60. Tak Bisa Jauh

37.6K 2.1K 67
                                    

"Kalau Mas terlalu baik kayak gitu. Aku makin gak bisa jauh dari Mas," ucap Intan, manja. Bibirnya sampai bergetar karena menahan tangisannya.

Zein menatap Intan dengan tatapan nanar. Hatinya sangat perih melihat istrinya seperti itu. Ia memejamkan mata agar tidak menangis dan mengatur napasnya.

Zein tidak dapat mengatakan apa pun. Ia hanya mengungkapkan perasaannya dengan mengecup kening Intan.

"Lanjut makannya, ya. Takut keburu malam nanti lampu emergency-nya mati," ucap Zein. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan agar suasananya tidak semakin penuh haru.

Zein pun menyuap makanan, lalu kembali menyuapi Intan.

Selama menikah, baru kali ini Intan merasakan suapan dari tangan Zein langsung. Rasanya jauh lebih nikmat dan menyentuh hati.

Apalagi ketika ia sadar bahwa Zein tidak merasa jijik sedikit pun meski tangannya terkena lidah dan mulut Intan langsung.

"Gimana, kamu suka gak makanannya?" tanya Zein.

"Suka, Mas," jawab Intan dengan mulut penuh.

"Alhamdulillah, nanti kalau mau makan dinggal dihangatkan saja. Kalau kamu gak sempat menghangatkannya di kompor, kamu bisa masukkan ini ke dalam rice cooker," ujar Zein.

Intan mengangguk. "Iyah," sahutnya.

Saat makannya hampir habis, Zein menawarkan Intan untuk nambah. "Mau nambah lagi apa udah kenyang?" tanya Zein.

Intan tersenyum malu. "Kayaknya nambah, deh. Hehe," sahutnya.

"Ya udah, tunggu sebentar!" Zein beranjak dan mengambil nasi serta lauknya lagi di dapur. Kemudian ia kembali duduk di samping Intan.

"Sebentar ya, nasinya masih panas," ucap Zein. Lalu ia mengambil sedikit nasi untuk Intan, dan mengaduk-aduk dengan tangannya sambil kepanasan. Hal itu ia lakukan agar uap nasinya berkurang.

Setelah merasa cukup hangat, Zein mulai menyuapi Intan lagi. Namun, sebelumnya ia menempelkan nasi itu ke bibirnya untuk mengecek suhunya. Sebab ia tahu suhu di tangan dan di bibir berbeda.

"Nah, udah adem," ucap Zein. Lalu ia menyodorkan suapan itu ke Intan.

Baru kali ini ia melihat Intan makan banyak dan lahap seperti itu. "Nanti kalau udah di Jakarta, kayaknya Mas harus nyuapin kamu setiap hari, deh," ucap Zein.

"Kenapa?" tanya Intan.

"Biar cepet gemuk. Soalnya kamu lahap banget kalau disuapin kayak gini," ledek Zein.

"Iiih, enak aja! Aku gak mau gemuk," rengek Intan sambil mencubit paha Zein.

"Kenapa? Kan enak gemuk. Banyak yang bisa dipegang," ucap Zein sambil tersenyum.

"Maass!" Intan sebal karena suaminya itu sudah mulai mesum.

"Inget, kamu masih punya hutang!" ucap Zein.

Intan mengerutkan keningnya. "Hutang apa?" tanya Intan.

"Tadi, kan Mas belum selesai kamu udah tidur. Jadi malam ini kita begadang!" jawab Zein.

"Hem ... jadi ternyata suamiku ini baik karena ada maunya? Pantesan sampe nyuapin begini. Ternyata ...," ledek Intan sambil memicingkan matanya.

"Terserah kamu mau bilang apa. Yang penting malam ini kamu gak boleh tidur cepat!" sahut Zein.

"Tapi kan nanti malam lampunya mati, Mas," keluh Intan.

"Ya gak apa-apa. Anggap aja sensasi baru. Main di tempat gelap gulita," jawab Zein.

Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang