Syam langsung berlari menaiki anak tangga, ia ingin cepat-cepat ke kamar mama nya yang bernama Danita. Saat Syam memasuki kamar ia bisa melihat Danita yang duduk di ujung kasur sambil menangis, sekilas pipi kanan Danita terlihat memar.
"Ma ..." Syam berjongkok dan mengenggam tangan mama nya.
"Theo ... Pergi kamu dari sini!" Danita mendorong Syam, ia menganggap Syam sebagai Theo.
Syam terluka melihat Danita seperti ini, rasa sesak menyeruak di dalam hati Syam. "Ma, aku Syam Ma. Aku anak mama."
"Nggak! Pergi kamu, pergi sekarang juga!" Danita kembali mendorong Syam.
"Ma, aku bukan papa. Udah Ma, jangan kayak gini." Syam mengusap air mata Danita.
"Jahat kamu Theo, kamu terang-terangan selingkuh di depan aku," racau Danita.
Syam bangkit dan duduk di samping Danita, cowok itu memeluk Danita erat. "Jangan nangis Ma."
Danita tiba-tiba tertawa, lalu menangis lagi. Wanita paruh baya itu terlihat depresi, tentu saja wanita itu tertekan. Semua orang tahu jika keluarga Syam bahagia, tapi mereka tidak tahu jika itu semua hanya sandiwara. Bahkan kakek Syam juga tidak tahu apa yang terjadi pada rumah tangga anaknya.
"Jahat kamu Theo." Danita memukuli dada Syam.
Syam memejamkan matanya sejenak, tak terasa cowok itu kini mengeluarkan air mata. "Ma, nggak usah tangisin dia. Dia nggak pantes di tangisin."
"Apa karena aku punya penyakit gagal jantung kamu jadi benci aku?" tanya Danita.
Pernyataan Danita semakin membuat hati Syam terluka. "Ma ..."
"Kamu bukan Theo? Kamu siapa? Pergi kamu?" Danita tiba-tiba tidak mengenali Syam, ia akan kembali mengenali Syam setelah keadaaanya baik-baik saja.
"Ma, jangan gini. Aku Syam Ma." Syam menggenggam erat tangan Danita.
Danita berdiri dan memukul tubuh Syam menggunakan telapak tangannya. "Pergi! Saya nggak kenal kamu."
Syam berdiri dan agak sedikit menjauh karena tubuhnya di dorong oleh Tania. Inilah keluarga harmonis yang orang-orang maksud, mereka tidak pernah tahu jika Syam selalu berusaha terlihat baik. Cowok itu menyimpan luka yang sangat mendalam.
"Pergi kamu!" Danita berjalan mengambil vas bunga dan melemparnya ke arah Syam.
***
Syam memasuki kamarnya kemudian mengunci pintu kamarnya. Cowok itu terduduk di lantai dan menyandarkan kepalanya di pintu. Syam menangis, ia menundukkan kepalanya dengan tatapan yang kosong. Syam selalu sedih saat Danita tidak mengenalinya.
Selang beberapa detik ponsel Syam berdering, ia melihat nama yang tertera di layar ponsel. Ternyata Friska lah yang meneleponnya, Syam segera ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. Syam mengangkat video call dari Friska, cowok itu kini berusaha terlihat baik-baik saja.
"Kok lama ngangkatnya?" tanya Friska.
"Habis dari kamar mandi," balas Syam.
"Gue nggak bisa tidur Syam." Friska tampak cemberut.
Syam terdiam sejenak. "Gue nyanyiin, tapi entar tidur ya."
Friska mengangguk cepat. "Oke, bentar gue siap-siap tidur dulu."
Syam selalu berusaha menjadi sahabat yang baik. Ia berharap jika nanti dirinya menyukai orang lain Friska tidak akan terluka.
***
Pagi ini Syam sudah berada di parkiran, cowok itu tidak sendiri melainkan bersama Friska. Tidak ada angin tidak hujan Friska tiba-tiba ingin ikut ke kampus, padahal dirinya tidak kuliah. Tentu saja alasan Friska adalah agar bisa bersama dengan Syam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syam Story
Teen FictionDia Syam Kavalen, laki-laki yang menjabat sebagai wakil ketua geng Jevins dan mempunyai cita-cita menjadi dokter. Syam selalu memasang wajah kalem dan selalu terlihat tenang. Syam mencintai gadis berhijab bernama Nasya, namun Syam harus terjebak cin...