Gardenia

415 75 3
                                    

The frost, the sunset and all the hopes that are sure to come true ...

The frost, the sunset and all the hopes that are sure to come true

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Tumbuh dewasa itu mengerikan, sungguh.

Ada tahap proses pendewasaan yang menyakitkan serta menuntut adaptasi instan. Menguras emosi dan menguji kesehatan mental.

Dunia dewasa itu tak se-menyenangkan seperti yang pernah di bayangkan ketika masih kecil dulu. Menjadi dewasa berarti harus siap kehilangan beberapa hal.

Kehilangan kesenangan masa kecil yang tak bisa di nikmati ketika telah tumbuh dewasa.

Mew menatap sebuah kedai permen kapas yang tampak ramai oleh anak-anak. Membatin pilu bahwa ternyata langkah kehidupannya telah sejauh ini. Ia bukan Mew Suppasit yang cengeng dan lemah lagi.

“Ingin mencoba rasa es krim ku, Mew?”

Suara Gulf yang duduk tepat di sebelahnya spontan menyentak lamunan aneh yang membelenggu otaknya. Mew menggeleng sekilas, “ya? Ingin apa, Gulf?”

Gulf mengulas senyum tipis. Mew mendadak sedikit berbeda saat tiba di taman kota—agenda jalan-jalan kemarin yang benar-benar terlaksana hari ini. Pria itu seperti lebih diam dari biasanya. “Ada yang mengganggu pikiranmu?”

Mew tak langsung menjawab, sementara atensi Gulf selalu kacau sebab hiruk-pikuk orang-orang yang tengah menikmati wahana taman kota.

Cukup lama diam, Mew menyahut, “hanya berpikir ternyata aku sudah sebesar ini.”

“Kau merindukan masa kecilmu?”

“Tidak juga,” tukas Mew. Masa kecilnya tak terlalu bermakna untuk di kenang. Bisa di katakan bahwa masa kecilnya sama saja dengan keadaannya saat ini—kehidupan penuh tuntutan dan belenggu kekasaran kedua orangtuanya.

Hanya saja, ia tak menyangka akan berhasil hidup sampai saat ini. Benar-benar berhasil hidup.

“Lantas apa tempat ini mengingatkanmu dengan kenangan masa lalu?” Gulf menoleh menghadap keberadaan Mew. “Kau merindukan sesuatu?”

“Masa kecilku penuh kenangan hambar dan biasa saja, Gulf.” Ia berucap sembari memandang lekat keberadaan sebuah ayunan tak jauh dari kedai roti di sana. Mengingat seperti apa ayahnya dulu pernah menyeret paksa lengannya agar segera pergi dari tempat ini. “Taman kota adalah tempat terbaik untuk melarikan diri dari les dulu, dan pho akan memukuliku di tempat ini juga, ketika mengetahui kegiatan bolos itu. Tapi kau benar, aku merindukan masa-masa itu.”

Suara yang terdengar tegar, namun jelas berbanding terbalik dengan perasaan, Gulf paham itu.

“Kau anak tunggal, Mew?”

Mew mengendik.

Yeah, Mew Suppasit yang sok kuat ini adalah putra tunggal dari pasangan pengusaha besar di negara ini. Terlahir bagai aset masa depan yang di tuntut harus bersikap sempurna. Ia menyahut, “aku anak tunggal.”

EVANESCENT SPIRIT • MEWGULF [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang