Hadiah

1.9K 72 2
                                    

Sudah tiga hari Adam menginap di rumah. Setelah kejadian salam perkenalan kami yang memalukan saat pertama kali bertemu, rasanya canggung sekali saat harus berpapasan dengannya.

Kapan sih dia balik ke rumahnya? Batinku.

"Iya mah. Adam baik-baik aja kok di sini. Lusa pulang kampus Adam langsung ke rumah."

Terlihat Adam sedang berbincang di telfon dengan seseorang. Sepertinya dia berbicara dengan mamanya.

Aku melirik sedikit sambil terus menyeruput susu dalam gelas.

"Ka! Kebiasaan deh ngintip-ngintipin Adam. Bintitan ntar!"

Saga menepuk keras pundak kananku, yang saat itu juga berhasil membuatku tersedak sehingga susu di mulutku tumpah membasahi baju kerjaku.

"Sagaa!! Baju Kaka basaaah!" Ku pukul keras punggung Saga. Dia kelewatan. Mempermalukanku dua kali di depan temannya. Pertama dia berteriak bahwa aku sedang mengintip Adam. Lalu kedua dia membuat baju kerjaku basah ketumpahan susu coklat. Menyebalkan! Kalau bukan adik kandungku sudah ku tendang dari rumah.

Saga hanya terus tertawa tanpa henti. Sedangkan Adam yang sedari tadi memerhatikan kami malah ikut tertawa.

Mataku berpapasan dengannya. Kami saling berpandangan. Lagi. Bukan hanya sekali atau dua kali hal ini terjadi. Sudah tiga hari Adam tinggal di sini dan dia selalu saja diam-diam memerhatikanku. Bukan Aku yang terlalu percaya diri. Tapi justru sikap anehnya yang terlalu jelas.

"Pagi Ka Mareta. Mau berangkat kerja ya?" Senyumnya dilempar tepat mengenai sasaran. Mataku tak berkedip menatap senyumnya.

Ada apa denganmu Mareta!

Kupukul pipi kananku cukup kencang. Sadarlah! Kau terlalu mengagumi berondong itu! Memalukan!

"Ah? Iya nih. Kalian juga mau berangkat ke kampus kan? Hati-hati ya adik-adikku." Ku usap lembut kepala adikku. Lalu ku jewer telinga adikku. Membalaskan dendamku karena sudah membuat bajuku basah ketumpahan susu.

"Aduh Kaka!" Saga mengaduh tapi tak ku hiraukan.

***

Buru-buru aku duduk di bangku kerjaku. Pakaian sudah ku ganti namun karena terburu-buru map yang berisi proposal kerjaku tertinggal di meja makan. Ah sial sekali pagiku!

Aku mengacak-acak rambutku.

"Hei hei kamu kenapa Mareta? Rambutmu jadi berantakan tuh." Ucap Bima, rekan kerjaku yang baru saja datang setelah membuat teh dari pantry.

"Map proposal kerjaku yang mau aku presentasikan hari ini tertinggal di rumah. Dari tadi sudah ku hubungi orang di rumah tapi tidak ada yang menjawab. Bisa mati aku kalau presentasi hari ini gagal." Aku merebahkan kepalaku di atas meja. Bingung. Rasanya batu yang sangat besar  menindih kepalaku.

"Kapan waktu presentasimu?" Tanya Bima sambil menarik bangku untuk duduk di sampingku.

"Jam 10."

"Masih ada waktu 1 jam. Kamu bisa ambil ke rumah lalu kembali ke kantor dan bergegas untuk presentasi." Bima memberi solusi.

"Ngga bisa. Jarak dari rumahku ke kantor saja sudah 30 menit. Pulang pergi memakan waktu 1 jam. Pasti aku terlambat. Belum lagi aku harus pesan ojek online untuk mengantarku ke rumah."

Bima mengambil kunci motor dari saku celananya. "Aku antar Ta."

"Mareta, seseorang menitipkan map ini ke satpam kantor. Sepertinya dari adik laki-lakimu." Juna yang datang dari pintu ruangan memyodorkan map plastik berwarna biru.

"Wah thanks Jun!"

"Padahal tidak ada yang menjawab telfonku. Tapi Saga perhatian sekali. Nanti pasti akan ku traktir makanan kesukaannya." Ucapku samar dengan senyuman lebar dan raut wajah penuh kebahagiaan yang terpancar di wajahku.

"Jadi presentasimu tidak akan gagal kan? Semangat Ta!" Bima menepuk pelan pundakku. Memberiku semangat.

