Fakta Aza adalah gadis yang dari dulu tidak pernah membuka pertemanan dengan laki-laki bahkan ia sama sekali belum pernah datang kerumah teman laki-lakinya.
Tapi hari ini, semua rekor itu akan hilang. Karena ini adalah hari dimana ia akan datang kerumah teman laki-lakinya.
"Ini rumah gue." Ujar Rayen ketika motor telah berhenti disebuah pekarangan.
Dengan sedikit kesusahan Aza turun dari motor yang tinggi itu membawa belanjaannya. "Huft." Lenguhnya.
"Sini gue bantu." Membawa kantong plastik itu.
Aza berdiam ditempat ia turun tadi menatap rumah minimalis didepannya itu, lalu menelan salivanya.
Rayen menoleh. "Kenapa diem?"
Lamunan gadis itu buyar seketika. "Aza, em." Otaknya berusaha merangkai kalimat.
"Nggak usah takut, dirumah ada bunda gue. Bunda gue juga baik, nggak bakal gigit loe." Lanjut Rayen berjalan.
Aza perlahan mengikuti langkah laki-laki itu dengan menundukkan kepalanya, namun, bruk. Gadis itu menubruk punggung Rayen yang tiba-tiba telah berhenti didepan pintu.
"Lain kali jalan liat kedepan jangan liat ke bawah." Kesal Rayen.
Aza dibuat bingung kenapa laki-laki itu bisa tahu di tak melihat kedepan? Mereka berdua akhirnya masuk kedalam rumah Rayen disana sudah ada bunda Rayen yang tengah duduk disofa ruang tengah.
"Udah pulang nak?" Tanya bunda Rayen pada putra bungsunya itu. Rayen anak kedua setelah kakaknya.
"Iya bunda." Rayen masuk, dan diikuti perlahan oleh Aza yang sedikit takut.
"Siapa itu?" Tanya bunda Rayen lembut.
Rayen menatap sekilas Aza. "Temen, kita mau buat video praktik membuat olahan makanan, di rumahnya nggak bisa jadi dirumah ini." Jelas Rayen singkat.
Bunda Rayen tersenyum lalu menghampiri Aza. "Kamu nggak usah takut apa lagi malu, ayo sini duduk dulu." Ajak bunda Rayen sembari merangkul Aza.
"Eh, enggak kok tan." Jawab gadis itu kikuk sembari menyalimi wanita paruh baya itu.
"Kayak kesiapa aja, kan baru temen sama Rayen belom jadi calon menantu, nggak usah takut." Bercandanya bunda nggak asik, membuat Aza mengeluarkan keringat dingin.
Aza hanya tersenyum tertekan. Setelah kejadian dramatis itu akhirnya Aza dan Rayen sudah siap untuk mengerjakan tugas mereka.
"Ray." Panggil Aza lirih.
Laki-laki itu menoleh menaikkan satu alisnya, berartikan 'apa?'
"Pisau." Pinta Aza yang kebingungan mencari dimana benda logam itu berada.
Kemudian Rayen mengambil alat potong itu didalam lemari. "Biar gue aja yang potong ayam nya."
"Eh, biar Aza aja Ray."
Rayen menghela nafas kasar. "Jangan loe pikir gue itu nggak bisa potong ayam, cuma potong ayam itu hal kecil." Nada remeh Rayen.
Aza menaikkan satu sudut bibirnya. "Buktiin sama gue, dan kebetulan tugas ini dibuat video kan?" Menunjuk kamera yang berada didepan mereka.
Reyen membalasnya dengan juga menaikkan satu sudut bibirnya. "Well, loe nantang gue. Oke, awas." Menggeser tubuh Aza perlahan.
Entah kenapa dua orang ini menjadi sedikit akrab ketimbang dua hari sebelumnya, sebuah ketidak sengajaan membawa mereka menjadi sedikit mengenal.
"Loe lihat ya, jangan sampai merem, dan kamera udah yakin on." Ucap Rayen.
Laki-laki itu kemudian menyongsong beberapa bagian ayam dengan sangat mudah. "Bisa dilihat kan gue bisa!" Ucap Rayen lagi menyombongkan diri seraya menatap gadis disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milik 'Ku [On Going]
Ficção AdolescenteKita dibuat untuk menjalani takdir dan mencintai takdir. Terutama menghargai setiap momen dalam perjalanan hidup. Banyak typo! WARNING ⚠️ ▪️CERITA INI TIDAK DI TULIS ATAU BERADA PADA APLIKASI NOVEL ATAU BACAAN LAIN. INGAT! ▪️CERITA INI HANYA DI...