Hembusan angin sejuk masuk ke dalam sebuah ruangan yang jendelanya sengaja terbuka. Gorden berkibar saat angin berhembus menyapa, seorang pria yang tengah menutup matanya perlahan membuka mata saat angin sejuk itu membelai wajahnya seperti menyiratkan memintanya untuk membuka mata.
Kelereng berwarna sebiru lautan itu akhirnya terlihat setelah lama bersembunyi di balik kelopak mata indah tersebut. Pria tersebut, Daisuke ia membuka matanya disaat merasakan angin sejuk menerpa wajahnya beserta rasa hangat pada tangannya. Ia berkedip beberapa kali untuk memfokuskan pandangannya, hidungnya mencium bau obat - obatan khas rumah sakit. Matanya melihat ruangan putih yang sangat familiar, ia ingin menggerakkan tangannya tapi tak bisa. Bahkan kakinya pun terasa kaku, ia melirik ke sebelah tangan yang terasa hangat dan menemukan Haru tertidur sambil menggenggam tangannya tidak terlalu erat tapi Daisuke tau bahwa itu adalah genggaman tangan yang tidak ingin melepas.
Daisuke melihat kondisi tubuhnya, ia melihat kedua tangannya yang tergips dan juga kakinya serta ia merasakan beberapa plester di wajahnya. Daisuke yang tadinya berniat mengelus surai Haru tidak jadi karena kondisinya, alhasil ia hanya bisa memandangi Haru sambil menunggu nya bangun. Haru membuka matanya lalu bangkit dan memandangi tangan yang selalu ia genggam. Ia tersenyum sedih sambil mengusap tangan itu lembut dan tak menyadari bahwa ada seseorang yang tengah memperhatikannya.
"Selamat pagi Haru" Sapa Daisuke
"Mn, pagi" Ucapnya lesu
"....?"
Haru menengok ke arah Daisuke yang tengah menahan tawanya saat melihat ekspresi Haru yang linglung. Haru berkedip berkali - kali untuk melihat pemandangan di depannya, saat ini di depannya Daisuke membuka matanya dan memandangnya dengan senyuman tipis yang manis.
Haru yang masih tidak percaya dengan penglihatannya menampar kedua pipinya dengan kencang berharap itu mimpi, tapi rasa nyeri dikedua pipinya terasa nyata yang berarti ini bukanlah mimpi. Ia menatap Daisuke dengan ekspresi tak percaya yang membuatnya hanya bisa terdiam seperti orang bodoh.
"Haru sampai kapan kau akan menatapku seperti itu?" Tanya Daisuke risih karena ditatap terus menerus
"K... Kau..." Ucap Haru terbata
"Aku apa?" Ucapnya kesal
Daisuke menatapnya sinis, saat ia akan berbicara lagi ia dikejutkan dengan pelukan hangat Haru serta suara isakan tangis. Daisuke yakin bahwa Haru tengah menangis saat ini.
"Kenapa kau menangis?" Tanyanya bingung
Haru melepaskan pelukannya lalu menatap Daisuke seperti orang marah. "Kau bodoh... Kau membuatku khawatir.. Bagaimana jika aku tidak datang dalam beberapa menit.. Kau.. Kau.. Hiks"
Haru tak melanjutkan omongannya, ia malah menunduk dam menggenggam tangan Daisuke. Daisuke hanya bisa terdiam ketika Haru menyalahkan dirinya sendiri.
"Maafkan aku... Maafkan aku..." Ucap Haru berkali - kali.
"Haru sud-"
"Maafkan aku karena melupakanmu!!" Ucap Haru memotong omongan Daisuke. Daisuke tersentak sedikit saat Haru berbicara dengan nada sedikit tinggi.
"H-Haru... Kau ingat...?" Tanya Daisuke sedikit ragu
"Ya aku sudah mengingat semuanya. Maafkan aku karena sudah melupakanmu" Ucapnya lirih sambil menghapus air matanya.
Daisuke hanya bungkam, ia mati - matian menahan air matanya agar tidak jatuh karena hal yang selama ini ia nanti akhirnya tiba. Tapi sialnya air mata tersebut dengan beraninya turun membasahi kedua pipi Daisuke, Haru yang melihat hal tersebut mengusap wajah Daisuke dengan ibu jarinya secara perlahan takut menyakiti sang terkasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Him is mine [Harudai][END]✅
RandomKatou Haru seorang polisi berkedok detektif dan juga ketua dari salah satu mafia yang ada di Jepang. kehidupan normalnya yang selalu berjalan biasa biasa saja harus hancur ketika ia diberitahu bahwa sudah dijodohkan dengan seseorang. kambe Daisuke...