Prolog

28 5 1
                                    

Kibasan angin terasa di bibir pantai, pohon kelapa sampai mengayun kesana kemari. Dibawah mentari pagi Sarka berbaring di depan rumah sambil meminum sebuah wedang jahe yang dibuatkan ibu-nya. Terdegar suara burung-burung bersiulan, hari semakin siang tetapi udara masih dingin saja. Sarka beranjak dari ranjang kayu yang biasa digunakan Pak Darto ngopi sambil bermain caturan bersama Bapak-Bapak desa.

Tiba-tiba terdapat suara sepedah motor yang terparkir di samping rumahnya, Sarka berhenti sambil menunggu seseorang yang datang, terlihat Sarka menjadi sedikit gelisah melihat orang yang datang ke rumahnya. Orang berpeci coklat, berkaos putih dengan celana jeans pendek berwarna cokalat. Orang itu mengucapkan salam dan Sarka-pun menjawabnya.

Sarka tau siapa orang itu, dia adalah Pak Broto Surwono dimana dia adalah juragan ikan asin yang penghasilanyaa sudah ratusan juta. Sarka berdiri dengan badan yang disenderkan di depan pintu sampai Pak Broto memulai pembicaraan "kau pasti anak dari Darto." Sarka memotong pembicaraan "emangnya Pak Broto ngapain di rumah saya." Sarka memegang pintu sambil menatapnya.

"Sepertinya aku tidak disambut dengan baik olehmu sarka" kata pak Broto

"Bagaimana aku menyambutmu sudah 2 tahun terahir kau selalu menganggu kehidupan keluargaku, termasuk Ibuku"

"Sarka, kau sedikit seperti Ayahmu sukanya menentang tetapi Ayahmu terlalu bodoh sampai dia mempunyai masalah denganku, jangan sampai kau ikut-ikut dalam masalah kami wahai anak muda"

"Emangnya ayahku sudah melakukan apa pada anda sampai-sampai anda setiap hari ke rumahku dan pergi bersama ayahku tanpa berbicara sedikit saja." Sarka menggertak

"Semua itu ada cerita dan suatu perkara  pasti mempunnyai alasanya, jadi lebih baik kau diam dan panggil saja ayahmu sekarang."

Sarka tak berkata apapun dan langsung pergi ke dalam rumah dan memanggil ayahnya yang berada di dalam kamar. pintu kamar Pak darto terlihat terkunci, terlihat ibunya yang berdiri di depan pintu membawa beberapa makanan. Ibu Sarka bernama Bu Sirka, jadi nama Sarka di pilih oleh ibunya semenjak sebelum sarka di lahirkan, karena seperti permintaan dari Ayah Bu Sirka dimana sudah turun temurun, nama-pun harus sesuai dengan garis keturunannya begitu adat istiadat keluarga Bu Sirka.

"Bu, apa Ayah ada di dalam kamar? Pinta Sarka

"Iya Ayahmu ada di dalam kamar semenjak kemarin malam, entah ada apa dengan Ayahmu, Ibu saja sampai dilarang masuk ke dalam." Tiba tiba terdengar suara terbantingnya seseorang dari kamar, Bu Sirka seketika panik, dengan menggedor-ngedor tangannya ke pintu.

Sarka hanya terdiam tanpa berkata-kata, mencoba membuka pintu sambil mendorong pintunya, Pak Broto seketika memasuki rumah dan mencoba membantu membuka pintu. Pak Broto menyuruh Sarka dan ibunya menjauhi, terlihat Pak Broto yang memiringkan badannya dan menyiapkan lengan tubuhnya untuk menggedor pintu itu, terlihat begitu kerasnya Pak Broto mengedorkan tubuhnya ke pintu, sampai membuat pintunya rusak parah, pintu pun terbuka. Terlihat begitu seramnya keadaan kamar, semua benda terjatuh di lantai, ranjang-pun terlihat berantakan dan paling mengerikan terlihat Pak Darto yang terluka dan pingsan di samping ranjang.

Setalah itu Pak Broto bergegas menghampiri Pak Darto dan langsung membawanya ke atas ranjang. Terlihat Pak Broto mengusap luka dan mencium goresan luka yang berada di tubuh Pak Darto. Beberapa saat kemudian terlihat Pak Broto yang sangat kesal dan sedikit gelisah, Sarka dan ibunya pun kebingungan apa yang telah terjadi? Tangan Pak Broto mengepal dan mengedor ke meja dekat ranjang.

Sesuatu malah menjadi aneh, Pak Broto menyalahkan Bu Sirka atas kejadian saat ini. Sarka pun monolak perlakuan kasar Pak Broto kepada ibunya.

"Hai Pak Broto saya ini tidak mengerti dengan anda, kenapa anda menyalahkan ibu saya, padahal bapak tadi melihat ibu saya mencoba membuka pintu."

"Sarka kau tidak tau, semua perlakuan ku terdapat maksudnya, kau belum tau..." pembicaraan seketika di potong oleh Bu Sirka.

"Maaf, saya mohon Bapak jangan ikut campur urusan keluarga kami."kata Bu Sirka

"Benar yang dikatakan ibu, jangan lagi ikut campur urusan keluarga kami."Sarka langsung mendorong tubuh Pak Broto keluar kamar.

Di luar kamar Pak Broto mengatakan "Sarka kau belum tahu apa yang telah terjadi waktu dulu, Ibu dan ayahmu telah lakukan." Sarka tidak ingin sedikit-pun mendengarkan perkataan Pak Broto. Tangan Sarka mengepal dan memberikannya kearah kepala Pak Broto, wajah Pak Broto pun terayun kearah belakang tubuhnya. Tetapi terlihat tidak ada rasa sakit yang muncul di wajah pak Broto.

Pak Broto-pun mengangkat tangan dan langsung pergi meninggalkan Sarka. 

HOLY BLOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang