Chapter 37

3.7K 142 2
                                    

Saat usia kandungan Mira menginjak 7 bulan, pergerakannya mulai mengalami kesulitan. Dirinya tidak leluasa bergerak. Bahkan rasa kram sering muncul setiap waktunya. Rasa kram itu akan hilang setelah sang suami mengusap perutnya. Seperti pada malam kali ini, Mira yang baru saja ingin tidur tiba-tiba perutnya terasa kram. Dirinya ingin memanggil sang suami, tapi orangnya sedang berada di ruang kerjanya. Mira berusaha mengusap perutnya agar hilang kramnya.

"Kenapa kram ini tidak hilang juga ya? Aku sudah ngantuk, " kata Mira menahan rasa kantuknya.

Tak lama, ada sosok yang dia cari. Sosok itu menghampirinya dan duduk disampinya.

"Kenapa kamu belum tidur? Kamu menunggu aku ya? " tanya Theo.

"Sebenarnya ingin tidur hanya saja perutku kram lagi, " jawab Mira dengan nada khas kantuk.

Theo tersenyum kecil dan mengusap perut Mira yang lumayan besar. Rasa kram itu seketika hilang dan membuat Mira langsung tertidur. Theo membenarkan posisi tidur sang istri dan menyelimutinya dengan selimut. Dirinya kembali mengusap perut sang istri dan menciumnya.

"Anak ayah, jangan bikin bunda kesusahan ya. Kasihan bundamu, dia ingin istirahat juga, " kata Theo.

Terdapat tendangan kecil calon bayi dalam perut Mira seakan merespon perkataan sang ayah. Theo kembali tersenyum dan tidur bersama sang istri sambil memeluknya. Keesokan harinya, Mira bangun dari tidurnya dan melihat sang suami tidur sambil memeluk dirinya. Dia hanya tersenyum dan bangun menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah dirinya selesai mengenakan pakaiannya dan keluar dari kamar mandi, muncul sang anak yang sudah memakai seragam sekolahnya.

"Kamu sudah siap ya nak, " kata Mira.

"Sudah dong bun. Selamat pagi adik, " kata Marcell mengusap perut sang ibu.

"Selamat pagi kakak, " kata Mira dengan nada anak kecil.

Marcell melihat sang ayah masih tertidur pulas di tempat tidur. Muncul ide nakal di pikirannya. Dirinya menghampiri sang ayah dan menutupi lubang hidungnya. Itu membuat sang ayah terbangun dengan napas terengah-engah dan melihat pelaku yang melakukan hal itu. Mira yang melihat hal itu hanya ketawa kecil dengan kelakuan sang anak.

"Astaga Marcell. Kamu ingin ayah meninggal? " tanya Theo.

"Ayah lupa ya. Ayah ada janji sama aku untuk antar aku ke sekolah. Jangan ayah coba ingkar janji itu, " jawab Marcell.

"Iya ayah tahu. Kamu sekarang ke ruang makan. Ayah akan menyusul, " kata Theo.

Marcell menganggukkan kepalanya dan pergi keluar dari kamar kedua orang tuanya. Theo melihat sang istri sudah rapi hanya bisa tersenyum dan menghampirinya.

"Kenapa kamu sangat cantik hari ini? Ditambah tubuhmu semakin seksi saja saat kamu hamil, " bisik Theo dengan nada sensual.

Mira mendengar hal itu menjadi merinding dan sedikit mendorong tubuh sang suami karna takut sang suami melakukan lebih.

"Mas, lebih baik mas mandi dulu. Setelah itu antar Marcell ke sekolah, " kata Mira gugup.

"Baiklah. Tapi setelah aku antar Marcell, siap siapkan dirimu, " kata Theo.

Theo masuk ke dalam kamar mandi. Mira yang masih berdiri di tempat hanya menarik napas dan menghembuskan keluar. Mungkin dirinya harus siap siaga jika sang suami melakukan hal itu secara tiba-tiba. Setelah Theo selesai mandi, dirinya langsung mengantar sang anak ke sekolah. Mira hanya tersenyum melihat kepergian orang yang dia sayangi.

"Mira, ini minum susu hamilmu, " kata Trini memberikan segelas susu kepada Mira.

"Baik bu, " kata Mira menerima gelas tersebut dan meminumnya sampai habis.

"Apa masih kram lagi semalam? " tanya Trini.

"Masih bu. Aku harap kramnya ini tidak berulah lagi malam ini, " jawab Mira.

Tiba-tiba Mira baru teringat sesuatu.

