Drama Pagi Hari

501 32 16
                                    


Typo bertebaran author juga manusia guys! Xixi, maapkeun ya klo typonya banyak.

Puasa masih aman?

Baca ini kira-kira jam berapa? Kalian askot mana aja?

Happy Reading guys!

***

Gadis berpiyama coklat itu mulai menyibakkan gorden kamarnya. Membiarkan sinar matahari masuk melalui celah ventilasi. Gistara tersenyum melihat suami gantengnya tambah menggeliat memeluk guling.

Btw, Gistara sudah pulang dari rumah sakit. Kira-kira satu minggu yang lalu. Tentang kejadian Gistara masuk rumah sakit, Alhamdulillah janinnya baik-baik saja. Hanya saja membuat gejala kecemasan maupun trauma manyerang Gistara.

"Mas... Bangun udah siang nih," ucap Gistara sembari merangkul tubuh suaminya yang harum. Enak kan setiap pagi disuguhi pemandangan suami gantengnya masyallah.

"Eung... Eh, ada bidadari."

"Bangun yuk, mandi. Kita kan harus kerumah Bunda. Kamu kan udah janji sama aku kemari."

"Iya sayang, sebentar lagi ya. Sini peluk lagi," Iqbal kembali merangkul tubuh istrinya. Perut Gistara sudah menjadi penghalang ketika mereka sedang berpelukan. Tapi, itu menjadi bagian yang menyenangkan.

"Cium dong..." ucap Iqbal. Gistara hanya menggelengkan kepalanya. Suaminya sudah kayak bayi gede saja.

"Gak mau! Bau!" Gistara berpura-pura tidak mau mencium suaminya. Didalam hatinya dia tertawa kencang ketika melihat ekspresi Iqbal yang berubah. Bibir monyong lima centi, mata yang berubah menjadi sendu, lalu Iqbal mengendurkan pelukannya.

"Yaampun suami guee!!" spontan Gistara teriak.

"Apaan sih yang?"

"E-eh engga kok Mas... Mau cium?" Iqbal mengangguk cepat. Giliran cium aja cepet!

"Tutup mata kamu dulu," ujarnya.

Iqbal mengikuti perintah istrinya. Tapi yang terjadi Gistara justru berjalan kearah kamar mandi. Lalu dia mengambil gayung untuk di dekatkan pada bibir Iqbal.

"Maafin aku ya Mas," gumamnya didalam hati.

"Yang kok basah-basah sih, rata gini, ga kenyel lagi! Apaan sih ini? Bukan bibir kamu yaa!"

"Bibir aku kok Mas," akhirnya Iqbal membuka matanya perlahan. Sialan! Gayung woyyy!

"Sialan! Pagi-pagi gue ciuman sama gayung. Sayang kok kamu tega sih? Biarin suami kamu cium gayung," Gistara tertawa terbahak disamping Iqbal, sembari dia mengusap pelan perut buncitnya. Sedangkan Iqbal tengah merajuk, dia membalikan tubuhnya lalu membelakangi tubuh istirnya.

"Dijaga omongannya, anak kamu denger tau! Eh, eum... Kamu marah Mas?" Gistara mendekat pada Iqbal. Suami gemoynya lucu kalau lagi marah.

"Menurut kamu aja!"

"Mau cium?" sontak Iqbal merespons cepat. Tidak jadi marah, pertanyaan itu selalu membuatnya semangat 45.

"Bener? Gak boong lagi kan?" Gistara menganggukan kepalanya. Berarti Gistara menyalakan lampu hijau untuk suaminya.

Cup

Iqbal mengecup bibir mungil Gistara. Tetapi bukan hanya kecupan saja
Selanjutnya iqbal mulai melumat lembut bibir Gistara, supaya istrinya tetap aman. Kalau dia ganas tidak lembut kasihan istrinya yang lagi hamil.

"Udah Mas!" ucap Gistara. Iqbal menyudahi ciuman tersebut. Sudah halal jadi sabi ajalah.

"Iya iya... Makasih ya. Aku mau mandi dulu, siapin baju ya."

Waketos Is My Husband [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang