau harus bereaksi apa.
Tidak tau kenapa dadanya sesak sekarang.
Tidak tau kenapa moodnya turun sekarang.
Tidak tau kenapa ia rasanya mau menangis sekarang juga.
Bukankah ini hal yang bagus?
Dengan Tia yang menyatakan rasa sukanya pada Biru, mungkin saja perasaan Tia akan berbalas dan temannya itu akan senang bukan main.
Mungkin saja nanti sore, saat mereka manggung nanti keduanya sudah berpegangan dengan mesra. Entah kemungkinan apa lagi yang dipikirkan Laut. Intinya, untuk saat ini ia ingin menjauh dulu dari keduanya.
----------------------------------
*Doi = digunakan untuk mengganti kata dia atau ia bagi anak muda
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU (Langit & Laut)
FanficBiru Langit Bisa main banyak alat musik, anak futsal, dan anak klub musik. Sifatnya ramah, supel, sopan, asik. Tentu, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dibalik semua sifat baiknya itu, ada dua hal yang sangat menjengkelkan dari diri Bir...