Bab 4

17 4 3
                                    

Kesenangan Jaiden menatap mata indah milik Albie harus terputus kala perempuan itu meraih tangan Jaiden dan mendorongnya ke pinggiran gedung hingga punggungnya terbentur. Rasa sakit menyebar, lelaki itu terbatuk di antara sesaknya napas karena benturan yang cukup keras. Jaiden tidak bisa bangkit karena merasa baju besi yang membungkusnya jauh lebih berat dari sebelumnya, atau memang saja yang terlalu lemas karena kesakitan.

Tidak ada satu pun Hunter yang peduli dengan keadaannya, semua fokus memberantas blatta yang menyemburkan cairan kekuningan yang menjijikan dan berbahaya. Jaiden tidak pernah menyangka bagaimana Greamor melawan blatta. Serta kacaunya wilayah ini karena serangan. Ini membuktikan salah satu dugaan kalau Greamor yang merekayasa blatta terpatahkan.

“Bangun.”

Jaiden meringis, saat dia bernapas seperti ada tekanan di dada hingga tembus ke bagian punggung. Dia bangun perlahan dan susah payah.

Satu kantong dagger mendarat tepat di hadapannya, Jaiden mau tidak mau harus kembali bertempur melawan satu demi satu blatta yang jumlahnya kian banyak.

"Sebelah sini!" teriak Hunter perempuan yang sudah menyakiti Jaiden. Jaiden menghampiri, dengan tangan gemetar dia melemparkan dagger, dan beruntung usahanya tidak sia-sia karena lemparannya berhasil melukai binatang tersebut.

Satu jam pertarungan membuat jalan di sekitar sektor C benar-benar porak poranda.

Albie membuka pelindung wajahnya, Jaiden kembali tertegun melihat wajah Albie.

Belum berhenti kekaguman Jaiden, kini lelaki yang berasal dari Eqouya itu kembali dibuat takjub dengan eageleon yang menarik satu kotak besar berisi bara yang merah menyala.

Desisan terdengar manakala kotak bara beserta abu panas dituangkan di sekitar bangkai blatta. Aromanya mengingatkan Jaiden pada salah satu makanan di Eqouya yang dibuat dengan cara dipanggang.

"Mundur!" peringat Albie. Bersamaan dengan itu antena panjang blatta menggeliat dan jatuh menimpa kepala Jaiden.

"Ouch!"

Albie mendekat, dia melihat keadaan Jaiden yang kini sudah merunduk karena kaget. Seharusnya tidak apa-apa, pelindung kepala yang digunakan Hunter memiliki standar keamanan yang sudah teruji.

"Kamu kenapa, sih? Bangun, Logan akan membawamu ke trauma center."

"Tapi saya tidak trauma," bantah Jaiden, dia bangun dan minggir menjauh dari abu panas yang mengeluarkan asap pekat.

"Tapi kelakuan kamu sama persis seperti orang trauma. Bahkan sampai lupa bagaimana caranya menggunakan dagger yang benar. Memalukan!"

Harga diri Jaiden terluka mendengar hinaan Albie. Dia menatap perempuan itu lekat, berusaha mengancam seperti yang selalu Jaiden lakukan pada peneliti di laboratorium. Sayangnya itu tidak berpengaruh untuk Albie.

"Khan, sebelum blatta menyerang, Hunter dari sektor G melaporkan adanya penyusup." Logan menghampiri, diikuti dua Hunter lain yang terlihat waspada.

Mendengar kata penyusup, Jaiden hanya memalingkan wajahnya, berusaha menahan diri untuk bereaksi berlebihan.

"Penyusup? Dari Eqouya?" tanya Albie, dia melirik Jaiden.

"Kami belum tahu pasti, antara penyusup dari Eqouya atau Rogue yang sengaja memanfaatkan situasi untuk menjarah bahan makanan dari gudang utama." Logan menjelaskan.

"Tangkap sampai dapat. Penjarakan jika dia hanya Rogue dan bunuh jika penyusup itu berasal dari Eqouya."

Jaiden menelan ludah, meskipun dia berusaha santai, tetapi tangannya sudah gemetar.

Fighter's Prejudice (Tamat, Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang