Seorang pria tampan dengan senyum manis penuh kharisma itu kini keluar dari dalam ruangan Junkyu. Dengan stetoskop dan jas putih yang menambah kegagahannya ia lantas menatap anggota keluarga yang terlihat nampak cemas akan kabar dari pasien yang ditanganinya
"Bagaimana kondisi Junkyu dokter?" Tanya Jisoo yang berdiri paling dekat dengan dokter Yedam
Sang dokter nampak menghela nafas perlahan "Junkyu sedang dalam masa kritis. Penyakit meningitis yang di deritanya telah sampai pada stadium tiga, dimana jika tidak mendapat pengobatan yang tepat, dapat menyebabkan kondisinya memburuk bahkan kemungkinan terburuknya, pasien bisa meninggal dunia" jelas Yedam dengan raut sendu. Bagaimanapun, Junkyu adalah sahabatnya.
"Pa gimana ini? Mama ga mau kehilangan Junkyu pa, tolong lakukan sesuatu" ucap Jisoo panik dikala mendengar penuturan sang dokter
"Iya mama tenang dulu ya, Junkyu pasti sembuh" Suho memeluk istrinya yang kini mulai terisak. Ia khawatir sama seperti istrinya, tentu saja. Meski Junkyu bukan darah daging mereka akan tetapi kebersamaan yang telah terjalin lama itu membuat ikatan mereka begitu kuat
"Lakukan yang terbaik untuk Junkyu dokter, berapapun biayanya akan saya bayar selama Junkyu bisa selamat" ucap Haruto yang tak dapat menutupi rasa khawatir yang kini menyelimutinya. Sekalipun ekspresinya tetap datar namun pikirannya tak henti-hentinya memikirkan segala hal buruk yang dapat terjadi.
Tidak, Junkyunya tak boleh pergi secepat ini
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Sekarang lebih baik kita berdoa untuk kesembuhan Junkyu" ucap Yedam yang mendapat anggukan setuju dari mereka.
"Dokter Yedam, saya percayakan Junkyu padamu" ucap Suho yang dibalas dengan sebuah senyum oleh Yedam "Saya akan lakukan yang terbaik om"
Dan keheningan kembali menerpa mereka. Perkataan dokter Yedam tadi membuat pikiran mereka jadi tak tenang. Berbagai pikiran buruk mulai bermunculan membuat pening di kepala.
Akankah Junkyu selamat? Akankah ia bisa melewati semua ini? Atau justru ia memilih menyerah akan kejamnya dunia, lantas hidup bahagia di surga sana?
"Keluarga Junkyu.." seorang perawat terlihat menghampiri mereka
"Ya, kami suster" jawab Suho
"Dokter meminta salah satu dari kalian untuk menemui beliau di ruangannya. Katanya akan ada yang di bicarakan" jelas sang suster
"Biar saya yang akan menemui dokter" ujar Haruto menyela, membuat mereka lantas menatapnya, terutama Suho yang nampak tak terima "Junkyu sudah seharusnya menjadi tanggunganku pa,ma. Jadi biar aku saja ya?" ucapnya meminta izin, sebelum melangkah pergi mengikuti sang perawat yang lantas membuat Suho diam-diam menampilkan senyum tipis
"Inilah dirimu yang sebenarnya, Haruto" ucapnya di dalam hati sambil terus menenangkan sang istri yang masih sesegukan
.....
"Apa dok? dioprasi" Haruto menatap terkejut pada sang dokter yang kini duduk di hadapannya
"Tidak ada cara lain selain ini Haruto"
"Tapi bukankah itu sangat beresiko?" Haruto bertanya khawatir
"Tapi jika kita tidak melakukan operasi, itu sama saja seperti kita menyiksa Junkyu, Haruto. Kita membuatnya tetap bernafas dengan rasa sakit yang tak kunjung usai. Bahkan lebih parah, kita seolah nampak seperti membunuhnya secara perlahan" jelas Yedam yang membuat Haruro dilema
Bukan apa-apa, operasi apalagi pada kepala memiliki resiko yang sangat besar. Ia takut Junkyu tak selamat, ia takut jika wanita itu pergi darinya untuk selamanya. Namun jika ia tak menyetujui ini maka Junkyu akan terus hidup tersiksa. Haruto tak mau lagi Junkyu kembali merasakan duka. Sungguh, ia tak mau melihat mata cantik itu kembali menitihkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treat Me Better, Please (GS)✅
Romansa"Lo emang yang pertama, tapi bukan berarti lo satu-satunya Kim Junkyu" "Tolong perlakukan gue dengan baik, setidaknya untuk terakhir kali, Watanabe Haruto" . . . . WARNING : Gender Switch (GS) Dimohonkan untuk menjadi pembaca yang bijak 8 Janua...