Sosok yang sejak hampir lima belas menit yang lalu ia tunggu akhirnya memunculkan wajah juga di hadapannya.
Tatap mereka bertemu sejenak, sebelum akhirnya Prakarsa mengulurkan genggamannya untuk bertos'ria dengan laki-laki itu.
"Makasih udah mau datang." ucap Pra setelahnya.
"Hm. Padahal malas banget gue nemuin lo. Tapi, maaf udah buat lo nunggu." balas laki-laki itu.
Prakarsa terkekeh kecil, "Itu tandanya, lo masih peduli karena masih mau tau saat gue bilang ini tentang Anindita."
"Hm. Bagaimanapun juga, lo mungkin punya kabar yang mungkin nggak gue tahu tentang Anindita selama di sini,
"Dan, gue pacarnya, berhak tahu, kan?"
Mendengar tutur Mahardika, Prakarsa memecahkan tawa.
"Tapi, Anindita nggak bilang lo pacarnya."
Dibalas Mahardika decihan pelan, "Iya, dia memang nggak mau, dan nggak percaya kata-kata itu. Tapi, pasti lo tahu kurang lebihnya, kan?"
Pra mengangguk, mengakhiri percakapan dan sejekan mereka sama-sama diam.
"Jadi, langsung ke pointnya aja. Apa yang mau lo bicarakan?"
Mahardika menatap Pra serius. Kalau-kalau saja laki-laki ini hanya mengatakan hal bodoh tidak penting seperti mengajaknya bersaing. Awas saja, Dika akan langsung tertawa sambil menyuguhkan kepalannya pada wajah Pra.
Tidak perlu basa-basi, Pra langsung menanyakan awal dari inti pembahasannya.
"Lo tau Nisbi? Teman sekamar Anindita."
Mahardika menatap Prakarsa sejenak, awas saja kalau ternyata dia mau minta Mahardika menyelidiki Nisbi untuk dis comblangkan dengan Pra.
"Iya, kenapa?" jawab Dika.
"Pernah ketemu?"
Dika diam sejenak,
"Nggak, selalu nggak ada di rumah saat gue lagi di sini." jawabnya.
"Nggak aneh?"
Lagi, lagi, Mahardika sejenak diam.
Ia mengangguk kecil, berdehem kemudian, "Pernah ngerasa begitu, tapi gue pikir, mungkin biasa."
"Nisbi itu nggak ada."
Akhirnya, Dika hanya bisa terdiam sempurna, sedikit tertegun atas pernyataan Pra. Ia menatap Pra dengan alis yang mulai tertaut.
"Maksud lo?"
"Iya, Nisbi itu nggak ada. Gue pernah ketemu dia. Tapi, dia nggak ada."
Mahardika yang tenang tampaknya mulai tak tertahankan atas pernyataan rancu Pra yang sedikit membuatnya bingung dan kesal.
"Maksud lo gimana?! Yang jelas!"
Pra yang bersandar pada depan mobilnya bangkit, berdiri sempurna menghadap Dika yang masih di tempat yang sama seperti ia sebelumnya.
"Dia nggak ada wujudnya. Tapi, Anindita terlihat serius bahwa dia ada di hadapan gue. Dia bahkan antusias banget dengan wajah yang cerah setiap kali cerita tentang Nisbi, apalagi saat gue ikutin dia buat kenalan sama Nisbi itu. Padahal, gue sama sekali nggak lihat ada orang di sana."
Mahardika hanya terdiam. Benar-benar tak bisa bersuara dan menyanggah walau hanya satu kata. Ia sama terkejutnya, bahkan lebih dari saat Pra di ajak berkenalan dengan Nisbi.
"Tapi, aneh. Dia nunjukin beberapa poto dan bilang itu foto dia sama Nisbi. Dan.... Nisbi berwujud."
Dika tampak masih mencerna, tapi dengan cepat ia ingin tahu, "Lo punya fotonya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Fiksi Umum*Ineffable ; terlalu indah/luar biasa/ tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Tidak Terlukiskan. "Tidak ada kata sempurna untuk manusia, Pra. Yang terlihat sempurna itulah yang sebenarnya banyak menyimpan rahasia, yang bahkan kadang tidak disadari...