Aku membalas dengan senyum menyeringai.

***

Sepulang dari kantor Aku langsung buru-buru masuk ke kamar Saga. Karena saking senangnya berkat bantuan dia presentasiku hari ini lancar dan sukses besar.

"Adik kesayangan Ka Mareta perhatian sekali siihhh." Aku memeluk erat adikku dari belakang. Karena dia sedang merapikan rak buku di kamarnya.

Tidak! Rasanya ini bukan adikku. Tidak mungkin adikku terasa lebih kurus dalam waktu satu hari. Lagi pula harum tubuhnya tidak seperti ini.

Aku buru-buru melepaskan pelukanku. Bersamaan dengan sosok lelaki yang baru saja aku peluk berbalik badan.

Adam???

Tidaaak!!! Apa yang sudah kulakukan? Apa ini termasuk pelecehan seksual pada anak di bawah umur? Tidak! Dia sudah cukup dewasa untuk umur 18 tahun. Apa yang baru saja Aku lakukan padanya? Memalukan!

"Ah sorry. Kaka kira Saga." Jawabku terbata-bata.

Adam hanya tersenyum padaku sambil sedikit menahan tawa. Aku rasa dia bisa melihat dengan jelas wajahku saat ini. Mungkin pucat pasi, atau bahkan merah seperti jambu air? Ah bagaimana ini. Rasanya tubuhku terasa kaku sekali. Kakiku berat seperti menempel kuat pada lantai kamar ini. Seseorang tolong Akuu!!!

"Ka Mareta! Ngapain kaka ada di kamarku? Berduaan lagi sama Adam. Apa kaka mengintip lagi?" Saga yang datang dari arah pintu langsung menarik tanganku keluar kamar.

Akhirnya.. Kaki ini bisa terlepas dari lem gajah yang menempel di lantai. Batinku.

"Kaka cuma mau bilang makasih kamu sudah mengantar map ke kantor kaka. Kamu perhatian banget sih adikku! Itu memang map yang sangat berharga untuk kaka hari ini." Ucapku antusias sambil memeluk tubuh adikku dengan kencang.

"Aduh sakiiit ah. Apaan sih ka map apaan? Aku ga ngerti." Saga menjawab sambil mencoba melepas pelukanku.

Perlahan Aku melepas pelukanku darinya. Dahiku mengernyit. Heran. Masa dia tidak mengerti?

"Map warna biru. Kaka tidak sengaja meninggalkannya di meja makan. Kamu kan yang mengantarnya ke kantor?" Tanyaku kebingungan.

"Saya ka yang mengantar mapnya ke kantor." Suara Adam terdengar dari belakang. Sejak kapan dia berdiri di belakangku?

"Saya lihat tadi pagi Ka Mareta terburu-buru. Lalu saat Saya duduk di meja makan Saya melihat isi map yang bertuliskan nama Kaka. Saya pikir itu penting. Makanya Saya buru-buru antar ke kantor." Jawab Adam panjang lebar.

Aku membalikan badanku perlahan. Melirik sedikit untuk menatap ke arahnya.

"Ah jadi kamu ya? Hehe makasih banyak ya Dam." Jawabku terbata-bata sambil sedikit menyeringai.

Adam hanya membalas dengan senyuman.

Ah sudah gila Aku! Kenapa jantungku terus berdetak lebih cepat saat anak kecil ini menatapku sambil tersenyum? Fix Aku gila.

"Ah sudahlah. Hari ini kaka sudah membuat keributan dua kali. Jangan sekali kali lagi kaka asal masuk kamarku! Ingat!" Saga memeringatkanku sambil berlalu ke dalam kamarnya lagi.

Aku hanya terdiam. Rasanya canggung sekali. Ingin buru-buru turun ke lantai bawah namun tiba-tiba lengan kiriku terasa hangat. Saat ku tengok, tangan seseorang tengah menggenggam lengan kiriku.

Adam? Apa yang dia lakukan?

"Apakah tadi hadiah ucapan terima kasih untukku, Ka?"

Adam berbisik tepat di telinga kiriku.

Aku buru-buru melepas genggamannya. Berlari menuruni anak tangga.

Gilaa sumpah gilaa! Apa yang baru saja dia lakukan? Kenapa dia selalu saja membuat jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Tahan Mareta tahan! Besok kau benar-benar harus mengusirnya dari rumah ini. Tidak ada lusa. Besok!

Bukan Berondong BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang