38. Perlindungan

431 56 2
                                    

Pagi harinya Aoi sudah sampai di kediaman Papanya, ia melangkah dengan perasaan senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi harinya Aoi sudah sampai di kediaman Papanya, ia melangkah dengan perasaan senang.

Tapi sampai di sana keadaan rumah sedang sepi. Yang menyambut kedatangannya hanya tangan kanan dari Papanya saja.

"Orang rumah kemana?" tanya Aoi.

"Mereka di rumah sakit, sejak satu minggu belakang orang-orang rumah memang jarang di rumah," jelasnya memberi paham.

Perasaan Aoi merasa tak enak. "Siapa yang sakit?"

"Bapak."

Aoi berharap bukan itu jawabannya.

"Aku boleh tau rumah sakit mana?"

Setelah diberi tahu Aoi pun pergi meninggalkan kediaman. Jarak rumah sakit tidak terlalu jauh hanya butuh waktu sekitar 20 menit dan ia sudah sampai.

Papanya berada di lantai 13 ruang VVIP, setelah keluar dari lift pun Aoi sudah bisa melihat keberadaan Adrian dan mama tirinya.

"Papa mana?"

Dua orang yang tadinya sedang menunduk kini mendongak. Perubahan ekspresi Adrian terlihat jelas, cowok itu tersenyum lega menyambut kehadiran adiknya.

"Akhirnya lo dateng juga."

"Papa mana?" tanya Aoi sekali lagi.

"Papa kamu ada di dalem," jawab Citra menunjuk seseorang dalam ruangan sedang terbaring dengan alat penuh yang menggerogoti tubuhnya.

Aoi berjalan sampai di depan kaca bening yang menjadi jarak pemisah di antara mereka.

Citra pamit pergi alasannya ke kantin tapi Aoi tidak yakin. Cewek itu menyadari kalau Citra sedikit menjaga jarak di antara mereka, pasti karena mau memberi ruang antara ia dan juga Papanya.

"Sebenarnya Papa sakit apa? Kenapa sampai dirawat kayak gitu?" Aoi menuntut penjelasan, tapi Adrian malah menepuk kursi panjang sebelahnya.

Tak mau banyak bicara Aoi pun duduk di sebelahnya.

"Papa sakit jantung. Kronis."

Lutut Aoi terasa lemas seketika.

"Ada kemungkinan buat sembuhnya?"

Adrian menggeleng, "Kecil kemungkinan. Lo tau? Dokter bahkan sampe nyaranin kita buat ikhlasin aja. "

Selama ini Aoi memang benci kepada Papanya tapi kenapa mendengar keadaan seperti ini terasa menyesakkan?

"Kenapa lo nggak pernah kasih tau?"

Adrian terkekeh, "Lo selalu ngehindar."

"Lo bisa maksa."

"Percuma," kata Adrian sendu.

"Papa juga bilang buat nggak ngasih tau lo. Kemarin kondisi Papa sempat down, gue nyariin lo ke rumah tapi nggak ada."

ATHALA [SGS#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang