5

437 69 12
                                        

Suara adzan magrib yang di nantikan semua orang yang menjalankan ibadah puasa sudah berkumandang, artinya sudah saat nya melepas dahaga dan mengakhiri puasa yang di jalankan seharian penuh.

Begitupun dengan Sandi yang baru selesai menyiapkan sop buah dan gorengan di piring. Sementara Kenzie dengan buru-buru membangunkan Reyjin yang masih tidur.

"Jin, bangun. Udah buka puasa,"  Kenzie menggoyangkan lengan teman yang masih tidur pulas.

"Heh bontot, bangun lo!" kini Sandi yang membangunkannya seraya menempelkan gelas berisi air es ke wajah temannnya itu.

"Dingin," gumam Reyjin, dan perlahan membuka mata, lalu bangun sambil menggaruk leher.

"Cuci muka dulu sana. Habis itu buka puasa," titah Kenzie.

Reyjin mengangguk, lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah beberapa menit, ia kembali bergabung dengan temannya. Namun, ia tidak sengaja menabrak dinding.

"Aduh ... nih tembok sejak kapan di sini sih? Ngeselin banget! Jadi nabrak, kan, gue!" gerutunya.

"Temen lo tuh, San," kata Kenzie setelah menggigit tahu isi yang dipegang.

"Temen lo juga bego," protes Sandi setelah minum es.

Mereka berdua makan dan minum untuk menghilangkan rasa haus dan lapar setelah berpuasa seharian. Sementara Reyjin duduk disamping Kenzie.

"Minum dulu, jangan marah-marah mulu. Tembok nggak salah juga," kekeh Kenzie.

"Diam lo, Ken. Nggak usah belain tembok," sahut Reyjin sembari menggigit tahu isi.

"Lah, dikasih tahu malah marah. Yang salah tuh lo karena udah nabrak tembok yang sebelum kita tinggal disini, tuh temboh udah berdiri disitu," kata Sandi yang disetujui oleh Kenzie.

"Emang iya?" tanya Sandi setelah minum.

"Pakai nanya lagi," sahut Kenzie.

"Ya elah, emang salah ya?"

Pertanyaan Reyjin membuat kedua temannya merotasikan mata ke atas dengan ekspresi malas.

"Udah makan aja, biar cepet kenyang," kata Sandi.

Reyjin mengangguk, kemudian mengambil gorengan yang lain.

"Kecil amat nih pisang, bengkok lagi," katanya yang membuat kedua temannya saling pandang sebentar, lalu tertawa bersama karena memikirkan hal yang sama.

"Emang lo suka nya yang gede, Jin?" tanya Kenzie

"Iyalah, kalau gede kan enak cepet kenyang. Nggak kayak gini, udah kecil bengkok lagi," jawab Reyjin sambil makan, membuat mereka berdua tertawa geli mendengarnya.

"Kenapa, sih? Kok ketawa gitu? Emang ada yang lucu?" tanya Reyjin sambil melihat kedua temannya dengan bingung.

"Enggak kok, makan aja. Nih es buah-nya jangan lupa di minum juga," jawab Sandi dan Reyjin mengangguk.

"Lemot parah nggak sih?" tanya Sandi pada Kenzie.

"Asli, heran banget gue. Kok bisa ada orang lemot kayak gitu," jawab Kenzie disela tawanya.

Kalian ngomongin siapa sih? Emang siapa yang lemot?" tanya Reyjin, membuat Kenzie dan Sandi menghela napas mendengarnya.

"Teman, lemot banget jadi orang," jawab Sandi.

"Oh, gue kenal nggak?" Reyjin begitu serius menunggu jawaban mereka.

"Nggak kok, lo nggak kenal," jawab Kenzie saking kesalnya karena Reyjin masih belum mengerti juga jika dialah teman yang dimaksud.

Mahasiswa Perawat Ganteng (Mapeteng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang