10. Terpecah

177 27 54
                                    


Sementara hujan deras terus mengguyur tenda-tenda mereka, tak satupun dari pemuda itu dan pak Choi yang berniat buka suara.

Mereka diam, memeluk tubuh mereka sendiri untuk melawan dingin yang tak akan mereka biarkan menusuk kulit. Meski suara rintik hujan yang menyerbu begitu berisik, namun mereka tahu bahwa mereka harus tetap menajamkan pendengaran.

Seperti yang mereka bayangkan, tentang sesuatu yang mungkin muncul di tengah dinginnya suhu dan derasnya hujan, sosok yang semalam mengganggu tidur mereka kembali menunjukkan dirinya.

Ia merangkak pelan dari arah hutan, seperti malam itu, ia nampaknya mencari sesuatu sembari mengelilingi tiap tenda yang di dalamnya ada orang-orang yang sedang menahan diri untuk tidak menarik perhatian sang makhluk misterius di luar sana.

"Apa itu makhluk yang mereka maksud?" tanya Hyunjin.

Minho mengedikkan bahu,"Entahlah, tapi sepertinya begitu. Kurang lebih ciri-ciri yang mereka ceritakan seperti itu,"

Jeongin yang sejak tadi tak mengalihkan pandangannya dari siluet si makhluk misterius tiba-tiba saja merasa bahwa makhluk itu menyadari ada yang mengawasi.

Pergerakan makhluk itu terhenti, lalu memutar tubuhnya menghadap ke arah Jeongin. Pemuda itu spontan mundur perlahan dan menggenggam erat lengan Minho.

"Hyung, sepertinya dia melihat ke arahku," takut Jeongin.

Minho dan Hyunjin lantas memandang ke arah yang sama, mengamati siluet makhluk itu yang masih setia berdiam diri seakan tengah mengamati tenda milik kakak-beradik itu.

Hyunjin bergidik ngeri,"Hyung...,"

"Sssttt,"

Minho meminta agar kedua adiknya tidak bergerak maupun bersuara sampai mereka bisa memastikan si tamu misterius tidak menyadari keberadaan mereka di dalam tenda.

Sayangnya, makhluk itu justru bergerak perlahan mendekati tenda mereka dan mulai menempelkan jemarinya yang siap mencakar dinding tenda.

Ketiga pemuda itu berusaha membungkam mulut mereka diiringi detak jantung yang berpacu karena rasa takut. Si makhluk misterius, nampaknya menyadari dirinya tidak sendirian lagi di tempat itu.

Gerakan jemarinya yang kurus pada dinding tenda berhasil memberi sedikit sobekan dan nyaris membuat Hyunjin menjerit terkejut. Beruntung Minho dengan segera membungkam mulut pemuda itu dan mencoba menenangkan adiknya itu.

"Jangan berteriak," bisiknya pelan.

Hingga sobekan kecil itu mulai semakin lebar, kini ketiganya tak lagi bisa menyembunyikan ketakutan mereka, terlebih saat mata merah menyala itu mengintip dari celah yang baru saja dibuatnya.

🐾🐾🐾🐾🐾

"Hujannya deras. Kamu tidak akan berangkat di tengah cuaca seperti ini,kan?"

"Tentu tidak. Terlalu berbahaya,"

Seulgi diam. Dirinya lega sang suami tak perlu menyusuri lautan menuju pulau tersebut di tengah buruknya cuaca pagi itu, namun ia juga khawatir tentang ketiga putranya yang tidak ia ketahui keadaannya.

"Apa yang terjadi pada anak-anak di sana? Aku tidak ingin mereka terluka di tempat itu. Bagaimana jika mereka-"

"Seulgi...,yakinlah bahwa mereka masih baik-baik saja. Istirahatkan dirimu dulu, aku tahu kamu tidak tidur semalam," pinta tuan Lee.

HOLIDAY || Stray Kids Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang