HAPPY READING YEOROBUN 💞
---------Ganeth dan Lala tampak tidak bersemangat, tepar di kasur masing-masing. Hanya ada mereka berdua di kamar, Haliza juga sudah pindah kamar sejak kejadian ribut dengan Ganeth.
"Kang Lutfi, ganteng ga menurut Lo?"
"Lumayan, tapi lebih ke Alvin sih"
Ganeth memutar bola matanya malas. "Patute, dia tunangan Lo"
Ucap Ganeth. "Kang Lutfi kok bisa manis banget" lirihnya bermonolog sendiri, mengingat wajah tampan kang Lutfi yang berkulit sawo matang namun manis, pake banget."Gak ada Aza bingung mau ngapain" ucap Lala atap kamar dengan seksama.
Ganeth mengangguk setuju. "Gabut kalo kaya gini."
"Kita jenguk Juju si buruk rupa aja ayok, di kantor" usul Ganeth, sudah lama sekali sejak Juju di adopsi oleh pengurus, mereka belum sempat berkunjung.
Berlari menuju kantor, sangat ramai oleh para santri yang tengah mengambil uang kiriman. Mereka dengan cepat mengambil Juju dan membawanya keluar, duduk di bawah pohon rindang depan komplek mereka.
"Gue harap Lo cepet kawin dan memperbaiki keturunan Ju" ucap Ganeth mengajak Juju bicara.
"Cari bininya yang good looking ya" saran Lala pada Juju yang tengah berpaling dari mereka, menghadap berlainan arah.
"Ga usah ngambek segala, udah buruk rupa belagu lagi" maki Ganeth mengejek Juju.
"Awas aja kalo Lo open BO dan gak nikah dulu" ucap Lala memperingati.
Mungkin kalo bisa bicara Juju pasti sudah mengumpat, dan mengabsen berbagai jenis hewan, misalnya anjing atau azu.
*****
Sekembalinya Altha dari ruang dokter yang memeriksa Aza. Ia masuk ke dalam ruangan VIP tempat Aza di rawat. Di dalam sudah ada Zaynal dan Ian yang tengah sibuk bermain hp.
Penglihatannya tertuju pada Aza yang kini mengenakan baju pasien, tanpa berganti kerudung. "keluar bentar sana, beliin kerudung buat Aza sama celana jins buat gue" ucap Altha menyuruh dua sahabatnya. Mengingat saat ini Altha masih mengenakan sarung. Begitu juga Zaynal dan Ian.
"Uang-uang, gue butuh uang" ucap Ian sambil menyadongkan tanganya.
Altha merogoh saku bajunya. Namun ia lupa jika tidak membawa dompet. "Pinjem dulu, uang gue abis buat bayar ruang inap Aza" ucapnya menyengir lebar. Untung saja ia membawa handphone tadi.
"Dasar kere" ucap Zaynal dan Ian bersama, lalu keluar dari ruang inap.
Lama menunggu, hampir satu jam. Akhirnya mereka kembali dengan tangan menenteng paper bag sedang.
"Nih kerudungnya tiga beda warna, trus tuh jins sama kaos gue" ucap Ian menyodorkan.
"Harus langsung di ganti besok" ucap Zaynal cepat. Karena saat tadi di toko Ian menolak menggunakan uangnya dan meminta Zaynal membayar.
"Iya, kalian pulang aja dulu. Besok pagi kesini bawa baju gue tapi jangan bilang Umi sama Abah dulu" ucapan Altha bagai perintah yang tidak bisa di bantah oleh mereka berdua.
"Yaudah baek-baek Lo"
"Kita pamit"
Altha lantas masuk ke kamar mandi untuk mengganti baju yang penuh dengan darah. Namun sebelum itu ia memanggil suster untuk menggantikan kerudung Aza.
Seorang gadis mengerjakan matanya, mengahalau rasa silau. Menatap atap, memperhatikan sekeliling. "Shitt gue di mana?" gumam gadis itu pelan.
Dari arah samping terdengar seseorang membuka pintu, dengan cepat gadis itu menutup matanya, pura-pura belum sadar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ijbar [Selesai]
Novela JuvenilAza tak menyangka akan di pertemukan kembali dengan Altha, di saat dia sudah hampir melupakan laki-laki itu. Terlebih fakta mengejutkan, Altha merupakan penerus utama pondok pesantren yang ia tinggali. Aza cukup tahu diri, ia sudah biasa menelan ke...