"Kak Yoshi? Sudah selesai sedih nya? Detikan kakak terbuang jika terus menangis.." Arubby menolehkan kepalanya kesamping, berbicara pada Yoshi yang sekarang tengah menangis karena baru saja kehilangan ayah nya.
"Kak Yoshi bilang, setiap detik itu berharga. Jadi, jangan menangis lagi"
Arubby, seorang wanita yang lebih muda dari Yoshi. Arubby tinggal disamping rumah Yoshi, dan mereka sudah berteman ditiga tahun yang lalu. Yoshi menerima kekurangan yang Arubby miliki, begitupun sebaliknya.
"Kakak gak nangis lagi Aru.. kakak lagi tersenyum menatapi terang nya langit sore" Balas Yoshi tersenyum sendu, bohong jika ia tengah memandangi langit diatas sana.
"Jangan berbohong, aku mendengar suara rintikan hujan" Balas Arubby kemudian.
Yoshi menatap Arubby, tersenyum semakin sendu ketika wanita cantik itu tidak berhasil ia bohongi.
"Hanya rintikan hujan, langitnya tetap terang kok" Balas Yoshi mencoba untuk membuat Arubby percaya padanya.
"Beneran tidak menangis lagi? Kak Yoshi jangan bohong, aku memang tidak bisa melihat kakak, tapi aku bisa mendengar cara kakak menahan isakan" Yoshi menunduk, Arubby selalu saja tau tentang hal disekitarnya.
"Maaf ya, kakak berbohong" Arubby mengangguk kecil, benar-benar sangat mengemaskan.
"Ayah kakak sudah tenang, jangan sedih lagi ya?"
Yoshi mengangguk meski Arubby tidak bisa melihatnya.
"Iya, Aru."
Arubby tersenyum, walau ia tau Yoshi tidak mungkin menghilangkan sedih itu dengan cepat.
"Kamu mau pulang? Sepertinya kita harus pulang"
"Tapi, nanti kakak dipukuli lagi gimana?"
"Tidak apa-apa, mereka wajar melakukan itu padaku" Balas Yoshi lembut.
"Wajar apanya? Kekerasan tidak boleh melukai kakak" Yoshi terkekeh dan mengusap pucuk kepala Arubby. "Jangan pikirkan tentang aku, ayo pulang. Nanti ibu mu mencari" Arubby pasrah, lalu berdiri dari duduk nya.
"Ayo" Ujar Arubby mulai berjalan dan dibantu oleh Yoshi.
• • •
"BRENGSEK! MASIH PUNYA NYALI LO PULANG KE RUMAH HAH?!" Jihoon mendorong tubuh Yoshi sampai Yoshi terhempas ke lantai. Mata tajam nya tak pernah lepas dari sosok Yoshi yang sekarang tengah menahan sakit karena bokong nya terasa sakit.
Yoshi berdoa dalam batin, meminta pada Tuhan agar Jihoon berhenti untuk melukainya.
"Kak Jihoon, udah. Kasihan kak Yoshi.." Lirih Doyoung, sang adik tak tega harus melihat kakak laki-laki ketiganya dikasari oleh kakak laki-laki keduanya.
"Diam lo! Kalo gak mau dapat apa yang Yoshi dapatkan sekarang!" Doyoung menutup mulut nya, mau tidak mau, ia harus menutup mulut nya.
"Ji, maaf. Aku minta maaf"
"NGGAK SIALAN!!"
Brugh
"Arhkk!!"
Jihoon menginjak kaki Yoshi begitu keras, bahkan mendengar kata maaf dari Yoshi saja, Jihoon tidak sudi menerima.
"Ibu pergi, dan Ayah juga! Lo tau siapa yang ngebikin keduanya pergi? LO YOSHI LO!" Itu Junkyu, anak keempat.
"Emang bangsat lo! Gak guna hidup lo bangsat!" Lanjut Junkyu dan mengijak kaki Yoshi yang satu nya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detikan bersayap || YOSHI
Fiksi Remaja❝ Dunia mu terlalu besar untuk menjadikan ku sebagai semesta ❞ - Arubby ❝ Tapi, mengenal mu adalah semesta bagi ku ❞ - Yoshi