"Aku lupa bu beritahu mas temani aku untuk cek kandunganku, " kata Mira.

"Kamu tenang saja. Ibu sudah beritahu Theo soal itu. Sebentar lagi dia akan kembali untuk menjemputmu. Kamu bersiap siap lah, " kata Trini.

"Baik bu. Aku ke kamar dulu ya, " kata Mira.

Mira pergi ke kamarnya untuk bersiap siap ke dokter kandungan. Dirinya mengenakan dress panjang khusus ibu hamil berwarna hijau muda dan memakai sandal biasa karena dirinya tidak bisa menggunakan sepatu berhak. Itu bukan keinginannya melainkan keinginan sang suami takut dirinya terjatuh saat berjalan. Dan juga dirinya hanya memakai bedak sebagai riasan wajahnya.

"Mira, Theo sudah datang, " kata Trini.

Mira langsung mengambil tasnya dan pergi menuju ruang tamu. Dirinya melihat sang suami sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.

"Mas, ayo kita berangkat, " kata Mira.

Theo sontak melihat ke asal suara tersebut dan terpaku melihat kecantikan sang istri.

"Hei, sudahlah kamu melihatnya. Setiap hari kamu melihat kecantikan istri apa belum puas? " tanya Trini.

"Kecantikannya setara dengan kecantikan ibu. Makanya ayah tidak bisa berpaling ke wanita manapun, " jawab Theo.

"Berhenti menggombal. Kamu juga tidak ada bedanya dengan ayahmu. Kamu cepat antar istrimu ke dokter kandungan untuk lihat kondisi bayi kalian, " kata Trini.

"Baik bu, " kata Theo.

Theo dan Mira pun pergi ke rumah sakit. Sesampai disana, mereka harus menunggu suster memanggil mereka. Begitu banyak pasangan suami istri ke dokter kandungan. Mira merasa dirinya lelah meletakkan kepalanya di bahu sang suami. Theo melihat hal itu hanya tersenyum dan mengusap rambut sang istri. Kelakuan mereka tadi membuat ibu ibu yang ada disana pada iri. Saat giliran mereka, mereka masuk dan bertemu dengan dokter yang tentu Mira kenal.

"Hai Mira, " sapa dokter tersebut.

"Hai Tante Keysia, " sapa Mira.

"Bagaimana? Apa kamu siap di USG? " tanya Dokter Keysia.

"Siap kok tante, " kata Mira.

"Baiklah. Ayo ikut tante, " kata Dokter Keysia.

Mereka pergi ke ruangan khusus USG dimana Mira pertama kali melakukan USG disini. Mira membaringkan dirinya diatas ranjang. Tidak lupa dengan Theo yang berdiri disampingnya. Dokter Keysia mulai melakukan USG. Seperti pertama kali Mira melakukan USG, perutnya dioles gel dan alat berbentuk stik mengitari perutnya. Di layar USG, terlihat jelas bentuk bayi mereka saat ini. Theo melihat tersenyum bahagia bisa melihat bayi mereka untuk pertama kalinya.

"Detak jantungnya berdetak normal dan tidak ada tanda tanda kecacatan, " kata Dokter Keysia.

"Apa jenis kelaminnya? " tanya Theo.

"Kemungkinan besar perempuan. Tapi kita lihat saat bayinya lahir. Karena prediksi dokter terkadang bisa meleset, " jawab Dokter Keysia.

"Dok, apa boleh saya minta foto USG nya? " tanya Theo.

"Tentu saja boleh. Sebentar ya, " jawab Dokter Keysia.

Dokter Keysia pergi ke meja khusus dan kembali dengan beberapa foto USG.

"Ini foto USG nya, " kata Dokter Keysia memberikan foto tersebut kepada Theo.

Theo menerimanya dan menatapnya dengan terharu. Mira melihat hal itu hanya tersenyum.

"Jadi Mira, ini ayah dari calon bayimu saat pertama kali kamu kesini? " tanya Dokter Keysia.

"Iya tante. Tante jangan marahin dia. Sepenuhnya bukan kesalahan dia. Waktu itu hanya kecelakaan, " jawab Mira.

"Tidak apa apa. Tante tahu dari Catherine soal apa yang menimpa kamu. Tante harap kamu bahagia terus, " kata Dokter Keysia.

Mira menganggukkan kepadanya dan melihat sang suami yang masih menatap foto USG tersebut.
-
-
-
-
-
-
-
-
TBC

Mantan CEOku adalah Cinta PertamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang