39

63 5 0
                                    

"Semuanya jadi 196.300 ribu kak, mau bayar dengan apa?" Tanya penjaga kasir.

"Cash mba, kembaliannya ambil aja." Ucap Fakhri sambil menyerahkan uang berwarna merah dua lembar. Mereka lalu keluar dari toko buku tersebut.

"Kita mau ke taman yang mana, Ra?" Tanya Fakhri lembut.

"Yang adem terus yang sepi tapi gak sepi-sepi banget." Jawab Aurora.

"Oke," balas Fakhri.

"Sini gue aja yang bawa alat lukisnya." Pinta Aurora.

"Gak usah, nanti Ara ribet. Gantung di depan motor aja."

"Ish, udah gapapa. Gue aja yang bawa, nanti lu yang ribet pas nyetir." Kata Aurora sedikit kesal.

Fakhri terkekeh sambil menyerahkan alat lukis tersebut. "Yaudah kalo Ara maksa."

"Siapa coba yang maksa," gumam Aurora sambil menaiki motor Fakhri.

"Aurora Reese." Jawab Fakhri.

"Emang tadi masuk ke dalam pemaksaan, ha? Kan gue gak ngerampok lu, Fakhri." Aurora tak mau kalah.

"Iya iya, ngalah sama calon pacar." Kata Fakhri cukup pelan namun masih bisa didengar.

Deg deg

"Ha? A-apaan dah, lu ngomong apa barusan?" Aurora sedikit grogi, ya meskipun ia dapat dikatakan punya banyak teman laki-laki tapi ia tidak pernah dekat dengan satu pun laki-laki kecuali papi, adik, kakek, sepupu laki-lakinya, dan mantannya tentu saja.

Fakhri tertawa pelan. "Bukan apa-apa."

>•~•<

"Ara mau ngelukis apa?"

"Entahlah, lu mau ngelukis apa?"

"Rahasia." Jawab Fakhri sambil tersenyum.

"Ih curang," Fakhri tertawa lembut sebagai respon.

Setelah mereka fokus melukis kurang lebih dua puluh menit, Aurora merasa haus.

"Ri, gue haus deh. Ada minimarket gak di sekitar sini?"

"Ada, mau gua aja yang beli?" Tawar Fakhri.

"Gak gak, barengan aja ke minimarketnya." Ujar Aurora.

"Terus lukisannya?"

"Emang jauh minimarketnya dari sini?" Tanya balik Aurora.

"Lumayan sih," Fakhri melirik sekitar. "Sebentar ya, Ra." Ia menghampiri sekumpulan anak gadis yang sepertinya sedang piknik di taman tersebut.

"Permisi," ucap Fakhri.

"Iya ka?"

"Eh ada kakak ganteng,"

"Mau minta nomor aku ya kak? Tapi maaf aku udah punya pacar."

"Jangan didengerin dia mah kak, agak miring emang otaknya."

"Sembarangan aja ente."

Fakhri terkekeh. "Kakak boleh minta tolong jagain lukisan kakak yang disitu gak?" Tanya Fakhri sambil menunjuk tempat Aurora berdiri.

"Mana kak?"

"Ituu, yang ada bidadari lagi berdiri." Jawab Fakhri dengan senyum manis.

"Oh iya kak tau, et dari jauh aja cantik banget apalagi dari deket."

"Lah gua kira beneran bidadari."

"Kakak mau kemana emang?"

"Ke minimarket, dia katanya haus." Jawab Fakhri lagi.

"Pacar kakak?" Tanya gadis yang pedenya tingkat tinggi.

Fakhri tersenyum malu. "Hehe bukan sih, tapi calon."

"Caelah pake malu segala kak, orang mah langsung gas tembak aja kak. Nanti keburu diambil orang lho." Saran salah satu gadis. Fakhri hanya terkekeh saja.

"Yaudah kakak ke minimarket aja, lukisannya biar kita yang jagain."

"Oke, makasih banyak ya."

"Iya kak sama-sama," lalu Fakhri menghampiri Aurora.

"Ngapain?"

"Nitipin lukisannya ke mereka," jawabnya sambil berjalan menuju tempat parkir.

"Oh."

Setelah kurang lebih lima menit, mereka tiba di minimarket terdekat.

"Susu fullcream kayaknya pas waktu itu di sebelah sana deh, Ra." Fakhri tahu bahwa Aurora menyukai susu fullcream.

"Oke."

Mereka mengambil beberapa minuman yang lain dan juga beberapa camilan.

"Es krim buat siapa? Banyak banget sampe lima."

"Oh ini buat anak-anak yang tadi, upah jagain lukisan." Aurora mengangguk.

>•~•<

Ceklek

"KAK RORAAAA!" Aurora langsung disambut dengan teriakan Reza begitu memasuki rumah.

"Kaget gueee!" Balas Aurora. Ia melepaskan sepatunya dan memasuki rumah.

"Lagian lu main gak bilang-bilang, di chat juga gak dibales." Ucap Reza.

"Hehe sorry, datanya gue matiin soalnya." Aurora meletakan tasnya di ruang tengah.

"Sora sori, untung gua gak nelpon mami atau papi."

Aurora menatap Reza sambil melepas sweater lalu melepas baju sekolah yang ia kenakan. Aurora selalu memakai kaos biasa di balik baju sekolahnya.

"Terus lu tau dari mana kalo gue main?" Aurora menyelidik mata adiknya.

"Ya temen lu lah, gua kan pinter. Jadi gua tau harus nelpon siapa." Jawabnya sedikit sombong.

"O." Balas Aurora.

"Y."

"Noh di tas gue ada susu kotak buat lu." Lanjut Aurora.

Mata Reza langsung berbinar. "SERIUS?"

"Hm." Reza langsung berlari menghampiri tas kakaknya.

"Wahhh makasih kak Roraaaa!" Setelah itu Reza langsung kembali ke kamarnya.

Setelah mandi dan rapih untuk menuju alam mimpi, Aurora memposting foto di instagramnya lalu mematikan handphonenya untuk dicas.

Apin : Reese, berani deket sama cowok lain. Hm?
19.57 

•Older Me•

salam jodoh, rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang