Bel pulang sekolah telah berbunyi, Rayen yang sudah selesai merapikan alat tulisnya menatap pada Aza gadis malang karenanya.
"Ayo bro kita mukbang." Ajak Desta semangat 45.
Rayen menghela nafas kasar. "Duluan aja, gue masih ada urusan." Laki-laki itu kemudian meninggalkan kelas.
Setelah beberapa waktu sekolah hampir kosong, namun masih menyisakan Aza yang sengaja menunggu seluruh murid keluar agar ia lebih tenang untuk berjalan pincang.
"Pasti bisa." Semangat gadis itu untuk dirinya.
Aza bangkit dari kursinya lalu berusaha berjalan perlahan dengan tertatih hingga berhasil keluar kelas, gadis itu berjalan menyusuri koridor namun sayangnya tiba-tiba kakinya tersandung angin dan hampir terjatuh.
Well siapa lagi yang menolong gadis itu jika bukan Rayen yang ternyata laki-laki itu belum pulang. "Gue bantu." Ujarnya dingin.
"Gue anter pulang." Ucap Rayen dengan wajah datarnya.
"Eh, ngg-" Terpotong.
"Gue nggak butuh penolakan." Laki-laki itu dengan tiba-tiba menggendong tubuh mungil gadis itu menuju parkiran.
"Turunin Aza-Rayen!" Tekan gadis itu tak bisa diam.
Rayen berdecak kesal. "Udah lah ngga usah kebanyakan bicara, kalau gue turunin loe disini kaki loe bakal tambah sakit!" Laki-laki itu dengan cepat mendudukkan gadis itu di motornya.
Suara motor menggerung meninggalkan area parkiran. "Rayen kenapa maksa Aza buat diantar? Kan Aza bisa naik angkot atau taksi." Aza mulai membuka suara setelah beberapa saat hening.
Rayen menatap gadis itu melalui sepion. "Loe gini juga salah gue kemarin." Dingin.
"Tapi itu kan nggak sengaja. Jadi ya nggak perlu sampai kayak gini." Cicit Aza.
Rayen tak mengihiraukan ocehan Aza. Laki-laki itu masih fokus terhadap jalanan.
"Ini yang terakhir Rayen antar Aza, besok nggak mau lagi." Suara Aza menjadi lirih, seraya menundukkan kepalanya.
Sedangkan Rayen sedikit terkejut dengan permintaan gadis itu, entah mengapa laki-laki itu sangat merasa bersalah pada gadis itu.
Sampai dirumah.
"Udah sampai sini aja, Aza bisa sendiri." Melepas tangan Rayen yang berusaha membantu.
Rayen hanya mengangguk lalu naik dan pergi dengan motornya.
"Laki-laki nggak punya pendirian." Gumam gadis itu yang masih tertatih.
***
Rayen masuk kedalam sebuah tempat yang dimana itu adalah basecamnya bersama anak-anak BIOMA.
"Lama bener urusannya!" Ujar Desta yang sedang menghirup satu batang rokok.
Rayen melempar tasnya tepat diperut Rifki yang tengah asik tiduran.
"Woy lah, dugong! Sakit!" Rifki menatap tajam pada Rayen.
"Lebay kayak curut." Timpal Andri salah satu anggota gang lainnya.
Sontak memancing tawa pada setiap orang yang berada dalam tempat itu, kecuali Rayen yang masih memasang wajah datar.
"Perut gue laper." Ucap Desta mengelus perutnya.
Vero membalikkan pandangan menatap sang empu yang berbicara. "Heh gigi kuda nil! Makan mulu di otak loe!" Melempar kulit kuaci yang sudah di-emut tepat dimuka Desta.
"PEPAYA BUSUK, air liur loe najis dugong!"
"Berisik woy!" Teriak Rifki.
"Ape sih loe curut!" Cetus Desta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milik 'Ku [On Going]
Roman pour Adolescents📍New Cover Kita dibuat untuk menjalani takdir dan mencintai takdir. Terutama menghargai setiap momen dalam perjalanan hidup. Banyak typo! WARNING ⚠️ ▪️CERITA INI TIDAK DI TULIS ATAU BERADA PADA APLIKASI NOVEL ATAU BACAAN LAIN. INGAT! ▪️CERITA I...