Peternakan kuda milik keluarga Sanjaya ini masih terlihat sepi, hanya seorang gadis yang sedang sibuk membersihkan teras barak peternakan. Pagi ini memang berbeda dengan pagi biasanya, sepi. Ingar bingar para pekerja mengurusi kuda tidak lagi terdengar. Beberapa kandang kuda sudah dibersihkan sejak kemarin sore. Rerumputan yang tumbuh menghijaukan sekeliling peternakan ini sudah berpindah ke lumbung di belakang barak.
Gadis itu tampak mencoret pekerjaan terakhir yang ditulisnya di sebuah agenda. Sepertinya, semua pekerjaan sudah diselesaikannya dengan baik. Ia menutup pintu barak sambil membawa semua barang-barangnya yang tersisa. Sebelum meninggalkan gerbang terluar, gadis ini berbalik sejenak ke arah barak, "Hmm, sudah dua puluh lima tahun keluargaku bekerja di peternakan ini. Rasanya seperti mimpi," ucapnya di dalam hati. Kemudian melanjutkan langkahnya, meninggalkan peternakan ini.🌷🌷🌷
SUASANA rumah Pak Guruh Sanjaya masih hening, namun ada beberapa orang yang sudah duduk di ruang tamu mereka. Pak Guruh Sanjaya menandatangani perpindahan hak dari dirinya kepada pihak kedua. Air mata menggelinang di pelupuk mata Ibu Sanjaya, namun tangisnya tidak menghentikan waktu. Tiga orang putri Pak Guruh Sanjaya hanya bisa mengintip dari balik dinding ruang tamu mereka. Tiba-tiba langkah kaki seorang gadis muda memecah keheningan di ruangan itu.
"Maaf, saya mengganggu," ucap Mawar sambil menundukkan kepala, lantas berbalik arah hendak pergi."Mawar, sebentar," panggil Pak Guruh menghentikan langkah Mawar. Ia pun kembali ke ruang tamu dan berusaha bersikap sopan. "Ya, Pak? Ada yang bisa dibantu?" tanya Mawar hati-hati.
"Perkenalkan, Pak. Ini Mawar, salah satu orang kepercayaan saya di peternakan ini. Sejak lulus kuliah, dia menggantikan ayahnya jadi tangan kanan saya." Pak Guruh memperkenalkan Mawar pada tamunya. Lelaki berbadan besar, berkulit gelap dan berkumis tebal yang duduk berhadapan dengan Pak Guruh itu memandangi Mawar dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Sedangkan Mawar hanya tertunduk tanpa suara. "Dia lulus cum laude Sarjana Ilmu Peternakan dari IPB, sebenarnya ada perkembangan cukup pesat di peternakan ini sejak kedatangan Mawar. Tapi saya nggak punya banyak pilihan, jadi peternakan ini nggak bisa dipertahankan," lanjut Pak Guruh seakan mengerti isi kepala lelaki itu. Ia mengangguk tapi raut wajahnya masih menggambarkan sebuah keraguan besar. Barangkali penampilan Mawar tidak cukup merujuk pada otaknya yang brilliant. Tapi, bukankah ada pepatah mengatakan, jangan menilai buku dari sampulnya. Jadi, jangan jengkali kualitas dari penampilannya.
🌷🌷🌷
IBU Merlin menyuguhkan segelas teh pada Pak Wahyu yang sedang duduk di teras rumah mereka. "Pak, jangan terlalu dipikirin. Nanti Bapak sakit. Toh, Bapak sudah nggak bisa ke peternakan itu lagi, 'kan?" ucap Bu Merlin sambil mengusap wajah Pak Wahyu.
"Enggak, Bapak nggak mikirin soal peternakan. Tapi soal Mawar, Bu," jawab Pak Wahyu datar.
"Mawar pasti bisa pikirin dirinya sendiri. Dia 'kan lulusan terbaik, Pak. Kita harus ingat, segala sesuatu yang terjadi bukan untuk hal yang sia-sia," jawab Bu Merlin lagi sembari duduk di sebelah Pak Wahyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sure, It's a Truly Love [On Going - Segera Terbit]
RomansaRange 15+ Bangkrutnya pemilik peternakan kuda tempat Mawar bekerja, seperti menjadi skenario Tuhan untuk mempertemukannya dengan Rudi. Mawar dengan segala keunikannya berhasil mengambil tempat istimewa di hati Rudi. Sayangnya, peternakan kuda yang d...