Epilog

413 39 4
                                    

Tujuh belas tahun berlalu. Anak Andra dan Jan sudah remaja. Remaja yang tumbuh dengan sehat. Wajahnya sangat tampan seperti Papinya. Dan rambutnya sangat halus seperti Papanya.

"Drazel! Ini ada cemilan dibawa kakekmu."

Lalu remaja bernama Drazel itu melangkah turun dari kamarnya menuju ruang keluarga, bergabung bersama kakek dan neneknya. Dirinya duduk di tengah persis.

"Wih bakso bakar! Udah lama aku nggak makan ini, Nek. Terakhir kali sewaktu SD."

Lantas dengan lahapnya dimakan, sampai bercemong ke pipinya. Sang nenek tertawa. Dibersihkannya pipi cucu satu-satunya ini. Diberikannya pula kecupan singkat.

"Kamu mau lihat yang nenek temukan nggak?"

"Memangnya apa?"

Nenek menunjukkan sebuah buku persegi yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Bersampul coklat, dengan lembar yang sudah menguning. Sepertinya buku lama.

"Ini buku harian orang tuamu."

Mata Drazel membola berbinar. Dengan semangat dibukanya buku tersebut. Bau usang tercium.

"Ini beneran, Nek?"

"Iya dong. Dulu itu papamu memaksa papimu buat nulis di buku ini."

"Dan papi menurut?"

Nenek tertawa begitu juga dengan kakek. "Papimu itu takut pada papamu. Istilahnya sekarang bucin akut. Makanya dituruti."

"Eh? Papi kayak suami takut istri."

"Benar!" Kemudian mereka tertawa. "Ayo kita baca. Kita bongkar seberapa bucinnya dulu papimu pada papamu." Drazel mengangguk antusias.

20 /07/03 : Jan sangat imut. Gue mau mati aja rasanya setiap ngeliat Jan ketawa.

24/07/03 : Ternyata Jan suka marah ya? Tapi gemesin sih. Flufi-flufi gitu.

05/08/03 : Perut Jan mulai mengembung, apakah akan bocor?

06/08/03 : Gue kena tampol karena pertanyaan gue semalam. Memang ya Jan itu emosian. Tapi lucu!

12/08/03 : Hari ini Jan manja. Apa karena hamil? Kalo iya, tuh anak bayi sebelum lahir udah ada aja gunanya. Sering-seringlah ya nak, biar gue bisa manja-manja sama Jan.

"Papi nggak ada akhlak, Nek."

"Ya, nenek juga turut prihatin."

20/08/03 : Jan mau bakso bakar. Gue udah beli. Tapi tau? Bekas lepehan dia gue makan. Katanya anak bayi yang mau. Gue tau pasti nih anak iri ngeliat gue manja-manja sama Jan sebelumnya. Dasar pengiri. Untung anak gue lo cil!

Mereka tertawa membaca isi hati Andra. Ada-ada saja.

04/09/03 : Bayi gue sehat! Anak gue sehat walafiat. Bujubuset dah, nggak sia-sia gue panas-panasan. Sehat-sehat lo tong! Banggakan sikit bapakmu ini.

10/09/03 : Jan lagi tidur, mukanya semakin imut. Pipinya gembul-gembul kenyal. Gue beruntung banget dapatin dia. Dia yang terbaik.

Angel's like You [end] [republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang