Tuan Muda

505 95 11
                                    

Tepat pukul sepuluh malam, Senja pamit pada teman-temannya yang lain untuk pulang duluan. Setelah mendapat ijin, ia menepuk bahu Davin yang menariknya dan mengatakan hati-hati.

Hari ini, mereka merayakan ulang tahun Afkar yang ke-18 di kafe milik Jea. Sirkel B, Rean, Joss, dan Agra serta beberapa teman Afkar yang lain datang. Kecuali satu orang, Arka. Bahkan anak itu tidak datang di ulang tahun sepupunya sendiri.

Memang bukan acara resmi sih, hanya traktir-traktir biasa. Tapi tetap saja, apa harus Arka terus menghindar. Senja sama sekali tidak mengerti.

Laju motornya terhenti tepat di depan rumah sakit yang ia lewati, Cherry ada disana, menatap kaget Senja yang memandang lurus ke arahnya.

"Kenapa sendirian?" Tanyanya pada Cherry.

"Lagi nungguin taksi."

Terlalu lirih, tapi untungnya suasana yang sepi membuat Senja dapat mendengarnya. "Gue ngga bawa helm dua sih, tapi kita bisa lewat jalan yang aman."

"Hah?"

"Naik. Gue anter balik."

Karena waktu yang sudah cukup malam, juga Cherry yang kelelahan, ia memutuskan menurut pada Senja dan menaiki boncengan motor anak itu.

Terhitung sudah dua minggu kurang sedikit mereka tidak lagi saling menyapa. Cherry hanya tengah menunggu waktu yang tepat untuk meminta maaf secara benar. Lagi pula, Arka belum memberikan kemajuan sama sekali.

Tidak ada pembicaraan apapun selain Senja yang menanyakan alamatnya hingga mereka sampai. Cherry menatap Senja ragu setelah turun dari motornya.

"Sen... thanks. Maaf gue repotin."

"Gapapa, kayanya kita perlu ngomong besok. Jangan hindarin gue lagi. Istirahat pertama, temuin gue di rooftop."

Motor Senja melesat cepat, si pemilik tidak memerlukan jawaban lawan bicaranya, karena ia tidak ingin penolakan.

Senja melewati jalanan sepi, mengingat jarum pendek jam yang sudah hampir menyentuh angka sebelas. Rumah Cherry lumayan jauh juga dari rumah sakit tadi.

Senja memelankan motornya saat ia melihat motor seseorang terparkir asal di pinggir trotoar. Si pemilik tengah berjongkok di samping halte bus. Tanpa ragu, Senja memarkirkan motornya juga di sana.

Arka yang tengah berjongkok menoleh ke belakang, matanya membulat kaget melihat siapa yang datang. Ia berdiri cepat, menelan salivanya karena gugup.

"Long time no see, Arka."

Jeda cukup lama, Arka sempat melihat ke arah lain dan berusaha menarik nafas panjang tanpa ketara, hingga kedua netra itu kembali bertemu.

"Baru beberapa minggu, Senja." Balas Arka yang sudah lebih tenang.

Senja terkekeh, duduk di kursi panjang yang tersedia di sana. Kedua tangannya ia jadikan tumpuan, kepalanya menoleh ke atas, melihat langit malam dengan sedikit bintang.

Baguslah nggak hujan, pikirnya.

"Jas formal, celana bahan. Tuan muda habis rapat huh?"

Arka mengedikkan bahu, meladeni ucapan sarkas Senja. "Biasa, bokap."

"Bokap yang mana nih?"

Gelap, gelap.

Meski ada nada jahil pada ucapan Senja, tapi itu cukup menyinggungnya dan membuat suasana kembali canggung.

Lebih tepatnya, Arka yang canggung.

"Ayah." Jawabnya lirih.

Senja mengangguk, bibirnya tersenyum mengejek ke arah Arka yang menghembuskan nafas jengkel, musnah sudah rasa canggungnya.

Crepuscule [JJK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang